Korelasi antara pengetahuan Wajib Pajak dengan etika penggelapan pajak adalah setiap Wajib Pajak yang memiliki pengetahuan
pajak yang sempurna dia akan menyadari posisinya sebagai seorang Wajib Pajak. Maka, Wajib Pajak tersebut akan melakukan pembayaran pajak
dengan baik, dia tidak akan merasa dirugikan dengan melakukan pembayaran pajak tersebut. Pengetahuan Wajib Pajak yang baik, akan
meminimalisir terjadinya penggelapan pajak. Hal ini dikarenakan setiap Wajib Pajak akan melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya,
setiap Wajib Pajak yang merupakan para akademisi, ataupun praktisi akan lebih mampu memahami kewajibannya tanpa harus memungkiri dengan
cara melakukan penggelapan pajak. Hipotesis keempat adalah : H
a4
: Pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.
5. Sistem Perpajakan Dengan Etika Penggelapan Pajak
Sistem perpajakan di Indonesia menerapkan Self Assesment System yaitu suatu sistem pemungutan yang Wajib Pajaknya boleh menghitung,
membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus disetor. Dalam sistem ini, Wajib Pajak bersifat aktif, sedangkan fiskus
pemerintah hanya mengawasi. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui kapan mulainya suatu kewajiban pajak dan kapan berakhirnya
kewajiban-kewajiban yang menyertainya. Dalam penelitian Suryani 2013 : 96 menunjukkan sistem
perpajakan mempunyai tingkat pengaruh signifikasi sebesar 0,036 dan
Universitas Sumatera Utara
nilai t sebesar - 2,115. Hal ini berarti H
a2
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa sistem perpajakan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap penggelapan pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel sistem perpajakan 0,05 0,036 0,05 dan nilai t hitung 1,97 -
2,115 1,97. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh McGee 2008, Nickerson, et al 2009, Suminarsasi 2011
menyatakan bahwa sistem perpajakan memiliki korelasi negatif signifikan terhadap penggelapan pajak.
Pengaplikasian sistem perpajakan menjadi sesuatu yang sangat penting. Hal ini berarti para Wajib Pajak menganggap bahwa semakin
bagus sistem perpajakannya maka perilaku penggelapan pajak dianggap sebagai perilaku yang tidak etis. Akan tetapi apabila sistem perpajakannya
semakin tidak bagus, maka perilaku penggelapan pajak dianggap sebagai perilaku yang cenderung etis. Sangat jelasa bahwa sistem perpajakan yang
diterapkan sebuah negara merupakan motivasi bagi masyarakat untuk membayar pajak.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nickerson, et al 2009 yang menemukan dimensi skala etis dalam
penggelapan pajak, salah satunya adalah dimensi sistem perpajakan. Peneliti berargumen bahwa pengelolaan uang pajak yang dapat
dipertanggungjawabkan, petugas pajak yang kompeten dan tidak korup, dan juga prosedur perpajakan yang tidak berbelit-belit akan membuat
Wajib Pajak enggan untuk menggelapkan pajak. Akan tetapi, apabila
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan uang pajak tidak jelas, ditambah lagi petugas pajaknya justru mengkorupsi uang pajak, maka para Wajib Pajak enggan untuk
melaporkan kewajibannya dengan jujur, mereka akan cenderung untuk menggelapkan pajak. Hipotesis kelima adalah :
H
a5
: Sistem Perpajakan berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.
6. Diskriminasi Dengan Etika Penggelapan Pajak