Bahasa Indonesia SMP KK E
17
materi tentang pembentukan suatu sikap ataupun kesadaran untuk berbuat sesuatu. Misalnya, tentang pentingnya toleransi, kejujuran,
ketaqwaan, kesadaran membayar pajak. Pembicaraan seperti ini, juga sering dilakukan guru untuk membentuk kesadaran pentingnya belajar,
berprestasi, dan sikap-sikap positif lainnya. Seorang juru kampanye, tukang obat, juru parkir, juga sales, pembicaraanya didominasi oleh nada-
nada persuatif untuk membujuk orang lain supaya melakukan sesuatu yang diinginkannya.
Di luar tujuan-tujuan itu, seseorang berbicara dapat juga didasari oleh kepentingan-kepentingan sosial. Seseorang karyawan terlibat di antara
pembicaraan teman-temannya hanya untuk menjaga hubungan baik dengan para koleganya itu. Hal serupa sering pula dilakukan di dalam
perbincangan keluarga dan di tengah-tengah kehidupan masyarakat pada umumnya. Keterlibatan seseorang di dalam konteks pembicaraan seperti
itu sering kali didorong oleh keinginan untuk menjalin silaturahim ataupun kewajiban-kewajiban sebagai anggota dari komunitas tertentu.
Aktualisasi dan ekspresi diri merupakan tujuan lainnya yang mendasari seseorang berbicara. Seorang siswa yang bericara kepada guru di
tengah-tengah diskusi kelompoknya, sering kali didasari oleh tujuan agar ia memperoleh pengakuan gurunya bahwa ia tahu atau bisa menjawab
suatu persoalan. Seorang petani bersenandung; itulah cara petani itu di dalam mengekspresikan diri bahwa dia sedang bergembira. Seorang
pelajar bertutur kata secara puitis; merupakan cara ekspresi remaja itu di dalam menyatakan kerinduannya pada seseorang. Dari kegiatan
berbicara yang bersifat menstimulasi memungkinkan untuk melahirkan jenis-jenis teks persuasif, eksposisi, ulasan, tanggapan kritis, dan
sejenisnya.
4. Keterampilan Berbicara Sesuai Konteks Akademis, Formal, Vokasional
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan 1983:15 tujuan utama berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin
Kegiatan Pembelajaran 1
18
dikombinasikan, dia harus mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari
segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk 1997:37 tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan
atas lima golongan yaitu 1 menghibur, 2 menginformasikan, 3 menstimulasi, 4 meyakinkan, dan 5 menggerakkan.
Menurut Hartono berdasarkan lawan bicara, keterampilan berbicara dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu: a satu lawan satu, b satu lawan
banyak, c banyak lawan satu,dan d banyak lawan banyak.
Keterampilan berbicara berdasarkan maksud atau tujuan berbicara, dapat dikelompokkan menjadi sembilan bentuk, yaitu: a memberi perintah atau
instruksi, b memberi nasehat, c memberi saran, d berpidato, e mengajar atau member ceramah, f berapat, g berunding, h pertemuan, i
menginterview.
Berdasarkan tingkat keformalannya, keterampilan berbicara dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu: a berbicara formal, b berbicara
semi formal dan c berbicara informal.
Berdasarkan ragam bahasa terdiri atas : a. Akademisi: penggunaan bahasa oleh praktisi akademis, misalnya: dosen,
ilmuwan b. Formal : penggunaan bahasa oleh situasi formal, misalnya : sekolah,
acara resmi c. Vokasional: penggunaan bahasa pada jurusan atau bidang tertentu,
misalnya: apoteker, notaris
5. Jenis-Jenis Keterampilan Berbicara
Berdasarkan pihak yang tertuju, berbicara terbagi ke dalam empat jenis, yakni bicara pada diri sendiri, bicara empat mata, bicara dalam kelompok, dan
berbicara di depan umum.
a. Berbicara pada diri sendiri monolog dilakukan seseorang ketika merenung atau memikirkan sesuatu, baik tentang dirinya sendiri ataupun
Bahasa Indonesia SMP KK E
19
hal yang di luar dirinya. Berbicara pada diri sendiri pada umumnya tidak dilisankan. Berbicara pada diri sendiri seolah-olah tidak penting sehingga
terlewatkan begitu saja di dalam kehidupan seseorang. Padahal cara ini dapat melahirkan sikap bijak dan kecerdasan, yang kemudian
terekspersikan dengan budi bahasa dan perilaku.
b. Berbicara empat mata dialog dilakukan dalam percakapan sehari-hari, baik langsung bertatap muka ataupun melalui media telepon. Caranya
dengan bergiliran, bersifat situasional, dan spontan. Pada umum bersifatnya nonformal. Isi pembicaraan sering kali tidak terfokus pada satu
topik. Salah satu jenis berbicara empat mata yang lebih tertata adalah wawancara.
Wawancara adalah proses dialog antara orang yang mencari informasi dengan orang yang memberikan informasi. Pemberi informasi biasanya
adalah seorang ahli, yang menjadi spesialis dalam satu bidang tertentu, atau yang dianggap mengenal dan mengetahui suatu masalah secara
baik. Si penanya mengharapkan informasi yang luas dan lengkap atas apa yang ditanyakan.
Berwawancara memiliki dua tahapan, yakni persiapan dan pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan terbagi atas 1 tahap pembukaan, 2 tahap inti,
dan 3 tahap akhir. Pada tahap persiapan hal yang harus diperhatikan pewawancara adalah sebagai berikut:
1 Menentukan tujuan wawancara yang akan dilaksanakan. 2 Menentukan informasi, keterangan, dan data yang diperlukan sesuai
dengan tujuan wawancara. 3 Jenis-jenis informasi, keterangan, atau data yang dapat dijadikan
bahan pertanyaan dalam. 4 Memilih narasumber yang dapat memberikan informasi, keterangan,
atau data yang diperlukan. 5 Menghubungi narasumber sebelum wawancara dilaksanakan dan
membuat kesepakatan berkaitan dengan teknik pelaksanaan wawancara, misalnya mengenai waktu, tempat, dan sebagainya.