pengelolaan uang pajak tidak jelas, ditambah lagi petugas pajaknya justru mengkorupsi uang pajak, maka para Wajib Pajak enggan untuk
melaporkan kewajibannya dengan jujur, mereka akan cenderung untuk menggelapkan pajak. Hipotesis kelima adalah :
H
a5
: Sistem Perpajakan berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.
6. Diskriminasi Dengan Etika Penggelapan Pajak
Diskriminasi adalah merujuk pada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana pelayanan ini dibuat berdasarkan
karakteristik yang diwakili individu tersebut. Sama halnya dengan diskriminasi di bidang perpajakan yaitu suatu keadaan dimana menurut
Danandjaja 2003 diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya
bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesuku bangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial.
Hasil penelitian Suryani 2013 : 114, variabel diskriminasi mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0,000 dan nilai t sebesar 7,350. Hal
ini berarti H
a3
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa diskriminasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggelapan pajak karena
tingkat signifikasi yang dimiliki variabel diskriminasi 0,05 0,000 0,05 dan nilai thitung 1,97 7,350 1,97.
Di dalam bidang perpajakan, diskriminasi merupakan suatu kondisi dimana pihak Ditjen Pajak membeda-bedakan perlakuan terhadap setiap
Universitas Sumatera Utara
Wajib Pajak. Diskriminasi ini akan meningkatkan penggelapan pajak yang akan dilakukan oleh Wajib Pajak, dimana kondisi ini disebabkan oleh
pihak Ditjen Pajak sendiri yang tidak mampu berlaku adil. Diskriminasi ini, tercipta karena suatu keadaan-keadaan tertentu, misalnya adanya
hubungan istimewa diantara pihak Ditjen pajak dengan Wajib Pajak. Hal ini menyebabkan mereka akan melakukan kecurangan misalnya saja
melakukan transfer pricing, kerja sama untuk memperkecil pajak, kemudian akan memberikan imbalan kepada pihak Ditjen Pajak. Hal ini
akan meningkatkan terjadinya penggelapan pajak. Hipotesis keenam adalah :
H
a6
: Diskriminasi berpengaruh positif terhadap etika penggelapan pajak.
7. Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan Dengan Etika Penggelapan Pajak
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryani 2013 : 133, dapat dinyatakan bahwa “variabel kemungkinan
terdeteksinya kecurangan memiliki pengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak”. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian
variabel kemungkinan terdeteksi kecurangan mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0,000 dan nilai t sebasar -4,490. Hal ini berarti H
a4
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa kemungkinan terdeteksi kecurangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penggelapan
pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
terjadinya kecurangan 0,05 0,000 0,05 dan nilai thitung 1,97 - 4,490 1,97.
Ketika Wajib Pajak menganggap bahwa persentase terhadap kemungkinan terdeteksinya kecurangan adalah tinggi yaitu dengan
dilakukannya pemeriksaan pajak. Hal ini berarti bahwa adanya rasa khawatir yang dimiliki Wajib Pajak bahwa kemungkinan terdeteksinya
kecurangan akan menyebabkan mereka lebih mematuhi peraturan perpajakan dan bahkan penggelapan pajak akan menjadi lebih rendah.
Analoginya, Wajib Pajak akan sangat takut terjerat hukum, jika mereka melakukan penggelapan pajak yang nantinya mereka akan memperoleh
sanksi atau bahkan denda yang lebih besar. Hal ini tentunya akan meminimalisir penggelapan pajak yang mungkin terjadi. Hipotesis ketujuh
dan kedelapan adalah : H
a7
: Kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.
H
a8
: Intensitas pemeriksaan pajak tax audit, keadilan tax fairness, kepatuhan Wajib Pajak tax compliance, pengetahuan Wajib
Pajak tax knowledge, sistem perpajakan tax system, diskriminasi discrimination, dan kemungkinan terdeteksinya
kecurangan fiscal fraud berpengaruh secara simultan terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak Tax
Evasion.
Universitas Sumatera Utara
L. Kerangka Konseptual