34
mereka bisa membuat anak-anak takut. Pada anak-anak tertentu, ketakutan ini bisa terjadi secara berlebihan dan menimbulkan rasa tidak percaya diri.
d. Anak tidak berani tampil di depan kelas
Ketidakberanian anak untuk tampil di depan kelas merupakan salah satu bentuk gejala tidak percaya diri pada anak. Misalnya, anak menolak setiap kali
guru meminta anak untuk bernyanyi, bercerita atau mengerjakan tugas di depan kelas.
e. Anak tidak berani bertanya dan menyatakan pendapat
Selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, misalnya kegiatan bercakap- cakap, bercerita, guru sudah memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya
atau menjawab pertanyaan. Akan tetapi, anak belum berani bertanya dan menyatakan pendapatnya.
f. Anak mudah panik dalam menghadapi masalah
Sikap itu biasanya bukan disebabkan masalah yang dihadapinya sangat sulit, tetapi lebih sering karena adanya rasa tidak percaya diri bahwa ia akan mampu
mengatasi masalah. Misalnya, pada saat anak diminta guru untuk maju ke depan sebagai contoh untuk teman-temannya atau mengerjakan tugas, anak akan panik,
bingung dan gugup. g.
Anak menjadi gagap ketika berbicara Jika seorang anak memperlihatkan gejala tergagap-gagap ketika berbicara
padahal tidak memiliki kalainan pada alat-alat bicaranya, besar kemungkinan mengalami kecemasan yang cukup berat setiap kali berhadapan dan berbicara
35
dengan orang lain atau di depan umum. Hal ini juga menunjukan adanya kelemahan pada kepribadian anak dari sisi tertentu, yaitu tidak percaya diri.
h. Anak cenderung tidak punya inisiatif
Kurangnya inisiatif anak di dalam melakukan sesuatu yang baik sering terlihat, terutama di dalam lingkungan sekolah pada saat berlangsungnya proses
belajar mengajar di sekolah. Pada saat guru mengajukan berbagai macam pertanyaan dan anak lainnya memberikan jawaban dengan antusias, ia lebih
banyak diam.
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri
Bekti Setiti 2011: 12-13 menjelaskan bahwa percaya diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Berikut penjabaran dari kedua
faktor tersebut: a.
Faktor internal, meliputi: 1
Konsep diri Terbentuknya percaya diri seorang anak diawali dengan perkembangan
konsep diri. Konsep diri awalnya terbentuk dari lingkungan keluarga dan merupakan hasil interaksi dengan lingkungan sosial. Jika hasil interaksi anak
dengan lingkungan keluarga dan sosial yang muncul positif, maka akan menunjukkan konsep diri yang positif dan memiliki percaya diri.
2 Harga diri
Harga diri mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang. Anak yang memiliki harga diri yang tinggi cenderung bersifat optimis dengan melihat dirinya
sebagai seseorang yang percaya bahwa usahanya akan berhasil dan mudah
36
menerima orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri, hal ini berarti anak memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
3 Kondisi fisik
Cacat atau kelainan fisik tertentu, seperti cacat anggota tubuh atau rusaknya salah satu indera merupakan kekurangan yang terlihat jelas oleh orang lain, jika
orang tersebut tidak bisa bereaksi secara positif, timbulah rasa rendah diri yang akan berkembang menjadi tidak percaya diri.
4 Pengalaman hidup
Kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman. Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya diri dan dapat menjadi faktor menurunnya rasa
percaya diri seseorang. Pengalaman yang mengecewakan bagi anak akan menimbulkan rasa rendah diri minder, namun pengalaman yang menyenangkan
atau menggembirakan akan menimbulkan kepercayaan diri. a.
Faktor eksternal, meliputi: 1
Pendidikan Tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan orang tersebut tergantung
dan berada dibawah kekuasaan orang lain yang lebih pandai darinya. Sebaliknya, orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memiliki tingkat kepercayaan diri
yang lebih dibandingkan yang berpendidikan rendah. 2
Pekerjaan Bekerja dapat mengembangkan kreativitas dan kemandirian serta rasa
percaya diri. Percaya diri dapat diperoleh seseorang, apabila dalam melaksanakan pekerjaannya dapat mencapai hasil yang optimal. Hasil dari bekerja selain materi
37
yang diperoleh, rasa kepuasan dan rasa bangga akan muncul karena mampu mengembangkan kemampuan dirinya.
3 Lingkungan
Dukungan dan hubungan interaksi yang baik dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi.
Hubungan persahabatan yang baik antar anak dan guru, pemberian motivasi dari guru, serta kegiatan-kegiatan di sekolah dapat menjadi sarana dalam
meningkatkan percaya diri. Melengkapi pendapat di atas, Thursan Hakim 2005: 30-31 berpendapat
bahwa selain beberapa faktor eksternal di atas yang mempengaruhi percaya diri anak yaitu cara orang tua dalam mendidik anaknya. Orang tua yang terlalu
memanjakan anak, banyak melarang, banyak mencela, serta kurang memberikan kesempatan pada anak untuk berekplorasi akan membuat anak menjadi rendah diri
dan tidak percaya diri. Orang tua yang ingin menanamkan percaya diri yang kuat pada diri anak, maka di dalam setiap kegiatan positif yang dilakukan anak perlu
memberikan motivasi, semangat untuk bersifat mandiri dan selalu mendorong anak untuk mencobanya lagi jika anak mengalami kegagalan.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi percaya diri seseorang meliputi faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh konsep diri, harga diri, kondisi fisik dan pengalaman hidup, sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh pendidikan,
pekerjaan, lingkungan dan pola pendidikan keluarga.