Deskripsi Lokasi Penelitian Hasil Penelitian

49 “Ya dalam pembelajaran di SLB Pembina, tidak lagi membicarakan sentra. Di SLB Pembina itu sesuai perkembangannya disesuaikan kondisi anak didik.....................” Selain itu, SLB Pembina juga melakukan evaluasi terhadap keberhasilan pelaksanaan program pendidikan di SLB Pembina termasuk pelaksanaan pembelajaran pada sembilan keterampilan yang ada. Sasaran evaluasi tersebut adalah para lulusan. Permasalahan mengenai kebermaknaan pendidikan bagi anak setelah lulus dan kembali ke lingkungan masyarakat dan keluarga. Berdasarkan hasil pengkajian dokumen pegembangan SLB Pembina sebagai sekolah model yang terdapat dalam lampiran 11 permasalahan lulusan adalah output dan outcame setelah lulus SMALB tidak sinkron yang artinya para lulusan masih belum mampu mandiri di lingkungan masyarakat. Kepala sekolah memberikan pernyataan, “............... Ini, dulu cuma sampai lulus sekolah saja, dulu bangga telah meluluskan. Itu hal yang mudah 6 tahun sd, 3 tahun smp, 3 tahun sma lulus selesai. Tapi kita melilhat kebermaknaan pendidikan selama ini ada nggak di masyarakat dan keluarga. Sehingga ini kita bawa dan kita buat, setelah dua tahun ada pemantapan dunia kerja melalui magang, membentuk program kerja dan didampingi, tetep.” Berdasarkan permasalahan tersebut, maka kepala sekolah mengikutsertakan berbagai pihak dalam membuat perencanaan dan pelaksanaan program pembelajaran keterampilan. Pihak-pihak tersebut adalah sekolah, orangtua dan lingkungan masyarakat DUDI. Sekolah menfasilitasi keinginan dari orangtua dan masukan dari dudi. Orangtua memberikan masukan mengenai lingkungan sekitar anak yang memiliki prospek bagi kemandirian anak. Dudi memberikan masukan mengenai perkembangan dunia industri saat ini yang bisa diimplementasikan dalam proses pembelajaran keterampilan bagi anak. 50 Hal tersebut sesuai dengan dokumen pada lampiran 11 dan pernyataan wakil kepala sekolah urusan sentra PK-LK sebagai berikut, “..............Lha untuk menunjang itu perkembangannya dari berbagai aspek yang ada di sekolah, orang tua, masyarakat jadi sama-sama. Jadi perkembangannya sudah sampai ke situ.” Selain itu, kepala sekolah juga memberikan kebijakan mengenai pelaksanaan pembelajaran. Awal pelaksanaan model pembelajaran keterampilan pada tahun 2003 setiap anak dapat mengikuti kelas keterampilan lebih dari satu keterampilan. Setiap anak mengikuti kelas keterampilan secara berpindah-pindah. Sebagai contoh, satu anak mengikuti boga, tekstil, busana maka anak hari senin mengikuti pembelajaran keterampilan di boga, hari berikutnya di tekstil. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan menjadi kurang fokus. Penerapkan KBK kurikulum berbasis kompetensi pada tahun 20042005 berdampak pada perubahan model pelaksanaan pembelajaran keterampilan. Setiap anak difokuskan pada satu ketrampilan dengan pembelajaran akademik dilakukan secara terpisah. Maksud dari model tersebut yaitu pembelajaran dengan sstem guru kelas. Setiap anak masuk kelas pembelajaran akademik sesuai jenjang pendidikan misalnya, kelas 1 SMP, 2 SMP dan seterusnya, akan tetapi setiap anak dalam kelas tersebut mengikuti satu keterampilan yang berbeda anatar satu dengan yang lain. Jadi dalam satu kelas terdiri dari bebrapa anak yang yang mengikuti beberapa keterampilan. Setiap pembelajaran akademik dan keterampilan memiliki jadwal tersendiri. Ketika anak mengikuti jadwal pembelajaran akademik anak akan masuk kelas sesuai jenjang pendidikan. Ketika jadwal keterampilan, maka anak akan mengikuti pembelajaran keterampilan di