5. Voice of Customer Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Pelanggan dari produk formulir yaitu instansi pemerintah seperti dinas perpajakan, dinas pendapatan daerah, dan kantor pemerintahan daerah lainnya.
Kebutuhan pelanggan dari perusahaan adalah kualitas produk yang baik, yaitu hasil cetakan yang baik dan rapi sesuai dengan desain yang telah disepakati, baik
dari segi isi dan ukuran, dan penyelesaian maupun pengiriman produk jadi sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Seluruh kebutuhan pelanggan ini dapat
dijaga dengan baik oleh perusahaan melalui proses inspeksi yang ketat selama proses produksi berlangsung.
5.2.2. Tahap Measure
1. Perhitungan Data Waktu Siklus
Waktu siklus yang berhasil dikumpulkan akan diolah terlebih dahulu dengan beberapa pengujian yaitu uji keseragaman data dan uji kecukupan data.
Pengujian ini hanya dilakukan pada proses produksi dan tidak berlaku pada waktu penyimpanan di gudang, waktu pemindahan ke gudang dan waktu menunggu
WIP, serta waktu pembuatan plat cetak dan pemindahan plat cetak ke mesin cetak. Pada penelitian ini, digunakan tingkat keyakinan 95 dan tingkat ketelitian
5. Pengujian terhadap waktu proses produksi adalah sebagai berikut: 1.
Uji Keseragaman Data Data waktu yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pengujian
keseragaman data. Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui
apakah data waktu proses berada dalam batas kontrol atau tidak out of control
Universitas Sumatera Utara
pada peta kontrol. Contoh pengujian keseragaman pada proses kelima yaitu proses pencetakan dengan Mesin Cetak adalah sebagai berikut:
Untuk tingkat kepercayaan 95 dan tingkat ketelitian 5 maka nilai = 2
Peta kontrol untuk proses ketiga yaitu pada stasiun kerja pencetakan formulir dengan Mesin Cetak dapat dilihat pada Gambar 5.5.
Gambar 5.5. Peta Kontrol Waktu Proses Pencetakan Produk Formulir
α2
Z
2,50 2,60
2,70 2,80
2,90 3,00
3,10 3,20
3,30
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
W a
k tu Meni
t
Pengukuran Ke-
Uji Keseragaman Proses Pencetakan
BKA Waktu pengukuran
BKB
99 ,
2 10
06 ,
3 ...
13 ,
3 12
, 3
81 ,
2 =
+ +
+ +
= X
12 ,
1 10
06 ,
3 99
, 2
... 12
, 3
99 ,
2 81
, 2
99 ,
2 1
2 2
2 1
2
= −
− +
+ −
+ −
= −
− =
∑
=
N X
X
n i
σ
3,23 12
, 2
99 ,
2 2
2
= +
= +
= +
=
BKA BKA
X BKA
Z X
BKA σ
σ
α
2,75 12
, 2
99 ,
2 2
2
= −
= −
= −
=
BKB BKB
X BKB
Z X
BKA
σ σ
α
Universitas Sumatera Utara
Dari Gambar 5.5, terlihat bahwa tidak ada data yang out of control, dimana menandakan data waktu proses pencetakan formulir telah seragam. Rekapitulasi
uji keseragaman data pengukuran waktu proses ditunjukkan pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Pengukuran Waktu
Proses Ke-
Pengamatan ke- detik BKA
BKB Ket.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 4100 4440 4380 4320 4600 4300 4540 4120 4450 4200
4345 4684,05
4005,95 Seragam
2 3,58
3,74 3,56
3,50 3,72
3,26 3,22
3,76 3,65
3,49 3,55
3,93 3,17
Seragam 3
8,43 9,21
8,78 8,60
8,48 8,22
9,44 8,73
8,58 9,31
8,78 9,59
7,96 Seragam
4 5,29
5,39 5,13
5,46 5,02
5,02 5,32
5,15 5,39
5,45 5,26
5,60 4,92
Seragam 5
2,81 3,12
3,13 2,82
3,03 2,88
2,95 3,07
3,06 3,06
2,99 3,23
2,75 Seragam
6 1,06
0,93 0,97
0,91 1,05
0,85 0,95
0,87 1,01
0,95 0,96
1,10 0,81
Seragam 7
3,26 2,87
2,91 3,42
3,23 3,28
2,77 3,16
3,32 3,20
3,14 3,58
2,71 Seragam
8 0,49
0,59 0,49
0,50 0,59
0,53 0,55
0,56 0,52
0,59 0,54
0,62 0,46
Seragam 9
1,18 1,37
1,24 1,39
1,46 1,38
1,23 1,29
1,41 1,43
1,34 1,53
1,15 Seragam
10 1,10
1,07 0,98
0,93 1,17
1,12 0,98
1,04 1,12
1,08 1,06
1,21 0,91
Seragam 11
2,26 2,19
1,90 2,32
2,31 2,28
1,89 2,22
2,36 2,24
2,20 2,53
1,86 Seragam
12 15
15 18
15 15
15 15
18 15
15 15,60
18,13 13,07
Seragam 13
1,07 0,99
1,06 0,95
0,96 1,02
0,94 1,09
1,10 1,03
1,02 1,14
0,90 Seragam
14 5,13
5,06 4,80
4,46 4,31
4,27 4,59
4,11 4,74
4,48 4,59
5,27 3,92
Seragam 15
2,67 2,78
2,63 2,78
2,65 2,87
2,63 2,97
2,81 2,63
2,74 2,98
2,50 Seragam
16 9200 9500 9000 8500 8800 9200 9000 9500 9000 9200
9090 9697
8483 Seragam
Berdasarkan hasil rekapitulasi data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semua waktu siklus proses adalah seragam yaitu semua data berada dalam batas
kontrol in control. Selain itu, uji keseragaman juga dilakukan terhadap waktu muat tiap proses yaitu mesin potong, penomoran dan cetak, sedangkan mesin
cetak tidak dilakukan uji keseragaman karena hanya dilakukan sekali untuk produk formulir. Rekapitulasi uji keseragaman waktu muat dari tiap proses yang
menggunakan mesin dapat dilihat pada Tabel 5.11. X
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.11. Rekapitulasi Uji Keseragaman Waktu Muat
Kegiatan muat Pengamatan ke- detik
BKA BKB Ket.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Mesin Plat Maker 1,32
1,34 1,30 1,31 1,45 1,28
1,33 1,37 1,46 1,32 1,35
1,48 1,22 Seragam
Mesin Cetak Besar SORS
3,67 3,68 4,03 4,12 3,86
3,41 3,96 3,86 3,91
3,59 3,81
4,25 3,37
Seragam Mesin Potong
1,26 1,34 1,38 1,28 1,33
1,40 1,41 1,37 1,45
1,35 1,36
1,47 1,24
Seragam Mesin Penomoran
2,48 2,75 2,56 2,48 2,70
2,81 2,82 2,71 2,31
2,60 2,62
2,98 2,27
Seragam
Berdasarkan rekapitulasi uji keseragaman di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semua data waktu muat untuk setiap proses produsi dengan mesin adalah
seragam yaitu semua data berada dalam batas kontrol in control. 2.
Uji Kecukupan Data Data waktu proses dan waktu muat yang telah seragam kemudian diuji
kecukupan datanya untuk melihat apakah data yang dibutuhkan telah cukup atau tidak. Pada uji kecukupan, dicari nilai
dengan memperhatikan tingkat keyakinan k dan tingkat ketelitian s, serta jumlah data N dan data x yang
diperoleh pada pengumpulan data. Pada penelitian ini, tingkat keyakinan yang digunakan 95, maka nilai k adalah 2, dan tingkat ketelitian yang digunakan 5,
maka nilai s adalah 0,05. Contoh perhitungan untuk proses pencetakan formulir sebagai berikut:
Tabel 5.12. Data Pengukuran Proses Pencetakan Formulir No. Pengukuran
Waktu Siklus menit X
2
1 2,81
7,91 2
3,12 9,71
3 3,13
9,78 4
2,82 7,95
5 3,03
9,17 6
2,88 8,32
7 2,95
8,68 X
N
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.12. Data Pengukuran Proses Pencetakan Formulir Lanjutan No. Pengukuran
Waktu Siklus menit X
2
8 3,07
9,45 9
3,06 9,39
10 3,06
9,35
Total 29,93
89,71
Perhitungan secara manual untuk uji kecukupan data pengukuran waktu Stasiun Kerja pembuatan plat produk Formulir sebagai berikut:
Dari perhitungan di atas, didapat bahwa N yaitu 2,28 10.
Dengan demikian, data yang digunakan telah cukup. Hasil rekapitulasi perhitungan uji kecukupan data dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Siklus dari Setiap Proses Produksi Formulir
Proses Ke-
N N
Ket Proses
Ke- N
N Ket
1 2,19
10 Cukup
9 7,36
10 Cukup
2 4,08
Cukup 10
7,27 Cukup
3 3,11
Cukup 11
8,31 Cukup
4 1,51
Cukup 12
9,47 Cukup
5 2,28
Cukup 13
5,13 Cukup
6 7,89
Cukup 14
7,73 Cukup
7 6,83
Cukup 15
2,71 Cukup
8 8,05
Cukup 16
1,61 Cukup
28 ,
2 93
, 29
93 ,
29 71
, 89
10 40
. 05
, 2
2 2
2 2
2
=
−
=
−
=
∑ ∑
∑
N X
X X
N N
N
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil rekapitulasi data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah data untuk semua waktu siklus proses produksi telah cukup diambil
selama pengamatan. Selain itu, uji kecukupan data juga dilakukan terhadap waktu muat tiap proses. Rekapitulasi uji kecukupan data waktu muat dari tiap proses
yang menggunakan mesin dapat dilihat pada Tabel 5.14.
.Tabel 5.14. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Muat Setiap Proses No.
Waktu Muat N
N Ket.
1 Mesin Plat Maker
2,91 10
Cukup 2
Mesin Cetak Besar 4,74
Cukup 3
Mesin Potong 2,67
Cukup 4
Mesin Penomoran Hamada 5,78
Cukup
2. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku
Perhitungan waktu normal adalah perkalian waktu siklus proses dengan rating factor Rf sehingga operator dapat bekerja dengan wajar dan normal.
Untuk perhitungan waktu normal pada setiap proses yang menggunakan mesin adalah waktu siklus mesin ditambah dengan waktu muat operator load dan
unload time pada mesin tersebut yang telah dikalikan dengan rating factor. Perhitungan waktu baku adalah perhitungan waktu yang dibutuhkan seorang
operator untuk melakukan suatu pekerjaan dengan penambahan faktor allowance kelonggaran yang diberikan pada proses kerja tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Contoh perhitungan waktu normal dan waktu baku pada proses ketiga yaitu proses pencetakan dengan mesin cetak SORS adalah sebagai berikut:
Faktor penyesuaian Rating Factor : Rf = 1,00
Kelonggaran Allowance : All = 15
Waktu Normal Mesin Wn
m
= Waktu siklus mesin rata-rata Waktu Normal Mesin Wn
m
= 2,99 menit Waktu Normal Muat Wn
o
= Waktu muat rata-rata Rf Waktu Normal Muat Wn
o
= 3,81 1,00 Waktu Normal Muat Wn
o
= 3,81 menit Maka, waktu normal untuk proses ketiga adalah :
Wn = Waktu Normal Mesin + Waktu Normal Muat Wn = 2,99 + 3,81
Wn = 6,80 menit Waktu Baku Mesin Wb
m
= Waktu Normal Mesin Waktu Baku Mesin Wb
m
= 2,99 menit Waktu Baku Muat Wb
o
=
Waktu Baku Muat Wb
o
= Waktu Baku Muat Wb
o
= 4,48 menit Maka Waktu Baku untuk proses ketiga adalah :
Wb = Wb
m
+ Wb
o
Wb = 2,99 + 4,48 Wb = 7,47 menit
× ×
All 100
100 Wn
o
− ×
5 1
100 100
81 ,
3 −
×
Universitas Sumatera Utara
Hasil perhitungan waktu normal dan waktu baku dari proses produksi formulir dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku pada Setiap Proses Produksi Formulir menit
Proses Ke-
Waktu Siklus
Mesin
rata-rata Waktu
Siklus Operator
Waktu Muat Rf
Wn Mesin
Wn
m
Wn Muat
Wn
o
Waktu Normal
Wn All
Wb Mesin
Wb
m
Wb Muat
Wb
o
Waktu Baku
Wb 2
- 3,55
1,00 -
3,55 3,55
5 -
3,73 3,73
3 8,78
1,35 1,03
8 1,39
10,17 13
8,78 1,60
10,38 4
- 5,26
1,03 -
5,42 5,42
5 -
5,71 5,71
5 2,99
3,81 1,00
2,99 3,81
6,80 15
2,99 4,48
7,47 6
- 0,96
1,00 -
0,96 0,96
5 -
1,01 1,01
7 -
3,14 1,00
- 3,14
3,14 19
- 3,88
3,88 8
0,54 1,36
1,05 0,54
1,42 1,96
19 0,54
1,76 2,30
9 -
1,34 1,00
- 1,34
1,34 19
- 1,65
1,65 10
- 1,06
1,00 -
1,06 1,06
5 -
1,11 1,11
11 2,20
2,62 1,00
2,20 2,62
4,82 15
2,20 3,09
5,29 13
- 1,02
1,00 -
1,02 1,02
5 -
1,07 1,07
14 -
4,59 1,05
- 4,82
4,82 13
- 5,54
5,54 15
- 2,74
1,05 -
2,88 2,88
5 -
3,03 3,03
3. Perhitungan Metrik
Lean
Perhitungan metrik Lean terdiri atas perhitungan manufacturing lead time, process cycle efficiency, process lead time dan process velocity. Perhitungan
metrik Lean dilakukan untuk mengetahui keadaaan pabrik dari sudut pandang Lean. Setelah mengetahui keadaan dari pabrik melalui metrik Lean, maka akan
diberikan usulan berdasarkan prinsip-prinsip Lean untuk memperbaiki keadaan pabrik tersebut.
Universitas Sumatera Utara
a. Perhitungan Manufacturing Lead Time Manufacturing lead time adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
proses produksi dari awal sampai dengan akhir. Perhitungan manufacturing lead time ini dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh waktu proses kerja
yang terdiri dari 12 proses kerja. Pada Tabel 5.16 ditampilkan urutan proses kerja beserta dengan waktu baku proses yang telah dihitung sebelumnya.
Tabel 5.16. Urutan Proses Kerja dan Waktu Baku No.
Kegiatan-kegiatan Waktu Baku
menit
1 Proses pembuatan plat cetak dengan mesin plat maker
10,38 2
Pemindahan Plat Cetak Ke Mesin Cetak 5,71
3 Proses pencetakan sesuai desain formulir dengan mesin
cetak besar 7,47
4 Pemindahan hasil pencetakan ke pemotongan
1,01 5
Pemeriksaan dan proses penyusunan kertas yang akan dipotong
3,88 6
Proses pemotongan hasil pencetakan dengan Mesin Potong
2,30 7
Pemeriksaan hasil potongan kertas 1,65
8 Pemindahan hasil potongan kertas ke mesin penomoran
1,11 9
Proses penomoran formulir dengan mesin hamada 5,29
10 Produk formulir menunggu untuk dikemas WIP 15,60
11 Pemindahan ke bagian pengepakan 1,07
12 Proses pengepakan secara manual 5,54
Total Manufacturing Lead Time
61,01
b. Perhitungan Process Cycle Efficiency Suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan program Lean apabila
mempunyai nilai process cycle efficiency sebesar 30 yang artinya waktu proses untuk proses kerja atau kegiatan yang bernilai tambah mencapai 30
Universitas Sumatera Utara
dari waktu proses atau kegiatan secara keseluruhan. Dalam melakukan perhitungan nilai process cycle efficiency, yang harus dilakukan terlebih dahulu
adalah pemisahan antara kegiatan atau proses kerja yang bernilai tambah berdasarkan sudut pandang konsumen dengan kegiatan dan proses kerja yang
bernilai tambah secara bisnis atau tidak bernilai tambah sama sekali yang tercantum dalam Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Value-Added-Time dan Non-Value-Added-Time
No. Kegiatan-kegiatan
Non Value- Added
menit Value-
Added menit
1 Proses pembuatan plat cetak dengan mesin plat
maker 10,38
2 Pemindahan Plat Cetak Ke Mesin Cetak
5,71 3
Proses pencetakan sesuai desain formulir dengan mesin cetak besar
7,47 4
Pemindahan hasil pencetakan ke pemotongan 1,01
5 Pemeriksaan dan proses penyusunan kertas
yang akan dipotong 3,88
6 Proses pemotongan hasil pencetakan dengan
Mesin Potong 2,30
7 Pemeriksaan hasil potongan kertas
1,65 8
Pemindahan hasil potongan kertas ke mesin penomoran
1,11
9 Proses penomoran formulir dengan mesin
hamada 5,29
10 Produk formulir menunggu untuk dikemas
WIP 15,60
11 Pemindahan ke bagian pengepakan 1,07
12 Proses pengepakan secara manual 5,54
Total Waktu 30,03
30,98
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa besar waktu untuk kegiatan yang bernilai tambah berdasarkan pandangan pelanggan atau customer adalah 30,98
menit, sedangkan lama waktu untuk kegiatan yang tidak bernilai tambah adalah 30,03 menit dan total waktu dari seluruh kegiatan yang mempunyai nilai
sebesar 61,01 menit. Perhitungan process cycle efficiency yaitu sebagai berikut: Process Cycle Efficiency =
Process Cycle Efficiency = = 0,5077 x 100 = 50,77
Waktu baku, total lead time, value-added-time dan process cycle efficiency
yang diperoleh dari hasil perhitungan dapat dicantumkan pada gambar value stream mapping sebagai informasi tambahan seperti pada Gambar 5.6.
c. Perhitungan Process Lead Time dan Process Velocity Process lead time adalah metrik Lean yang digunakan untuk mengetahui
berapa lama waktu yang diperlukan untuk memproses sejumlah barang dari awal hingga selesai. Perhitungan process lead time untuk memproduksi jumlah
permintaan produk formulir selama bulan Oktober adalah sebagai berikut: Rata-rata kecepatan penyelesaian
Rata-rata kecepatan penyelesaian = 8719,05
8720 unithari
Time Total Lead
d Time Value-Adde
100 61,01
30,98 ×
kerja hari
Jumlah bulan
per Produksi
Total =
21hari unit
183100 =
≈
an penyelesai
kecepatan rata
- Rata
WIP proses
dalam di
produk Jumlah
Time Lead
Process =
hari 2
hari 01
, 2
unithari 8719,05
unit 174500
Time Lead
Process ≈
= =
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.6. Value Stream Mapping Produk Formulir
Pembuatan plat cetak Op
: 1 CT
:10,38 menit CO
: - Uptime : 80
1 shift Pencetakan
Op : 1
CT : 7,47 menit
CO : -
Uptime : 95 1 shift
Pemotongan Op
: 1 CT
: 2,30 menit CO
: - Uptime : 95
1 shift Pemeriksaan
Penyusunan Op
: 1 CT
: 3,88 menit CO
: - Uptime : 80
1 shift Pemeriksaan Hasil
Pemotongan Op
: 1 CT
: 1,65 menit CO
: - Uptime : 80
1 shift Penomoran
Op : 1
CT : 5,29 menit
CO : -
Uptime : 95 1 shift
Pengepakan Op
: 2 beregu CT
: 5,54 menit CO
: - Uptime : 80
1 shift 1
unit I
1 unit I
15,6 menit WIP
WEEKLY Supplier
Customer PPC
Purchasing Marketing
Gudang Produksi
MONTHLY DAILY
DAILY
DAILY DAILY
DAILY DAILY
DAILY ORDER
Gudang Produk Jadi 1 unit
I Gudang Bahan Baku
1 unit I
WEEKLY
1 X WEEKLY
1 unit
I 4345
menit 3,73 menit
5,71 menit 1,01 menit
1,11 menit 3,03 menit
1,07 menit Total Lead Time = 61,01 menit
Value-Added Time = 30,98 menit Process Cycle Efficiency = 50,77
9090 menit
0 menit 0 menit
10,38 menit 7,47 menit
3,88 menit 2,30 menit
1,65 menit
5,29 menit 5,54 menit
Universitas Sumatera Utara
Process velocity adalah kecepatan proses dalam memproduksi sejumlah barang dari awal hingga akhir. Perhitungan process velovity adalah sebagai berikut:
Process Velocity
Process Velocity = 0,799 proseshari = 0,114 prosesjam
4. Pengolahan Data Kualitas Produk
Ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan sebelum melakukan pengolahan data kualitas produk yaitu penentuan Critical To Quality CTQ,
pengolahan data atribut dan perhitungan tingkat sigma dan DPMO Defects Per Million Opportunitiesatau PPM Part Per Million. Pengolahan data kualitas
terdiri dari dua bagian inspeksi yaitu inspeksi penyusunan kertas dan inspeksi pada hasil pemotongan karena data kecacatan yang dikumpulkan sering terjadi
pada kedua bagian ini. a. Penentuan Critical To Quality CTQ
Critical To Quality CTQ merupakan karakteristik kualitas yang mempengaruhi produk formulir baik pada saat dalam proses produksi maupun
pada saat digunakan oleh pelanggan. Karakterisitik kualitas dari masing- masing inspeksi yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Inspeksi I Pada tahap inspeksi I ini dilakukan pemeriksaan pada kegiatan penyusunan
kertas hasil pencetakan. Dari hasil pemeriksaan ini, terdapat tiga Time
Lead Proses
proses dalam
di terdapat
yang aktivitas
Jumlah =
= hari
20,01 proses
16
Universitas Sumatera Utara
karakteristik kualitas yaitu cetakan miring, terdapat ceceran tinta dan kertas berkerut.
2. Tahap Inspeksi II Pada tahap inspeksi II ini dilakukan pemeriksaan terhadap hasil proses
pemotongan. Dari hasil pemeriksaan, terdapat dua karakteristik kualitas yaitu potongan miring dan ukuran tidak sesuai.
b. Perhitungan Data Atribut Kualitas Data atribut kualitas dikelompokkan ke dalam masing-masing tahap
inspeksinya sehingga perhitungan dilakukan sebanyak dua kali karena data kecacatan yang dikumpulkan hanya meliputi dua tahap inspeksi. Peta yang
digunakan untuk mengolah data atribut adalah peta kendali p. Peta kendali p merupakan peta kontrol atribut yang digunakan untuk mengamati proporsi atau
perbandingan antara produk yang cacat dengan total produksi. 1. Perhitungan Peta p untuk Tahap Inspeksi I
Pada tahap inspeksi I terdapat tiga jenis cacat yang diinspeksi yaitu cetakan miring, terdapat ceceran tinta dan kertas berkerut. Contoh perhitungan
peta p pada subgrup 1 untuk tahap inspeksi I adalah sebagai berikut : Total Kecacatan
= 505 Total inspeksi
= 18900 Total inspeksi subgrup 1 np
1
= 1000 Total kecacatan subgrup 1 np
1
= 24
∑
np
∑
n
Universitas Sumatera Utara
Maka proporsi kecacatan pada subgrup 1 dan proporsi rata-rata adalah :
Perhitungan UCL: Perhitungan LCL:
UCL =
UCL= UCL = 0,04202
LCL =
LCL = LCL = 0,01142
≈ 0
Dari perhitungan batas kendali di atas, terlihat bahwa nilai dari LCL adalah positif yaitu 0,01142. Nilai LCL yang positif ini dibuat menjadi nol karena
jika nilai proporsi dari suatu subgrup berada di bawah nilai LCL maka akan dianggap out of control diluar batas kendali, sedangkan dalam pengertian
pengendalian kualitas adalah suatu proses produksi dikatakan memiliki kualitas baik apabila proporsi kecacatannya mendekati nol. Berdasarkan perhitungan nilai
UCL dan LCL, terlihat bahwa proporsi kecacatan p pada subgrup 1 masih berada dalam batas kontrol. Perhitungan batas kontrol pada Peta p untuk data
tahap inspeksi I dapat dilihat pada Tabel 5.18. 024
, p
1000 24
p n
np p
1 1
= =
=
∑ ∑
02672 ,
p 18900
505 p
n np
p
= =
=
∑ ∑
1
n p
1 p
3 p
− +
1000 02672
, 1
02672 ,
3 02672
, −
+
1
n p
1 p
3 p
− −
1000 02672
, 1
02672 ,
3 02672
, −
−
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.18. Perhitungan Batas Kontrol Peta p untuk Tahap Inspeksi I
Subgrup Total
Inspeksi n
Total Kecacatan
np Proporsi
Kecacatan p
LCL UCL
Ket.
1 1000
24 0.02672
0.04202 In Control
2 900
24 0.02672
0.04285 In Control
3 800
24 0.02672
0.04382 In Control
4 1000
21 0.02672
0.04202 In Control
5 1000
20 0.02672
0.04202 In Control
6 900
25 0.02672
0.04285 In Control
7 800
23 0.02672
0.04382 In Control
8 900
24 0.02672
0.04285 In Control
9 900
26 0.02672
0.04285 In Control
10 950
21 0.02672
0.04242 In Control
11 1000
21 0.02672
0.04202 In Control
12 900
22 0.02672
0.04285 In Control
13 900
26 0.02889
0.04285 In Control
14 750
26 0.03467
0.04439 In Control
15 900
27 0.03000
0.04285 In Control
16 900
24 0.02667
0.04285 In Control
17 900
27 0.03000
0.04285 In Control
18 950
28 0.02947
0.04242 In Control
19 1000
24 0.02400
0.04202 In Control
20 750
21 0.02800
0.04439 In Control
21 800
27 0.03375
0.04382 In Control
18900 505
Dari perhitungan batas kontrol di atas, dapat disimpulkan bahwa keseluruhan proporsi kecacatan pada subgrup berada dalam batas kontrol in
control sehingga perhitungan kapabilitas proses mesin potong dalam menghasilkan produk yang tidak cacat yaitu sekitar 97,33 1 –
= 1 – 0,02672 = 0,97328. Peta p untuk tahap inspeksi I dapat dilihat pada Gambar 5.7.
∑
p
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.7. Peta p untuk Data Tahap Inspeksi I
2. Perhitungan Peta p untuk Tahap Inspeksi II Pada tahap inspeksi II terdapat dua jenis cacat yang diinspeksi yaitu kertas
potongan miring, dan ukuran tidak sesuai. Contoh perhitungan Peta p pada subgrup 1 untuk tahap inspeksi II adalah sebagai berikut :
Total Kecacatan = 7095
Total inspeksi = 183100
Total inspeksi subgrup 1 np
1
= 9750 Total kecacatan subgrup 1 np
1
= 359 Maka proporsi kecacatan pada subgrup 1 adalah :
0,000 0,005
0,010 0,015
0,020 0,025
0,030 0,035
0,040 0,045
0,050
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 P
ropor si K
ecacat an
Subgrup ke-
PETA P untuk TAHAP INSPEKSI I
proporsi p
UCL
LCL
∑
np
∑
n
03682 ,
p 9750
359 p
n np
p
1 1
= =
=
∑ ∑
03875 ,
p 183100
7095 p
n np
p
= =
=
∑ ∑
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan UCL: UCL =
UCL= UCL = 0,04461
Perhitungan LCL: LCL =
LCL= LCL = 0, 0328
≈ 0
Dari perhitungan batas kendali di atas, terlihat bahwa nilai dari LCL adalah positif yaitu 0,0328. Nilai LCL yang positif ini dibuat menjadi nol karena
jika nilai proporsi dari suatu subgrup berada di bawah nilai LCL maka akan dianggap out of control diluar batas kendali, sedangkan dalam pengertian
pengendalian kualitas adalah suatu proses produksi dikatakan memiliki kualitas baik apabila proporsi kecacatannya mendekati nol. Berdasarkan perhitungan nilai
UCL dan LCL di atas, terlihat bahwa proporsi kecacatan p pada subgrup 1 masih berada dalam batas kontrol. Perhitungan batas kontrol pada Peta p untuk data
tahap inspeksi II dapat dilihat pada Tabel 5.19.
Tabel 5.19. Perhitungan Batas Kontrol Peta p untuk Tahap Inspeksi II Subgrup
Total Inspeksi
n Total
Kecacatan np
Proporsi Kecacatan
p LCL
UCL Ket.
1 9750
359 0.03682
0.04461 In Control
2 8750
362 0.04137
0.04494 In Control
3 7750
326 0.04206
0.04533 In Control
4 9750
382 0.03918
0.04461 In Control
5 9750
335 0.03436
0.04461 In Control
6 8700
373 0.04287
0.04496 In Control
7 7750
330 0.04258
0.04533 In Control
8 8700
366 0.04207
0.04496 In Control
9 8700
312 0.03586
0.04496 In Control
1
n p
1 p
3 p
− +
9750 03875
, 1
03875 ,
3 03875
, −
+
1
n p
1 p
3 p
− −
9750 03875
, 1
03875 ,
3 03875
, −
−
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.19. Perhitungan Batas Kontrol Peta p ... Lanjutan Subgrup
Total Inspeksi
n Total
Kecacatan np
Proporsi Kecacatan
p LCL
UCL Ket.
10 9200
329 0.03576
0.04479 In Control
11 9700
329 0.03392
0.04463 In Control
12 8700
353 0.04057
0.04496 In Control
13 8700
319 0.03667
0.04496 In Control
14 7200
317 0.04403
0.04557 In Control
15 8700
345 0.03966
0.04496 In Control
16 8750
339 0.03874
0.04494 In Control
17 8700
331 0.03805
0.04496 In Control
18 9200
324 0.03522
0.04479 In Control
19 9750
339 0.03477
0.04461 In Control
20 7200
315 0.04375
0.04557 In Control
21 7700
310 0.04026
0.04535 In Control
183100 7095
Dari perhitungan batas kontrol di atas, dapat disimpulkan bahwa keseluruhan proporsi kecacatan pada subgrup berada dalam batas kontrol in
control sehingga perhitungan kapabilitas proses Quality Control dalam menghasilkan produk yang tidak cacat yaitu sekitar 96,13 1 –
= 1 – 0,03875 =0,96125. Peta p untuk tahap inspeksi II dapat dilihat pada Gambar 5.8.
∑
p
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.8. Peta p untuk Data Tahap Inspeksi II
c. Perhitungan Tingkat Sigma Perhitungan tingkat sigma dilakukan untuk menyatukan ukuran kualitas yang
terjadi pada setiap tahap inspeksi sehingga dapat membandingkan tahap inspeksi mana yang berada dalam kondisi paling buruk. Selain itu, juga akan
dilakukan perbaikan pada proses yang hasil tahap inspeksinya paling buruk. 1. Perhitungan Tingkat Sigma untuk Tahap Inspeksi I
Perhitungan tingkat sigma pada tahap inspeksi I harus melalui beberapa langkah seperti berikut :
Jumlah total unit produksi yang dihasilkan = 18900 unit Total barang yang cacat = 505 unit
Tingkat kecacatan defect per unit-DPU DPU = total cacattotal unit produksi
DPU = 505 18900 = 0,02672
0,000 0,008
0,016 0,024
0,032 0,040
0,048
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 P
ropor si K
ecacat an
Subgrup ke-
PETA P untuk TAHAP INSPEKSI II
proporsi p UCL
LCL
Universitas Sumatera Utara
Defect opportunities CTQ = 3 DPMO Defects Per Milion Opportunities = DPU CTQ x 1.000.000
DPMO = 0,02672 3 x 1.000.000 DPMO = 8906,53
≈ 8907
Tabel 5.20. Perhitungan Tingkat Sigma untuk Tahap Inspeksi I
DPMO 8907
Tingkat Sigma 2,61
Tingkat Sigma 1,5 Shift 3,87
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat sigma maka diperoleh nilai sigma untuk proses pencetakan pada tahap inspeksi I sebesar 2,61 sigma untuk
sigma yang terletak tepat berada di tengah-tengah batas spesifikasi. 2. Perhitungan Tingkat Sigma untuk Tahap Inspeksi II
Perhitungan tingkat sigma pada tahap inspeksi II harus melalui beberapa langkah seperti berikut:
Jumlah total unit produksi yang dihasilkan = 183100 unit Total barang yang cacat = 7095 unit
Tingkat kecacatan defect per unit-DPU DPU = total cacattotal unit produksi
DPU = 7095 181950 = 0,038975 Defect opportunities CTQ = 2
DPMO Defects Per Milion Opportunities = DPU CTQ x 1.000.000 DPMO = 0,038752 x 1.000.000
DPMO = 19374,66 ≈ 19375
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.21. Perhitungan Tingkat Sigma untuk Tahap Inspeksi II
DPMO 19375
Tingkat Sigma 2,34
Tingkat Sigma 1,5 Shift 3,57
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat sigma maka diperoleh nilai sigma untuk proses pemeriksaan hasil pemotongan pada tahap inspeksi II sebesar 2,34
sigma untuk sigma yang terletak tepat berada di tengah-tengah batas spesifikasi. Berdasarkan hasil perhitungan level sigma untuk kedua tahap inspeksi,
maka dapat disimpulkan bahwa nilai sigma untuk kedua proses tersebut masih jauh dibawah target 6 sigma. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi dan
analisis penyebab proses yang menghasilkan produk cacat sehingga dapat memberikan solusi perbaikan yang diharapkan untuk meningkatkan level sigma
sekarang.
5.2.3. Tahap Analyze