alpha 0.804, kepatuhan wajib pajak memiliki nilai cronbach’s alpha 0.812, pengetahuan wajib pajak memiliki nilai cronbach’s alpha
0.829, sistem perpajakan memiliki nilai cronbach’s alpha 0.812, diskriminasi perpajakan memiliki nilai cronbach’s alpha 0.806,
kemungkinan terdeteksinya kecurangan memiliki nilai cronbach’s alpha 0.805, dan persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan
pajak memiliki nilai cronbach alpha 0.826. Dengan demikian semua variabel tersebut adalah reliabel karena memiliki cronbach’s alpha
lebih besar dari 0.70. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pertanyaan yang
digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pertanyaan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang
relatif sama dengan jawaban sebelumnya. Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item pertanyaan yang ada di dalam
kuesioner mampu mengukur perubahan yang didapatkan dalam penelitian ini Ghozali dalam Suryani, 2011 : 45.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas
Ada beberapa hal yang perlu dikaji berkaitan dengan normalitas sehingga memperoleh gambaran yang lebih lengkap.
Pembahasan yang berkaitan dengan normalitas antara lain berupa, kurva normal dan juga pengujian normalitas itu sendiri. Uji normalitas
bertujuan untuk menguji variabel independen dan variabel dependen
Universitas Sumatera Utara
yaitu intensitas pemeriksaan pajak, keadilan pajak, kepatuhan wajib pajak, pengetahuan wajib pajak, sistem perpajakan, diskriminasi
perpajakan, kemungkinan terjadi kecurangan dan persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak semuanya memiliki distribusi
normal atau tidak, berikut ini gambar grafik uji normalitas data pada grafik pp – plot.
Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas Data
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014. Berdasarkan plot di atas yang merupakan hasil dari pengujian
SPSS 22, maka dapat dilihat pada grafik plot tersebut terlihat titik-titik mengikuti dan mendekati garis diagonalnya sehingga dapat
Universitas Sumatera Utara
disimpulkan bahwa model regresi ini memenuhi asumsi normalitas. Dengan demikian, setiap variabel bergerak mengikuti garis diagonal
secara normal.
Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas Data
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014. Selain itu histogram ini juga membuktikan bahwa data tersebut
berdistribusi secara normal. Gambar histogram ini menunjukkan bahwa pola distribusinya melenceng ke kanan yang artinya adalah data
tersebut berdistribusi secara normal.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a
Shapiro-Wilk Statistic
df Sig.
Statistic Df
Sig. Intensitas Pemeriksaan
Pajak .188
50 .102
.925 50
.234 Keadilan Pajak
.240 50
.230 .894
50 .121
Kepatuhan Wajib Pajak .173
50 .200
.943 50
.177 Pengetahuan Wajib
Pajak .292
50 .342
.844 50
.232 Sistem Perpajakan
.134 50
.222 .944
50 .287
Diskriminasi Perpajakan
.209 50
.260 .937
50 .139
Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan .149
50 .334
.937 50
.111 Persepsi Wajib Pajak
Mengenai Etika Penggelapan Pajak
.215 50
.218 .806
50 .135
a. Lilliefors Significance Correction Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.
Untuk lebih memahami dan memberikan keyakinan yang lebih baik bahwa data tersebut berdistribusi secara normal, maka dapat di
lihat bahwa tabel signifikansi pada kalmogrov-smirnov dan Shapiro- wilk di atas tingkat signifikansinya lebih tinggi jika dibandingkan
dengan tingkat signifikansi alpha 0.05. Hal ini dapat di lihat bahwa pada variabel intensitas pemeriksaan pajak nilai signifikansi 0.102
0.05, kemudian keadilan pajak memiliki tingkat signifikansi 0.230 0.05 maka variabel ini berdistribusi normal, begitu juga dengan nilai
signifikansi untuk variabel lainnya dapat di lihat pada tabel di atas.
Universitas Sumatera Utara
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Ada tidaknya hubungan atau korelasi antarvariabel independen atau variabel bebas multikolinearitas dapat diketahui atau dideteksi
dengan memanfaatkan statistik korelasi Variance Inflation factor VIF. VIF dalam hal ini merupakan suatu harga koefisien statistik
yang menunjukkan pada Collinearity. Cara ini dapat dilakukan dengan melihat apakah harga masing-masing VIP untuk masing-masing
variabel independen lebih besar dari pada 10 atau tidak. Apabila harga koefisien VIP untuk masing-masing variabel independen lebih besar
daripada 10, maka variabel tersebut di indikasikan memiliki gejala multikolinearitas. Dari hasil statistik yang telah dilakukan dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinearitas Data
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF 1 Constant
2.468 2.327
1.061 .295
Intensitas Pemeriksaan Pajak -.047
.130 -.052
-3.363 .018
.576 1.737 Keadilan pajak
.115 .182
.110 2.632
.031 .392 2.553
Kepatuhan Wajib Pajak -.128
.195 -.125
-2.652 .018
.326 3.069 Pengetahuan Wajib Pajak
-.080 .159
-.082 -3.500
.019 .445 2.246
Sistem Perpajakan -.327
.144 -.354
-2.271 .028
.492 2.033 Diskriminasi Perpajakan
.249 .159
.282 2.570
.024 .371 2.695
Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan
-.625 .147
-.597 -4.260
.000 .607 1.646
Universitas Sumatera Utara
a. Dependent Variable: Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.
Tabel 4.15 memaparkan hasil dari pengujian untuk mengetahui apakah setiap variabel tersebut memiliki hubungan multikolinearitas
atau tidak, maka dapat disimpulkan bahwa dari semua variabel tersebut tidak ada yang memiliki hubungan multikolinearitas. Hal ini dapat
dilihat dari nilai VIP pada tabel Collinearity Statistics. Pada tabel tersebut tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIP lebih
dari 10. Intensitas pemeriksaan pajak memiliki nilai VIP 1.737, keadilan pajak memiliki nilai VIP 2.553, kepatuhan wajib pajak
memiliki nilai 3.069, pengetahuan wajib pajak memiliki nilai VIP 2.246, sistem perpajakan memiliki nilai VIP 2.033, diskriminasi
perpajakan memiliki nilai VIP 2.695, dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan memiliki nilai VIP 1.646. Dengan demikian, pada data
tersebut tidak terdapat multikolinearitas karena secara keseluruhan nilai VIP pada tabel tersebut kurang dari 10.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dengan menggunakan bantuan program SPSS 22 untuk mengecek ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan rumus Rank
Order dari Spearman, maka perhitungan yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut dilakukan dengan tiga tahap. Pada tahap
pertama yaitu menghitung nilai residual masing-masing variabel independen, tahap kedua menghitung nilai absolut dari residual
masing-masing variabel independen, dan tahap ketiga menghitung
Universitas Sumatera Utara
besarnya harga koefisien korelasi antara nilai atau skor masing-masing variabel dengan nilai absolutnya. Perhitungan tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.16 Hasil Uji Heteroskedastisitas Data
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardize
d Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant -2.892
.918 3.151
.363 Intensitas Pemeriksaan
Pajak .076
.051 .185
1.483 .146
Keadilan pajak .071
.072 .149
.989 .328
Kepatuhan Wajib Pajak
.009 .077
.020 .123
.903 Pengetahuan Wajib
Pajak .005
.063 .010
.073 .942
Sistem Perpajakan .226
.057 .536
3.979 .300
Diskriminasi Perpajakan
-.212 .063
.527 3.396
.492 Kemungkinan
Terdeteksinya Kecurangan
.304 .058
.637 5.254
.402 a. Dependent Variable: Ares
Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.
Untuk menentukan apakah variabel tersebut memiliki hubungan heteroskedastisitas atau tidak, maka dapat dilihat dari tingkat
signifikansi yang terdapat pada tabel tersebut. Apabila nilai signifikansi di tabel lebih besar daripada nilai signifikansi alpha 0.05
maka tidak terjadi heteroskedastisitas diantara data pengamatan dengan
Universitas Sumatera Utara
nilai residual mutlaknya. Sebaliknya, Apabila nilai signifikansi di tabel lebih kecil daripada nilai signifikansi alpha 0.05 maka terjadi
heteroskedastisitas diantara data pengamatan dengan nilai residual mutlaknya. Intensitas pemeriksaan pajak dengan nilai signifikansi
0.146 0.05, keadilan pajak dengan nilai signifikansi 0.328 0.05, kepatuhan wajib pajak dengan nilai signifikansi 0.903 0.05,
pengetahuan wajib pajak dengan nilai signifikansi 0.942 0.05, sistem perpajakan dengan nilai signifikansi 0.300 0.05,
diskriminasi perpajakan dengan nilai signifikansi 0.492 0.05, dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan dengan nilai signifikansi
0.402 0.05. Dengan demikian, tidak terjadi heteroskedastisitas diantara data pengamatan dengan nilai residual mutlaknya.
4. Hasil Uji Regresi Linier Berganda