3. Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Etika Penggelapan Pajak
Definisi kepatuhan perpajakan menurut James yang dikutip oleh Gunadi dalam Anggraeni 2013 : 5 menyatakan bahwa:
Kepatuhan pajak Tax Compliance Berarti bahwa Wajib Pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai
dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan. Investigasi sesama obtrusive investigasi, peringatan ataupun
ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi. Menurut Nurmantu dalam Anggraeni 2013 : 86, terdapat dua
macam kepatuhan yaitu kepatuhan materil dan kepatuhan formal. Kepatuhan materil adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara
substantif memenuhi semua ketentuan materil perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan. Sedangkan yang dimaksudkan
kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan Perpajakan. Kewajiban perpajakan formal diatur dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan. Korelasi antara kepatuhan Wajib Pajak dengan etika penggelapan
pajak adalah setiap Wajib Pajak yang memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi tidak akan melakukan penggelapan pajak. Kepatuhan Wajib Pajak
yang baik akan dapat dilihat dari keteraturannya untuk menyetorkan pajak. Kepatuhan Wajib Pajak di dasarkan pada adanya kesadaran secara mutlak
untuk turut serta dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian kepatuhan Wajib Pajak sangat erat hubungannya dengan etika penggelapan pajak. Hipotesis ketiga adalah :
H
a3
: Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.
4. Pengetahuan Wajib Pajak Dengan Etika Penggelapan Pajak
Dalam penelitian Rahayu 2006 pengetahuan pajak dan keadilan mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak secara signifikan yang
dilakukan pada 107 Wajib Pajak pribadi dan badan pada KPP Surakarta. Penelitian yang diungkapkan oleh Cristensen et al. 1994 bahwa Wajib
Pajak yang memiliki pengetahuan yang baik, akan memiliki persepsi keadilan yang positif terhadap sistem perpajakan yang berakibat tingkat
kepatuhan pajak lebih tinggi. Setiap Wajib Pajak diharapkan mampu memperoleh pengetahuan
mengenai perpajakan secara baik. Menurut Hidayat 2013 : 358, untuk meningkatkan pengetahuan Wajib Pajak maka harus dilakukan sosialisasi
secara luas, yang diharapkan dapat dijangkau oleh seluruh WP, sehingga WP tahu hak dan kewajibannya. Dimana, analoginya sebenarnya
Direktorat Jenderal Pajak mebutuhkan Wajib Pajak untuk taat pajak, bukan Wajib Pajak yang butuh membayar pajak. Dengan demikian,
melalui sosialisasi perpajakan maka Wajib Pajak akan memiliki pengetahuan yang lebih baik, mereka juga akan memiliki kesadaran yang
lebih tinggi untuk membayar pajak.
Universitas Sumatera Utara
Korelasi antara pengetahuan Wajib Pajak dengan etika penggelapan pajak adalah setiap Wajib Pajak yang memiliki pengetahuan
pajak yang sempurna dia akan menyadari posisinya sebagai seorang Wajib Pajak. Maka, Wajib Pajak tersebut akan melakukan pembayaran pajak
dengan baik, dia tidak akan merasa dirugikan dengan melakukan pembayaran pajak tersebut. Pengetahuan Wajib Pajak yang baik, akan
meminimalisir terjadinya penggelapan pajak. Hal ini dikarenakan setiap Wajib Pajak akan melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya,
setiap Wajib Pajak yang merupakan para akademisi, ataupun praktisi akan lebih mampu memahami kewajibannya tanpa harus memungkiri dengan
cara melakukan penggelapan pajak. Hipotesis keempat adalah : H
a4
: Pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.
5. Sistem Perpajakan Dengan Etika Penggelapan Pajak