18
suatu masalah. Sebaiknya anak diberi tanggung jawab dan kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaannya sendiri sehingga akan memunculkan inisiatif dan
kepercayaan diri anak. d.
Industry vs Inferiority 6 tahun- 10 tahun Muhyidin, dkk 2014: 180 mengungkapkan bahwa pada masa ini anak
berada pada posisi yang sangat kritis untuk mengembangkan percaya dirinya. Anak sudah mampu untuk belajar dan berimajinasi, sehingga anak memiliki sikap
ingin berhasil, bermotivasi tinggi, dan beretos kerja. Anak harus dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk
menyiapkan diri memasuki masa dewasa. Anak yang mampu menguasai suatu ketrampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil dan percaya diri sebaliknya
bila tidak menguasai suatu ketrampilan tertentu akan menimbulkan rasa rendah diri Slamet Suyanto 2005:71.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan perkembangan sosial emosional anak sebelumnya mempengaruhi tahapan
perkembangan selanjutnya. Terkait dengan tahapan perkembangan sosial emosional dalam penelitian
ini yaitu sebagai langkah awal dalam memahami perkembangan percaya diri anak. Percaya diri terbentuk pada tahap trust vs mistrust, muncul pada tahap autonomy
vs shame, doubt dan berkembang pada tahap inisiative vs guilt. Kegiatan penjelajahan yang dilakukan pada masa sebelumnya memberi pengaruh yang
positif pada tahap inisiative vs guilt yaitu anak menjadi inisiatif, kreatif, sehingga anak menjadi semakin percaya diri. Percaya diri merupakan salah satu tingkat
19
pencapaian perkembangan percaya diri anak berusia 4-5 tahun pada aspek sosial emosional.
3. Stimulasi Perkembangan Sosial Emosional
Beberapa cara yang bisa diajarkan kepada anak usia dini untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional menurut Muhyidin, dkk 2014:
184-188 adalah sebagai berikut: a.
Mengembangkan empati dan kepedulian
Anak yang mempunyai kemampuan empati dan kepedulian cenderung lebih sosial. Hal ini akan menjadikan pribadi anak lebih mudah bergaul dengan teman-
temannya dan memberikan kemudahan dalam menjalin hubungan dengan
siapapun. Pengembangan empati ini dapat dilakukan melalui bermain peran.
b. Optimisme
Optimisme diartikan sebagai kecenderungan untuk memandang segala sesuatu dari sisi dan kondisi baiknya serta mengharapkan hasil yang optimal. Cara
mengajarkan sikap optimis kepada anak, seorang pendidik harus membedakan terlebih dahulu mana sikap yang optimis dan mana sikap yang pesimis.
c. Pemecahan masalah Sering kali orang tua tidak memberi kebebasan terhadap anak untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri, terlalu memanjakan, dan selalu khawatir dengan tindakan yang dilakukan anak. Akibatnya, anak akan manja, tidak mandiri
dan kurang percaya diri dalam melakukan berbagai kegiatan. Untuk mengatasinya pendidik dan orang tua harus mengajarkan dan
membiasakan anak untuk mengatasi masalah sendiri dengan memperkenalkan
20
permainan yang menantan. Jika anak mampu menyelesaikan permainan, berilah reward dalam bentuk benda maupun pujian-pujian. Keberhasilan anak dalam
melewati permainan yang menantang akan direkam dalam pikiran bawah sadarnya, sehingga anak akan mempunyai keyakinan yang kuat bahwa dirinya
mampu melakukan apa pun. Permainan yang penuh tantangan, secara tidak langsung melatih anak untuk
menghadapi berbagai rintangan dan permasalahan. Permainan ini dapat menjadi stimulasi edukatif bagi pemecahan masalah anak sehingga dapat mendorong
tumbuhnya percaya diri anak. Memberikan permainan yang penuh tantangan atau penugasan dapat mengembangkan percaya diri anak untuk mengatasi berbagai
permasalahan. c.
Motivasi diri Sebagian dari diri anak yang bisa merasakan suatu keberhasilan adalah
emosinya. Bagian terpenting dari emosi tersebut adalah motivasi diri. Motivasi yang akan menumbuhkan sikap optimisme, antusiasme, percaya diri dan tidak
mudah menyerah. Motivasi yang diberikan kepada anak bisa berupa pujian, acungan jempol, dan sebagainya.
Berdasarkan pada beberapa pendapat yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengembangkan perkembangan sosial emosional anak usia dini yaitu melalui mengembangkan empati dan kepedulian, optimisme, pemecahan masalah, dan
motivasi diri. Permainan dapat menjadi stimulasi perkembangan sosial emosional anak dan stimulasi edukatif bagi pemecahan masalah anak. Permainan yang penuh
21
tantangan dan penugasan dapat mendorong peningkatan percaya diri. Terkait dengan cara menstimulasi perkembangan sosial emosional anak dalam penelitian
ini yaitu sebagai langkah awal dalam memahami cara mengembangkan perkembangan sosial emosional anak salah satunya yaitu percaya diri self
confidence.
B. Percaya Diri Self Confidence
1. Esensi Self Diri
Self dalam psikologi menurut Sumadi Suryabrata 2008: 248-250 mengungkapkan bahwa self memiliki dua arti yaitu: 1 sikap dan perasaan
seseorang terhadap dirinya sendiri 2 suatu keseluruhan proses psikologi yang menguasai tingkah laku dan penyesuaian diri.
Pendapat Sumadi Suryabrata diperkuat oleh pendapat Agoes Dariyo 2007: 202 yang menyatakan bahwa self
diri adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan diri seorang individu. Self merupakan kesadaran yang menyangkut kehidupan pada diri individu, baik
pengalaman masa lalu, masa kini maupun tujuan yang akan dicapai di masa depan.
Carl Rogers dalam Sumadi Suryabrata 2008: 260 menjelaskan bahwa self mempunyai bermacam-macam sifat yaitu: 1 self berkembang dari interaksi
individu dengan lingkungan, 2 self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara bentuk yang tidak wajar, 3 self mengejar
menginginkan konsisten akan kebutuhan kesatuan dan keselarasan, 4 self akan berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
22
Berdasarkan pada beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan pengertian self yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan diri seorang
individu, baik mengenai sikap, tingkah laku, perasaan, dan pengamatan terhadap dirinya sendiri yang dipengaruhi aspek fisiologis, psikologis, sosiologis maupun
spiritual moral.
2. Unsur-Unsur Self Diri
Agoes Dariyo 2008: 202 menyebutkan dan menjelaskan bahwa self diri meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Konsep diri self-concept
Konsep diri self-concept adalah gambaran diri sendiri yang bersifat menyeluruh terhadapan keberadaan diri seseorang. Gambaran konsep diri berasal
dari interaksi antara diri sendiri maupun antara diri dengan orang lain lingkungan sosialnya. Konsep diri sebagai cara pandang seseorang mengenai diri sendiri
untuk memahami keberadaan diri sendiri maupun memahami orang lain. b.
Evaluasi diri self- evaluation Evaluasi Diri self evaluation adalah suatu kemampuan individu untuk
menganalisis, mengevaluasi dan menilai segi-segi kelebihan dan kelemahan yang ada dalam diri sendiri.
c. Penerimaan diri self acceptance
Penerimaan diri adalah suatu kemampuan seorang individu untuk dapat melakukan penerimaan terhadap keberadaan diri sendiri. Hasil analisa evaluasi
atau penilaian terhadap diri sendiri akan dijadikan dasar bagi seorang individu
23
untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam rangka penerimaan terhadap keberadaan diri sendiri.
d. Harga diri self esteem
Harga diri adalah suatu kemampuan seseorang untuk dapat melakukan penghargaan terhadap diri sendiri. Kemampuan menghargai diri tidak dapat
dilepaskan dengan kemampuan untuk menerima diri sendiri. Bila individu sudah mampu menerima diri sendiri apa adanya, maka akan dapat menghargai dirinya
sendiri dengan baik. e.
Efikasi diri self effication Efkasi diri adalah keyakinan seorang individu yang ditandai dengan
keyakinan untuk melakukan sesuatu hal dengan baik dan berhasil. Individu yang memiliki efikasi diri biasanya sebagai orang yang percaya diri, optimis dan dapat
mencapai sesuatu dengan baik. f.
Percaya diri self confidence Percaya diri adalah kemampuan individu untuk dapat memahami dan
meyakini seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya. Anak yang percaya diri biasanya
mempunyai inisiatif, antusias, kreatif dan optimis, mampu menyadari kelemahan dan kelebihan diri sendiri, serta berpikir positif.
Sementara itu, Martinis Yamin dan Sabri 2012: 91, menambahkan bahwa anak usia 5 tahun menunjukkan percaya diri self confidence ketika mengikuti
kegiatan di kelas, mengekspresikan emosi, mempunyai keinginan bereksplorasi dengan berbagi alat permainan dan berinteraksi dengan teman-teman di kelasnya.