17
ria.  Anak  autistik  juga  kesulitan  dalam  menunjukkan  ekspresi  melalui  mimik wajah.  Raut  wajah  atau  mimik  wajah  yang  kaku.  Ketika  anak  diminta  untuk
tersenyum, senyum yang dihasilkan terlihat kaku. Anak autistik terlihat memiliki dunianya sendiri karena anak kurang mampu
berbagi  ketertarikan.  Mereka  kurang  mampu  untuk  melakukan  kegiatan  bersama seperti  bermain  bersama.  Bentuk  dari  kurang  mampu  berbagi  ketertarikan  dapat
ditunjukan dengan anak kurang mampu berbagi mainan ketika bermain bersama. Ketika  mereka  sedang  bermain  sendiri  kemudian  orang  lain  mendekati  dan
mencoba  bermian  bersama,  mereka  akan  lebih  memilih  untuk  pergi  dan membiarkan  orang  lain  bermain  dengan  mainannya.  Anak  yang  mengamai
gangguan  autistik  akan  menujukkan  sikap  acuh  terhadap  panggilan  atau  tidak menoleh ketika dipanggil.
c. Perilaku
Karakteristik  perilaku  anak  autistik  yang  utama  adalah  perilaku  berulang dan  menetap,  terpaku  pada  rutinitas,  asyik  dan  tertarik  dengan  objek,  aktivitas
atau fakta tertentu, memiliki fungsi sensori dan gerak yang tidak normal Taylor, Smiley,  dan  Richards,  2009:  368.  Perilaku  yang  berhubungan  dengan  autistik
yaitu  perilaku  yang  menetap,  ritual,  dorongan,  obsesi,  ekolalia,  dan  melukai  diri Lewis dan  Bodfish, 1998: 80. Willis 2009: 3 menyebutkan beberapa perilaku
stereotip  yang  paling  umum  terlihat  pada  anak-anak  dengan  autism  yaitu handflaping  mengepak  satu  atau  kedua  tangan,  menarik  atau  menekan  telinga,
bergoyang-goyang  atau  dari  sisi  ke  sisi,  mengendus  udara,  atau  mengisap  bibir atas.
18
Perilaku  pada  anak  autistik  menetap  dalam  jangka  waktu  yang  sebentar sampai  dengan  lama  dan  dapat  juga  sebagai  bentuk  komunikasi.  Perilaku  yang
dimaksud seperti merusak, melukai diri, tantrum, atau agresi. Banyak anak dengan autistik  adalah  mengalami  hipersensitivitas  dan  menikmati  sensasi  dari
rangsangan tertentu Block, 2006: 10. Pemaparan  teori  di  atas  dapat  diuraikan  kembali  secara  terperinci  bahwa
karakteristik perilaku yang muncul pada anak autistik yang utama adalah perilaku berulang  dan  menetap  dalam  jangka  waktu  yang  sebentar  sampai  dengan  lama.
Perilaku  tersebut  dapat  juga  sebagai  bentuk  komunikasi.  Perilaku  yang  muncul juga  dapat  merupakan  manifestasi  dari  hipersensitivitas  ataupun  hiposensitivitas
sensori dan sensasi dari rangsangan tertentu. Perilaku  berulang  yang  paling  umum  terlihat  pada  anak-anak  dengan
autistik  yaitu  handflaping  mengepak  satu  atau  kedua  tangan,  menarik  atau menekan telinga, bergoyang-goyang atau dari sisi ke sisi, mengendus udara, atau
mengisap bibir atas. Perilaku lainnya  seperti merusak, melukai diri, tantrum, atau agresi,  terpaku  pada  rutinitas,  asyik  dan  tertarik  dengan  objek  atau  aktivitas
tertentu.
d. Kognitif dan Motorik
Selain  tiga  karakteristik  utama  yang  menjadi  ciri  khas  dari  anak  autistik. Aspek  intelektual  dan  perkembangan  motorik  perlu  mendapat  perhatian.  Anak
autistik sulit untuk dilakukan tes intelektual karena hambatan yang dimiliki terlalu komplek.  Menurut  Sujarwanto  2005:  181  anak  autistik  memiliki  intelegensi
berkisar  antara  normal  sampai  dengan  retardasi  mental.  Taylor,  Smiley  dan
19
Richards,  2009: 370 menyebutkan bahwa diagnosis retardasi mental merupakan refleksi nyata dari kekurangan dalam perilaku yang menyulitkan untuk melakukan
tes intelektual yang standar. Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Provost,  Lopez,  dan  Heimerl  2007:  327
menemukan  bahwa  ada  beberapa  tingkatan  kelainan  fungsi  motorik  pada  semua anak-anak  dengan  autistik,  dengan  keterlambatan  dalam  motorik  kasar,  motorik
halus  atau  keduanya.  Hilton  ,dkk  2014:  57  menyebutkan  bahwa  kekurangan dalam gerak telah dilaporkan dalam berbagai studi tentang anak autistik.
Berdasarkan  pendapat  tersebut  diketahui  bahwa  anak  autistik  memiliki kemampuan  intelektual  berkisar  antara  normal  sampai  dengan  retardasi  mental.
Diagnosis yang menyatakan anak mengalami retardasi mental dapat terjadi karena keterbatasan  alat  tes  intelektual.  Hambatan  yang  kompleks  pada  anak  autistik
menyulikan keterlaksanaan tes intelektual menggunakan tes standar. Anak autistik mengalami  kekurangan  dalam  gerak  dengan  beberapa  tingkatan  kelainan  fungsi
motorik.  Beberapa  hanya  mengalami  kelainan  fungsi  motorik  kasar,  ada  yang hanya mengalami kelainan fungsi motorik halus dan bahkan mengalami kelainan
fungsi pada motorik kasar dan halus. Berdasarkan  kajian  teori  mengenai  karakteristik  anak  autistik  pada  area
komunikasi,  interaksi  sosial,  perilaku,  kognitif  dan  motorik  dapat  ditarik kesimpulan.  Perilaku  yang  muncul  pada  anak  autistik  dapat  juga  sebagai  bentuk
komunikasi. Beberapa anak autistik mengalami keterlambatan bicara, sering diam dan adapula yang dapat berbicara terus-menerus tetapi tidak untuk berkomunikasi.