53
mengerjakan tugas saat bermain ular tangga edukatif dan anak mendapat penguatan dari guru serta teman-temannya berupa pemberian reward, sehingga
anak akan memiliki percaya diri.
E. Kerangka Pikir
Perkembangan emosi sangat berpengaruh dalam hidup seseorang anak dan berkembang secara bertahap sesuai dengan usia anak. Pada usia pra sekolah 5-6
tahun, perkembangan emosi dapat dikembangkan melalui pendidikan yaitu melalui jalur pendidikan Taman Kanak-kanak. Salah satu perkembangan sosial
emosional yang perlu dikembangkan adalah percaya diri. Percaya diri self confidence anak harus dikembangkan sedini mungkin
sehingga anak akan mampu mengerjakan tugas sendiri tanpa bergantung pada orang lain, tidak ragu-ragu, memiliki keberanian untuk bertindak, berani tampil di
depan umum dengan tenang, berani mempertahankan pendapatnya, memiliki keyakinan terhadap diri sendiri, mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di
berbagai situasi. Anak yang mempunyai landasan percaya diri yang kuat, akan bisa diandalkan, tidak takut untuk mencoba hal-hal yang baru, berani menghadapi
dan menyelesaikan tantangan yang ada, serta akan memiliki kemampuan dalam menghadapi berbagai masalah di masa yang akan datang.
Pada kenyataannya sebagian anak percaya dirinya belum berkembang dengan baik. Hal ini terlihat masih banyaknya anak yang malu jika berhadapan
dengan orang lain, kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, kurang memiliki keyakinan kemampuan diri ketika mengerjakan tugas, malu untuk
54
bertanya dan menjawab pertanyaan, malu ketika diminta maju ke depan untuk menjadi contoh bagi teman-temannya. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, baik
dari pola asuh keluarga maupun pembiasaan di sekolah. Untuk dapat meningkatkan percaya diri anak, peneliti dan guru memilih kegiatan permainan
ular tangga edukatif. Permainan ular tangga edukatif dimainkan oleh beberapa anak yang dibagi
dalam kelompok kecil. Anak diberikan kesempatan tampil di depan untuk mengerjakan tugas yang diperoleh dan dilakukan beberapa kali berulang-ulang.
Anak melempar dadu, selanjutnya anak menuju ke kotak sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Setelah sampai di kotak, guru memberitahu anak
mengenai tugas yang di dapat. Selanjutnya anak mengerjakan tugas dan menunjukkan kemampuannya di hadapan guru serta teman-temannya. Guru
memberikan motivasi saat anak tampil mengerjakan tugas. Anak yang berhasil menyelesaikan tugas akan memiliki keyakinan kemampuan diri dan akan
mendapat pengakuan dari guru serta teman-temannya. Pengakuan tersebut berbentuk reward berupa acungan jempol, tepuk tangan, pujian, pemberian stiker,
dan beberapa komentar positif dari teman-temannya. Setelah mendapat pengakuan, maka anak akan memiliki konsep diri yang positif dan harga diri yang
tinggi sehingga pecaya diri anak dapat meningkat. Hal ini senada dengan pendapat Irawati Istadi 2006: 137, bahwa anak yang mampu menunjukkan kompetensinya
dan memperoleh pengakuan dari lingkungan akan mempunyai percaya diri. Anak yang belum berhasil menyelesaikan tugas tetap mendapat reward dan
motivasi dari guru serta teman-temannya, agar tidak merasa rendah diri dan mau
55
mencobanya lagi sampai berhasil. Guru memberikan kesempatan pada anak yang tidak mau tampil mengerjakan tugas yang di dapat, untuk memilih tugas yang
akan dikerjakan dan ditampilkan di hadapan teman-temannya. Berdasarkan paparan di atas, dapat dibuat kerangka alur pikir dalam
penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu percaya
diri pada anak kelompok B RA Krapyak dapat ditingkatkan melalui permainan ular tangga edukatif dengan memberikan kesempatan dan pengalaman pada anak
untuk terbiasa tampil di depan mengerjakan tugas yaitu bernyanyi, bercerita, membaca surat pendek, menyebutkan alat-alat transportasi, menebak suara
binatang, menari, menirukan gerakan binatang, dan dengan pemberian reward. Percaya diri
anak dapat meningkat
Peningkatan percaya diri melalui permainan ular
tangga edukatif dengan cara anak tampil di depan
beberapa kali berulang- ulang mengerjakan tugas
untuk menunjukkan kemampuannya dan anak
mendapat pengakuan dari guru serta teman-temannya
berupa pemberian reward. Sebagian
besar anak percaya
dirinya belum berkembang
dengan baik
56
G. Penelitian Relevan
Terkait dengan penelitian ini, maka peneliti menggunakan dua penelitian relevan. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Percaya Diri Melalui Metode Show and Tell pada Anak
Kelompok A TK Marsudi Putra, Dagaran, Palbapang, Bantul, Yogyakarta. Skripsi Okki Ristya Mutasi Ningsih digunakan sebagai kajian penelitian
yang relevan dengan jenis penelitian tindakan kelas PTK kolaboratif. Subyek penelitian adalah anak kelompok A TK Marsudi Putra yang terdiri dari 17 anak.
Metode pengumpulan data adalah observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa percaya diri anak kelompok A TK Marsudi Putra dapat
ditingkatkan melalui metode show and tell terlihat dari presentase sebelum tindakan sebesar 35,29 dan setelah tindakan meningkat menjadi 82,35.
2. Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media
Snader Game Tahun 2013. Jurnal penelitian Risah Arijani digunakan sebagai kajian penelitian yang
relevan dengan jenis penelitian tindakan kelas PTK. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan
menggunakan media snader game. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media pembelajaran permainan akan sangat menyenangkan dan mudah untuk dipahami,
karena media pembelajaran dalam bentuk snader game mampu melatih kemampuan membaca permulaan anak dan memotivasi anak untuk belajar dan
bersosialisasi.
57
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas classroom action research. Menurut Rochiati Wiriaatmadja 2006: 13, penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan dengan mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Wina
Sanjaya 2010: 26 mengungkapkan bahwa, penelitian tindakan kelas adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri
dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh
dari perlakuan tersebut. Penelitian tindakan kelas dilakukan peneliti untuk mengetahui masalah kegiatan pembelajaran yang ada di dalam kelas dan
merencanakan suatu kegiatan untuk memecahkan suatu permasalahan tersebut. Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini dilaksanakan
secara kolaboratif yaitu adanya kerjasama antara guru dan peneliti dalam merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan yang telah dilakukan.
Guru bertugas melaksanakan tindakan sedangkan peneliti bertugas mengamati proses dan hasil tindakan.
B. Setting Penelitian
Sarwiji Suwandi 2010: 54, menyatakan bahwa setting penelitian yaitu mengacu pada waktu dan tempat penelitian dilakukan.