Tahap Analyze Pengolahan Data

Tabel 5.21. Perhitungan Tingkat Sigma untuk Tahap Inspeksi II DPMO 19375 Tingkat Sigma 2,34 Tingkat Sigma 1,5 Shift 3,57 Berdasarkan hasil perhitungan tingkat sigma maka diperoleh nilai sigma untuk proses pemeriksaan hasil pemotongan pada tahap inspeksi II sebesar 2,34 sigma untuk sigma yang terletak tepat berada di tengah-tengah batas spesifikasi. Berdasarkan hasil perhitungan level sigma untuk kedua tahap inspeksi, maka dapat disimpulkan bahwa nilai sigma untuk kedua proses tersebut masih jauh dibawah target 6 sigma. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi dan analisis penyebab proses yang menghasilkan produk cacat sehingga dapat memberikan solusi perbaikan yang diharapkan untuk meningkatkan level sigma sekarang.

5.2.3. Tahap Analyze

Pada tahap ini akan dilakukan analisis dengan membuat perhitungan time traps, diagram sebab akibat, serta diagram five why.

1. Analisis

Time Traps Time traps adalah perangkap waktu yang terjadi dalam proses produksi yang disebabkan oleh adanya waktu menunggu yang cukup lama sehingga memperpanjang waktu siklus pada proses produksi. Workstation turnover time WTT adalah waktu dari hasil penambahan waktu setup dengan waktu proses. Universitas Sumatera Utara Contoh perhitungan workstation turnover time untuk proses pencetakan yaitu: WTT = Σ[Setup Time i + Process Time i Batch Size i ] WTT = 15 + [7,69 x 174500500]= 2698,81 menit Waktu perhitungan Workstation Turnover Time dapat dilihat di Tabel 5.22. Tabel 5.22. Perhitungan Workstation Turnover Time Setiap Proses No. Kegiatan-kegiatan Waktu Set-up Mesin menit Waktu Baku menit unit Jumlah Permintaan Produk unit WTT menit 1 Proses pembuatan plat cetak dengan mesin plat maker 10 10,38 174500 20,38 2 Pemindahan Plat Cetak Ke Mesin Cetak 5,71 5,71 3 Proses pencetakan sesuai desain formulir dengan mesin cetak besar 15 7,47 2622,03 4 Pemindahan hasil pencetakan ke pemotongan 1,01 352,49 5 Pemeriksaan dan proses penyusunan kertas yang akan dipotong 3,88 1354,12 6 Proses pemotongan hasil pencetakan dengan Mesin Potong 10 2,30 812,7 7 Pemeriksaan hasil potongan kertas 1,65 575,85 8 Pemindahan hasil potongan kertas ke mesin penomoran 1,11 387,39 9 Proses penomoran formulir dengan mesin hamada 10 5,29 1856,21 10 Pemindahan ke bagian pengepakan 1,07 373,43 11 Proses pengepakan secara manual 5,54 1933,46 Proses kerja yang menimbulkan time traps adalah proses kerja yang memiliki workstation turnover time WTT terpanjang. Dari hasil perhitungan di atas, proses kerja pada pembuatan formulir yang menimbulkan time traps adalah proses pencetakan dengan WTT terpanjang sebesar 2622,03 menit. Universitas Sumatera Utara

2. Diagram Sebab Akibat

Pada tahap inspeksi I terdapat 3 jenis atribut kecacatan dan pada tahap inspeksi II terdapat 2 jenis atribut kecacatan. Jumlah data kecacatan, perhitungan persentase kecacatan dan kumulatif dari masing-masing atribut kecacatan pada Inspeksi I dapat dilihat pada Tabel 5.23. Tabel 5.23. Persentase Total Kecacatan pada Tahap Inspeksi I Atribut Kecacatan Total Kecacatan unit Persentase Kecacatan Persentase Kumulatif Ceceran tinta 315 62,38 62,38 Cetakan miring 149 29,50 91,88 Kertas berkerut 41 8,12 100 Total 505 100 Untuk tahap inspeksi II, jumlah data kecacatan, perhitungan persentase kecacatan dan kumulatif dari masing-masing atribut kecacatan pada dapat dilihat pada Tabel 5.24. Tabel 5.24. Persentase Total Kecacatan pada Tahap Inspeksi II Atribut Kecacatan Total Kecacatan unit Persentase Kecacatan Persentase Kumulatif Ukuran tidak sesuai 4786 67,46 67,51 Potongan Miring 2309 32,54 100 Total 7095 100 Berdasarkan data pada Tabel 5.23 dan Tabel 5.24, maka ketiga atribut kecacatan pada tahap inspeksi I perlu dianalisis lebih lanjut yaitu ceceran tinta, cetakan miring, dan kertas berkerut, serta untuk tahap inspeksi II, semua atribut kecacatan yaitu ukuran tidak sesuai dan potongan miring juga akan dianalisis Universitas Sumatera Utara lebih lanjut. Analisis yang dilakukan meliputi analisis manusia, lingkungan kerja, mesinperalatan, metode kerja, dan bahan baku. 1. Tahap Inspeksi I Diagram sebab akibat pada atribut kecacatan ceceran tinta dapat dilihat pada Gambar 5.9. Gambar 5.9. Diagram Sebab Akibat Atribut Ceceran Tinta pada Tahap Inspeksi I Diagram sebab akibat pada atribut kecacatan cetakan miring dapat dilihat pada Gambar 5.10. Gambar 5.10. Diagram Sebab Akibat Atribut Cetakan Miring pada Tahap Inspeksi I ceceran tinta Manusia Operator Tidak melakukan Setup dengan baik Metode Tidak tersedianya prosedur kerja Kurang air Mesin Kurangnya perawatan Operator kurang pengawasan Lingkungan Kerja Panas Mesin sudah tua Bising Material Kualitas tinta tidak baik Cetakan miring Manusia Operator Tidak melakukan Setup dengan baik Metode Tidak tersedianya prosedur kerja Plat cetak tidak terpasang dengan benar Mesin Kurangnya perawatan Operator kurang pengawasan Panas Mesin sudah tua Bising Material Kertas berkualitas buruk Lingkungan Kerja Universitas Sumatera Utara Diagram sebab akibat pada atribut kecacatan kertas berkerut dapat dilihat pada Gambar 5.11. Gambar 5.11. Diagram Sebab Akibat Atribut Kertas Berkerut pada Tahap Inspeksi I 2. Tahap Inspeksi II Diagram sebab akibat pada atribut kecacatan ukuran tidak sesuai dapat dilihat pada Gambar 5.12. Gambar 5.12. Diagram Sebab Akibat Atribut Ukuran Tidak Sesuai pada Tahap Inspeksi II Kertas berkerut Mesin Material Tidak tersedianya prosedur kerja Operator Tidak memasukkan kertas dengan posisi yang benar Manusia Roll pada mesin cetak tidak dalam kondisi baik Panas Kurangnya perawatan Bising Metode Spesifikasi ukuran kertas tidak sesuai Lingkungan Kerja Operator Tidak melakukan Setup dengan baik Mesin sudah tua Operator Kurang pengawasan Ukuran tidak sesuai Manusia Operator tidak akurat Dalam menentukan Koordinat potong Mesin Tidak tersedianya prosedur kerja Kurangnya perawatan Material Operator kurang pengawasan Panas Mesin sudah tua Bising Metode Ukuran bahan baku kertas berkualitas buruk Lingkungan Kerja Universitas Sumatera Utara Diagram sebab akibat pada atribut kecacatan potongan miring dapat dilihat pada Gambar 5.13. Gambar 5.13. Diagram Sebab Akibat Atribut Potongan Miring pada Tahap Inspeksi II

3. Diagram

Five Why Diagram Five Why merupakan suatu diagram yang digunakan untuk mengungkapkan akar dari permasalahan agar dapat diperbaiki dengan tepat dengan bertanya sebanyak lima kali mengapa ketika suatu ketidaksesuaian terjadi pada proses. Diagram five why untuk atribut kecacatan dari kedua tahap inspeksi yaitu: 1. Tahap Inspeksi I Berdasarkan data yang diperoleh dari diagram sebab akibat dan dari pengamatan di lantai produksi serta brainstorming dengan pihak perusahaan, maka analisis mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecacatan ceceran tinta dapat dilihat pada Gambar 5.14. Potongan miring Manusia Operator tidak rapi menyusun kertas Metode Tidak ada prosedur kerja Kurangnya perawatan Lingkungan kerja Operator kurang pengawasan Panas Mesin sudah tua Bising Mesin Kualtias kertas tidak baik Material Universitas Sumatera Utara Masalah Why Why Why Why Why Ceceran Tinta Proses pencetakan mengalami gangguan Kurang air ataupun cairan etching Mesin sudah tua dan cepat rusak Kurangnya perawatan mesin Tidak ada prosedur kerja Operator tidak melakukan setup dengan benar Operator kurang bertanggung jawab Operator kurang berpengalaman Kurangnya diadakan pelatihan kerja untuk operator Operator kurang pengawasan Gambar 5.14. Diagram Five Why Atribut Ceceran Tinta pada Tahap Inspeksi I Diagram five why untuk menganalisis penyebab-penyebab terjadinya cetakan miring dapat dilihat pada Gambar 5.15. Masalah Why Why Why Why Why Cetakan Miring Operator tidak melakukan setup dengan benar Operator kurang bertanggung jawab Operator kurang berpengalaman Kurangnya diadakan pelatihan kerja untuk operator Operator kurang pengawasan Proses pencetakan mengalami gangguan Plat cetak tidak terpasang dengan tepat Mesin sudah tua dan cepat rusak Kurangnya perawatan mesin Tidak ada prosedur kerja Gambar 5.15. Diagram Five Why Atribut Cetakan Miring pada Tahap Inspeksi I Diagram five why untuk menganalisis penyebab-penyebab terjadinya kertas berkerut dapat dilihat pada Gambar 5.16. Masalah Why Why Why Why Why Kertas Berkerut Proses pencetakan mengalami gangguan Roll pada mesin cetak tidak dalam kondisi baik Mesin sudah tua dan cepat rusak Kurangnya perawatan mesin Tidak ada prosedur kerja Operator tidak melakukan setup dan memasukkan kertas pada posisi yang benar Operator kurang bertanggung jawab Operator kurang berpengalaman Kurangnya diadakan pelatihan kerja untuk operator Operator kurang pengawasan Gambar 5.16. Diagram Five Why Atribut Kertas Berkerut pada Tahap Inspeksi I Universitas Sumatera Utara 2. Tahap Inspeksi II Berdasarkan data yang diperoleh dari diagram sebab akibat dan dari pengamatan di lantai produksi serta brainstorming dengan pihak perusahaan, maka analisis mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecacatan hasil pemotongan tidak memiliki ukuran yang sesuai dan potongan miring dapat dilihat pada Gambar 5.17 dan Gambar 5.18. Masalah Why Why Why Why Why Ukuran tidak sesuai Operator tidak akurat dalam menentukan koordinat potong Operator kurang bertanggung jawab Operator kurang pengawasan Kurangnya diadakan pelatihan kerja untuk operator Tidak ada prosedur kerja Gambar 5.17. Diagram Five Why Atribut Ukuran Tidak Sesuai pada Tahap Inspeksi II Masalah Why Why Why Why Why Potongan miring Operator tidak rapi menyusun kertas Operator kurang bertanggung jawab Operator kurang pengawasan Kurangnya diadakan pelatihan kerja untuk operator Tidak ada prosedur kerja Gambar 5.18. Diagram Five Why Atribut Potongan Miring pada Tahap Inspeksi II

5.2.4. Tahap Improve