adanya sistem perpajakan suatu negara yang dianggap adil. Kesadaran Wajib Pajak akan meningkat bilamana dalam
masyarakat muncul persepsi positif terhadap pajak. Dengan meningkatnya pengetahuan perpajakan masyarakat melalui
pendidikan perpajakan baik formal maupun non formal akan berdampak positif terhadap pemahaman dan kesadaran Wajib
Pajak dalam membayar pajak. Dengan penyuluhan perpajakan secara intensif dan kontinyu akan meningkatkan pemahaman Wajib
Pajak tentang kewajiban membayar pajak sebagai wujud gotong royong nasional dalam menghimpun dana untuk kepentingan
pembiayaan pemerintahan dan pembangunan nasional. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan
setiap Wajib Pajak mengenai perpajakan, mulai dari sistem perpajakan sampai dengan Undang-Undang Perpajakan, akan memberikan motivasi
untuk menjadi seorang Wajib Pajak yang patuh dalam membayar pajak. Maka dari itu, setiap Wajib Pajak berhak memperoleh pemahaman yang
sama dan mendalam mengenai sistem perpajakan di Indonesia. Hal ini menjadi kewajiban juga bagi Pemerintah untuk memberikan pemahaman
kepada Wajib Pajak, mulai dari melakukan berbagai penyuluhan, sosialisasi dan penataran lainnya. Setiap Wajib Pajak yang mampu
memahami perpajakan secara mutlak, maka akan memahami pula bahwa penggelapan pajak itu tidak boleh dilakukan. Dengan demikian,
pemahaman mengenai perpajakan ini akan memperkecil pelaksanaan tax evasion dan tax fraud juga akan di minimalisir.
2. Pengetahuan Wajib Pajak Sebagai Ukuran Kepatuhan
Berbagai sosialisasi mengenai perpajakan akan mampu meningkatkan pengetahuan Wajib Pajak di bidang perpajakan. Tidak dapat
dipungkiri bahwa setiap Wajib Pajak yang mampu memahami secara
Universitas Sumatera Utara
mutlak mulai dari penerapan Undang-Undang Perpajakan, tujuan pemungutan pajak, dan pengalokasian dana perpajakan akan memiliki
pengetahuan yang lebih baik dan meningkatkan kepatuhannya untuk membayar pajak. Menurut Franzoni 1999,
Kepatuhan Wajib Pajak dapat dilihat dari berbagai perspektif dan dipengaruhi oleh beberapa faktor: kecende-rungan mereka terhadap
institusi publik dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak; keadilan yang dirasakan oleh Wajib Pajak dari sistem yang ada; dan
kesempatan atas kemungkinan suatu pelanggaran terdeteksi dan dihukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada.
Sebuah penelitian telah dilakukan oleh Banu Witono dimana ia
melakukan pengukurang mengenai “Peran Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Pajak”, peneliti ini menyimpulkan bahwa kepatuhan pajak akan
meningkat secara signifikan ketika setiap Wajib Pajak memperoleh keadilan dari pemerintah terkait segala hal dalam bidang perpajakan.
Dalam penelitian Rahayu 2010 pengetahuan pajak dan keadilan mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak secara signifikan yang
dilakukan pada 107 Wajib Pajak pribadi dan badan pada KPP Surakarta. Peneliti ingin mengetahui apakah konsultan benar-benar mewakili sikap
dari Wajib Pajak orang pribadi? Dan dengan adanya konsultan reaksi Wajib Pajak semakin patuh ataukah tidak? Selain itu peneliti juga ingin
membuktikan model penelitian yang diungkapkan oleh Cristensen et al. 1994 bahwa Wajib Pajak yang memiliki pengetahuan yang baik, akan
memiliki persepsi keadilan yang positif terhadap sistem pajak yang berakibat tingkat kepatuhan pajak lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian-penelitian terdahulu tersebut telah dilakukan silih berganti dengan populasi dan sampel yang berbeda-beda pula. Dapat
ditarik sebuah pemikiran sederhana bahwa ketika Wajib Pajak memiliki pengetahuan tentang pajak dengan baik, maka etika penggelapan pajak
akan semakin rendah dan enggan untuk dilaksanakan. Tetapi, pada kenyataannya pengetahuan pajak ini bukanlah sesuatu hal yang merata
untuk dapat diberikan kepada seluruh Wajib Pajak. Maka dari itu, sosialisasi perpajakan seharusnya menjadi agenda yang wajib bagi para
pegawai di Kantor Pelayanan Pajak KPP.
E. Sistem Perpajakan Tax System 1. Sistem Perpajakan Berkontribusi Terhadap Penerimaan Pajak