Peranan Bimbingan Karir dalam Program Transisi bagi Anak Autistik

25 Hastuti, 2004: 114. Bimbingan karir merupakan suatu proses bantuan yang diberikan pada individu melalui berbagai cara dan bentuk layanan agar mampu merencanakan karirnya dengan mantap sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya Anas Salahudin, 2010: 116. Sebuah program yang sistematis dari konselor untuk menginformasikan dan merancang pengalaman untuk menfasilitasi pengembangan karir seseorangindividu, dengan lebih spesifik, manajemen karir, sebuah komponen penting dari pendidikan karir yang memadukan keluarga, kelompokkomunitas, dan sekolah guna memfasilitasi secara langsung Herr dan Cramer, 1984: 15. Bimbingan karir merupakan sebuah program yang sistematis untuk menginformasikan dan merancang pengalaman sebagai bentuk bantuan untuk menfasilitasi perkembangan karir sesorang. Melalui bimbingan karir, individu dapat mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan merencanakan karirnya sesuai bakat, minat dan kemampuannya. Bimbingan karir merupakan komponen penting dari pendidikan karir. Bimbingan karir memiliki beberapa tujuan diantaranya agar siswa mampu memahami diri yang terkait dengan pekerjaan, memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir, memiliki sikap positif terhadap dunia kerja, memahami relevansi kompetensi belajar dengan prasyarat keterampilan bidang kerja yang diinginkan, mengenal keterampilan, minat dan bakat, dan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan karir Sutirna, 2013: 140-141. Salah satu materi pokok bimbingan karir menurut Ridwan 2008: 138 adalah 26 pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang dikehendaki. Secara umum bimbingan karir memiliki tujuan agar siswa dapat lebih mantap memahami diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang dipilih. Siswa lebih mampu memahami diri, mengenal dan memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai dunia kerja khususnya bidang kerja yang diinginkan. Sehingga, siswa akan memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Sebagai upaya mencapai tujuan tersebut, anak autistik membutuhkan bantuan dan arahan secara penuh dari pembimbing. Pembimbing yang memahami anak autistik berkenaan dengan kecenderungan karir yang sesuai dengan anak. Sikap positif terhadap dunia kerja dapat ditunjukan dengan anak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan. Bimbingan karir merupakan salah satu dari jenis bimbingan yang dapat diberikan pada individu. Sutirna 2013: 57 menyebutkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan salah satu unsur terpadu dalam keseluruhan program pendidikan di lingkungan sekolah. Bimbingan karir melengkapi dan merupakan bagian dari keseluruhan program pendidikan karir Winkel dan Sri Hastuti, 2004: 673. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan karir merupakan bagian dari seluruh program pendidikan. Sehingga, pelaksanaan program transisi bagi anak autistik melalui pendidikan vokasional memerlukan bimbingan karir. Melalui bimbingan karir, perencanaan karir anak autistik akan lebih terarah sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki. 27

2. Pemilihan Keterampilan bagi Anak Autistik

Secara lebih luas di dalam bimbingan karir menyangkut masalah proses pengambilan keputusan dan penyesuaian karir Sunaryo, Ahmad, dan Nani, 2002: 180. Siswa perlu diberikan bantuan agar dapat membuat rencana-rencana dan mengambil keputusan dalam memilih jurusan secara bijaksana Prayitno dan Erman Amti, 2004: 276. Melalui layanan bimbingan karir, siswa dapat membuat keputusan dalam memilih secara bijaksana satu bidang yang menjadi fokus karir. Bimbingan karir diperlukan agar siswa dapat membuat rencana dan pengambilan keputusan dalam memilih jurusan dan penyesuaian karir. Bimo Walgito 2004: 195; 2005: 197 menambahkan bahwa siswa SMA yang akan memilih program studi serta yang akan langsung terjun ke dunia kerja memerlukan bimbingan karir agar dapat bekerja dengan senang dan baik dan menyiapkan pekerjaan yang baik. Bimbingan karir diberikan kepada siswa guna membantu siswa dalam merancang dan menentukan pilihan yang berhubungan dengan masa depan. Melalui bimbingan karir, siswa akan dapat bekerja lebih baik dan merasa senang karena pilihannya sesuai dengan potensi siswa. Bimbingan karir yang diberikan kepada anak autistik akan berbeda dengan anak lain. Hambatan anak autistik yang kompleks tidak memungkinkan siswa mampu secara mandiri dalam merancang dan menentukan pilhan yang berhubungan dengan masa depan. Perlu bantuan dari pihak-pihak lain dalam merencakan dan menentukan pilihan masa depan khususnya pekerjaan bagi anak autistik. Pemilihan yang tepat akan membuat anak mau menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan. 28 Menurut Tohirin 2007: 135-136 terdapat empat bentuk layanan bimbingan karir yang dapat diberikan yaitu: layanan informasi tentang diri, layanan informasi tentang lingkungan hidup yang relevan bagi perencanaan karir, layanan penempatan dan layanan orientasi. Penempatan merupakan salah satu komponen bimbingan karir yang bertujuan untuk membantu individu memasuki jalur studi atau bidang kerja dengan menetapkan tujuan dan pilihan yang berkaitan dengan perencanaan masa depan Winkel, 2004: 681-682. Salah satu wujud kegiatan layanan penempatan dan penyaluran adalah menempatkan siswa pada lingkungan yang sesuai dengan pilihannya Tohirin, 2007: 156. Melalui layanan ini memungkinkan siswa berada pada posisi dan pilihan yang tepat berkenaan dengan penjurusan, kelompok belajar, pilihan pekerjaankarir, kegiatan ekstrakurikuler, program latihan dan pendidikan sesuai dengan kondisi fisik dan psikis Dewa dan Nila, 2008: 61; Samsul, 2010: 288. Salah satu layanan bimbingan karir adalah penempatan dan penyaluran. Layanan ini membantu siswa menetapkan tujuan dan pilihan yang berkaitan dengan perencanaan masa depan ketika memasuki jalur studi dan bidang kerja tertentu. Melalui layanan ini, siswa dapat berada pada posisi dan pilihan yang tepat sesuai dengan kondisi siswa. Pelaksanaan layanan penempatan sangat diperlukan bagi anak autistik memasuki masa transisi menuju dewasa. Melalui layanan penempatan, anak autistik dapat menempati satu bidang keterampilan yang sesuai dengan kemampuannya dan menjadi bekal untuk memasuki dunia kerja. Pemilihan tidak 29 dapat dilakukan sendiri oleh anak autistik karena hambatan yang dialami anak autistik sangatlah kompleks khususnya dalam komunikasi dan berfikir abstrak, sehingga anak perlu mendapat bantuan secara penuh. Layanan penempatan mencakup perencanaan masa depan, pengambilan keputusan, penyaluran ke salah satu jalur studi akademik, program kegiatan ekstrakulikuler, program persiapan prajabatan, pemantapan dan orientasi apabila diperlukan dan pengumpulan data dalam rangka penelitian terhadap mereka yang sudah tamat sekolah Tohirin, 2007: 136. Seluruh cakupan layanan penempatan menjadi perhatian khusus yang harus dilakukan oleh pembimbing. Seorang pembimbing dalam pelaksanaan layanan penempatan bagi anak autistik harus cermat dalam memahami anak. Data mengenai anak tidak dapat diperoleh secara langsung dari anak melalui wawancara seperti halnya anak yang lain. Banyak pihak yang harus dilibatkan dalam pelaksanaan layanan tersebut khususnya dalam memilihkan keterampilan yang sesuai dengan kemampuan anak. Keterampilan bagi anak autistik merupakan kecakapan dalam melakukan dan menyelesaikan suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak. Sehingga, pemilihan keterampilan menjadi penting. Kesesuaian keterampilan yang diperoleh saat ini akan menentukan keberhasilan kerja anak autistik dimasa mendatang. Tahap perencanaan dalam layanan penempatan dan penyaluran secara garis besar adalah mengumpulkan informasi tentang diri sendiri siswa dan informasi tentang lingkungan Winkel dan Sri Hastuti, 2004: 685-687. Tohirin 2007: 155 30 menyebutkan bahwa isi dari layanan penempatan dan penyaluran adalah potensi diri siswa dan lingkungan. Berdasarkan pendapat tersebut, diketahui bahwa aspek yang menjadi fokus layanan penempatan dan penyaluran khususnya pemilihan keterampilan bagi anak autistik adalah potensi anak dan lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan adalah keterampilan yang disediakan sekolah. Potensi anak akan dikaji dan menjadi dasar untuk menempatkan anak pada keterampilan yang sesuai. Secara terperinci, Tohirin 2007: 155 menyebutkan berikut adalah hal yang perlu diperhatikan pembimbing: a mengkaji potensi dan kondisi siswa, b mengkaji kondisi lingkungan, c mengkaji kesesuaian antara potensi dan kondisi siswa dengan lingkungan, d mengkaji kondisi dan prospek lingkungan lain yang mungkin ditempati, e menempatkan pada subjek ke lingkungan baru. Berdasarkan pernyataan tersebut, pemilihan keterampilan bagi anak autistik merupakan bagian dari layanan penempatan dan penyaluran. Seorang pembimbing harus mengkaji potensi dan kondisi siswa, bidang keterampilan yang tersedia serta kesesuaian antara potensi dan kondisi siswa dengan keterampilan yang tersedia. Kegiatan tersebut harus dilakukan dalam rangka memilihkan satu bidang keterampilan yang sesuai dengan anak sebelum menempatkan anak pada bidang keterampilan tersebut. Proses pengkajian potensi anak dapat dilakukan dengan studi dokumentasi dari angket yang telah diisi oleh anak dan orangtua, melakukan tes intelegensi, tes sosiometri, observasi kondisi jasmani, kemampuan komunikasi. Selain hal-hal tersebut masih banyak metode pengumpulan dan alat lain yang dianggap perlu 31 untuk mencari dan mengkaji potensi siswa sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa Tohirin, 2007: 156; Winkel dan Sri Hastuti, 2004: 132. Mengkaji potensi anak autistik dalam rangka pemilihan keterampilan dapat dilakukan dengan mengkaji dokumen mengenai anak seperti hasil asesmen dari psikolog maupun dokter atau pihak lain yang ahli dibidang anak berkebutuhan khusus. Orangtua dilibatkan dalam mengkaji potensi anak autistik karena orangtua adalah pihak yang lebih mengetahui keadaan anak. Keterlibatan orangtua dalam hal ini adalah memberikan arsip dokumen mengenai anak. Selain itu, orangtua juga perlu mengisi angket yang telah disediakan oleh pihak sekolah untuk mengetahui potensi anak sesuai dengan kebutuhan sekolah. Mengkaji kondisi lingkungan, mengkaji kesesuaian antara potensi dan kondisi siswa dengan lingkungan, dan mengkaji kondisi dan prospek lingkungan lain yang mungkin ditempati dapat dikatakan satu kesatuan. Sehingga, dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara berkesinambungan. Inti dari ketiga hal tersebut lebih menekankan pada proses mengkaji kesesuaian antara potensi dan kondisi anak dengan lingkungan yang akan dan mungkin ditempati Tohirin, 2007: 156. Proses ini dapat dilakukan dengan pelaksanaan orientasi yaitu memperkenalkan lingkungan sekolah kepada anak dan menjelaskan cara belajar Winkel dan Sri Hastuti, 2004: 132-133. Pihak-pihak lain perlu dilibatkan dalam mengkaji kesesuaian antara potensi anak dan lingkungan yang akan ditempati. Menurut Tohirin 2007: 156 yang dapat dilakukan adalah dengan mewawancarai pihak-pihak terkait.