Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi, persaingan semakin ketat sehingga industri yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa harus dapat unggul dalam pasar. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk keberlangsungan suatu perusahaan. Suatu perusahaan harus dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen sesuai dengan spesifikasi atau mutu yang telah disepakati. Oleh karena itu, perusahan secara terus-menerus memperbaiki baik sistem manajeman maupun sistem produksinya untuk dapat memenuhi kepuasan konsumen sehingga tetap unggul dan mampu bersaing di pasaran. PD Aneka Industri dan Jasa merupakan perusahaan daerah yang memiliki banyak unit usaha, salah satunya yaitu unit percetakan. Unit Percetakan menghasilkan produk-produk berbahan baku kertas. Konsumennya merupakan instansi pemerintah seperti dinas perpajakan, dinas pendapatan daerah, dan kantor pemerintahan daerah lainnya. Produk yang dihasilkan antara lain formulir, blok formulir, dan kartu box dengan spesifikasi produk yang berbeda-beda. Banyaknya jenis produk yang dihasilkan menuntut perusahaan harus memperhatikan mutu dari setiap produk sehingga kepuasan konsumen dapat dipenuhi. Proses produksi pada PD Aneka Industri dan Jasa dilaksanakan berdasarkan pesanan konsumen make-to-order. Pada proses percetakan di lantai produksi terdapat pemborosan waste yaitu terdapat kegiatan proses yang tidak Universitas Sumatera Utara efisien dan kualitas hasil proses yang tidak sesuai sehingga diperlukan studi pengendalian mutu untuk mengurangi pemborosan waste yang ada. Pemborosan yang terjadi berupa produk setengah jadi yang rusak atau cacat defect akibat kesalahan proses pencetakan dan pemotongan. Batas tingkat kecacatan yang dapat diterima oleh perusahaan pada proses pencetakan dan proses pemotongan, masing-masing sebesar 3 dan 4 , sedangkan di lantai produksi terjadi tingkat kecacatan yang lebih besar dari batas tersebut. Pada proses pencetakan terdapat tingkat kecacatan terbesar yaitu 3,5 , sedangkan pada proses pemotongan sebesar 4,5 . Pengendalian mutu pada perusahaan selama ini dilakukan tanpa prosedur inspeksi yang baik. Inspeksi dilakukan sebelum proses pemotongan yaitu pada kegiatan penyusunan, sedangkan hasil pemotongan tidak diperiksa secara teliti sehingga hasil pemotongan yang rusak tidak teridentifikasi dan langsung dilanjutkan ke proses selanjutnya. Pengendalian mutu pada proses pemotongan sangat penting karena jika dibiarkan dapat meningkatkan waktu produksi lead time, biaya material, maupun biaya produksi, serta mengurangi hasil produk jadi sehingga terjadi kesulitan dalam pencapaian target produksi. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu metode pengendalian mutu yang dapat digunakan dalam pengurangan waste tersebut adalah pendekatan Lean Six Sigma. Konsep dari Lean Manufacturing yaitu untuk meminimasi ataupun mengeliminasi pemborosan yang terjadi pada setiap proses di perusahaan sehingga hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk memperbaiki sistem ataupun prosedur operasional perusahaan. Pendekatan dengan menggunakan metode Lean Universitas Sumatera Utara Six Sigma merupakan kombinasi antara Lean dan Six Sigma yang menitikberatkan kepada pengurangan lead time dan kecacatan produksi pada proses produksi sehingga dapat berdampak positif pada peningkatan jumlah produksi yang lebih baik dan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Konsumen menginginkan produk yang berkualitas, untuk mewujudkan keinginan tersebut setiap perusahaan selalu berusaha untuk menjaga proses produksi yang mereka lakukan agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Untuk meningkatkan kualitas produk, pendekatan lean six sigma dapat digunakan untuk memberikan perbaikan pada proses produksi. Ada 5 tahap yang digunakan dalam pendekatan Lean Six Sigma yaitu tahap define, measure, analyze, improve dan control Panji Wartaning Tyas, 2009. Dengan pendekatan Lean Six Sigma diharapkan ditemukan solusi yang tepat untuk mengetahui jenis dan akar penyebab dari produk reject cacat dan aktivitas yang tidak bernilai tambah pada saat proses produksi, sehingga nilai kualitas dan tingkat produktivitas produk lebih meningkat Denny Setia Abadi, 2011.

1.2. Rumusan Masalah