Keterampilan Berbicara Sesuai Konteks Akademis, Formal, Vokasional

Bahasa Indonesia SMP KK E 19 hal yang di luar dirinya. Berbicara pada diri sendiri pada umumnya tidak dilisankan. Berbicara pada diri sendiri seolah-olah tidak penting sehingga terlewatkan begitu saja di dalam kehidupan seseorang. Padahal cara ini dapat melahirkan sikap bijak dan kecerdasan, yang kemudian terekspersikan dengan budi bahasa dan perilaku. b. Berbicara empat mata dialog dilakukan dalam percakapan sehari-hari, baik langsung bertatap muka ataupun melalui media telepon. Caranya dengan bergiliran, bersifat situasional, dan spontan. Pada umum bersifatnya nonformal. Isi pembicaraan sering kali tidak terfokus pada satu topik. Salah satu jenis berbicara empat mata yang lebih tertata adalah wawancara. Wawancara adalah proses dialog antara orang yang mencari informasi dengan orang yang memberikan informasi. Pemberi informasi biasanya adalah seorang ahli, yang menjadi spesialis dalam satu bidang tertentu, atau yang dianggap mengenal dan mengetahui suatu masalah secara baik. Si penanya mengharapkan informasi yang luas dan lengkap atas apa yang ditanyakan. Berwawancara memiliki dua tahapan, yakni persiapan dan pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan terbagi atas 1 tahap pembukaan, 2 tahap inti, dan 3 tahap akhir. Pada tahap persiapan hal yang harus diperhatikan pewawancara adalah sebagai berikut: 1 Menentukan tujuan wawancara yang akan dilaksanakan. 2 Menentukan informasi, keterangan, dan data yang diperlukan sesuai dengan tujuan wawancara. 3 Jenis-jenis informasi, keterangan, atau data yang dapat dijadikan bahan pertanyaan dalam. 4 Memilih narasumber yang dapat memberikan informasi, keterangan, atau data yang diperlukan. 5 Menghubungi narasumber sebelum wawancara dilaksanakan dan membuat kesepakatan berkaitan dengan teknik pelaksanaan wawancara, misalnya mengenai waktu, tempat, dan sebagainya. Kegiatan Pembelajaran 1 20 6 Menyusun pokok-pokok pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara. Di awal wawancara, pewawancara memperkenalkan diri sekaligus mengemukakan maksud dan tujuan wawancara. Pewawancara hendaknya mengikuti tata aturan dan kesopanan, baik dalam penampilan maupun penggunaan bahasa. Penampilan hendiknya rapi, bersih dan enak dipandang. Adapun dalam penggunaan bahasa, hendaklah menggunakan tutur kata yang sopan dan tidak menyinggung perasaan orang yang diwawancarai. Supaya proses tanya jawab berlangsung dengan baik, pewawancara sebaiknya mengenal lebih jauh mengenai identitas atau keterangan-keterangan yang berkenaan dengan pribadi narasumber. Pada tahap inti, pewawancara mengajukan pertanyaan secara sistematis, jelas dan singkat. Jumlah pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan situasi dan waktu. Pertanyaan-pertanyaan hendaknya disampaikan dengan ramah sehingga dapat menciptakan suasana akrab dengan orang yang diwawancarai. Selama proses wawancara berlangsung, pewawancara hendanya bersikap sebagai pihak yang netral. Artinya, ia tidak memihak pada suatu konflik pendapat, peristiwa, ataupun konflik- konflik lainnya yang mungkind kemukakan narasumber. Pewawancara mencatat data penting yang dikemukakan oleh orang narasumber. Akhiri kegiatan wawancara dengan kesan yang baik dan menyenangkan. Pewawancara hendaknya menyatakan ucapan terima kasih. Tambahkan pula pengharapannya agar kedua pihak dapat bertemu lagi pada kesempatan lain. Tetaplah pelihara hubungan baik dengannya. c. Berbicara dalam kelompok dalam bentuk diskusi dengan melibatkan banyak orang. Kegiatan semacam ini pada umumnya berlangsung dalam situasi formal. Keterfokusan topik dan keberaturan lalu lintas pembicaraan sengaja diatur dengan perlunya kehadiran pihak moderator. Di samping kejelasan argumen, berbicara dalam kelompok juga memerlukan kesiapan berbeda pendapat. Berikut ini diuraikan materi berdisuksi secara lebih rinci.