Variabel Independen Operasionalisasi Variabel Penelitian

Koefisien determinasi R 2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen Kuncoro, 2013 : 247. Insukindro menekankan bahwa koefisien determinasi hanyalah salah satu dan bukan satu-satunya kriteria memilih model yang baik. Alasannya, bisa suatu estimasi regresi linear menghasilkan koefisien determinasi yang tinggi, tetapi tidak konsisten dengan teori ekonomika yang dipilih oleh peneliti, atau tidak lolos dari uji asumsi regresi linear asumsi klasik, misalnya, maka model tersebut bukanlah model penaksir yang baik dan seharusnya tidak dipilih menjadi model empirik Insukindro, 1998.

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan penafsiran mengenai variabel yang dipilih oleh peneliti sekaligus dengan definisi operasional dan cara pengukurannya.

1. Variabel Independen

a. Intensitas Pemeriksaan Pajak X

1 Pengertian pemeriksaan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 24 sebagai berikut: pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk Universitas Sumatera Utara mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan perpajakan. Dengan demikian, pemeriksaan pajak sebagai sarana untuk melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap Wajib Pajak, selain mempunyai tujuan untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak di dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, juga mempunyai tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Perundang-Undangan Perpajakan. Intensitas pemeriksaan pajak merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan, mengingat sistem perpajakan yang diterapkan di Indonesia adalah Self Assesment System. Pemeriksaan pajak akan memberikan partisipasi aktif untuk mengontrol penghitungan pajak bahkan penyetoran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel. Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari 1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5 Sangat tidak setuju.

b. Keadilan X

2 Setiap Wajib Pajak berhak memperoleh keadilan yang sama dalam penerapan sistem perpajakan yang ada di Indonesia. Menurut Hidayat 2013 : 188 menyatakan bahwa “pemungutan pajak yang adil Universitas Sumatera Utara berarti pajak yang dipungut harus adil dan merata sehingga harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak dan sesuai dengan manfaat yang diminta Wajib Pajak dari pemerintah”. Untuk mewujudkan pemungutan yang adil, pemungutan pajak harus dapat memberikan kepastian hukum bagi negara dan warga negaranya. Oleh karena itu, pemungutan pajak harus didasarkan atas Undang-Undang yang disahkan oleh lembaga legislatif. Untuk mewujudkannya, pemungutan pajak dilandaskan atas Undang-Undang Pasal 23 Ayat 2 UUD 1945. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel. Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari 1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5 Sangat tidak setuju.

c. Kepatuhan Wajib Pajak X

3 Menurut Erard dan Feinstein yang di kutip oleh Chaizi Nasucha dan di kemukakan kembali oleh Kurnia 2006 : 111 pengertian kepatuhan Wajib Pajak adalah “rasa bersalah dan rasa malu, persepsi Wajib Pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah”. Setiap Wajib Pajak sangat diharapkan mampu mematuhi berbagai Peraturan Undang-Undang Perpajakan. Wajib Pajak yang patuh dan Universitas Sumatera Utara taat dalam membayar pajak, maka sudah seharusnya memperoleh keadilan dari penerimaan perpajakan yang diperoleh pemerintah. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan dewasa ini yang diharapkan di dalam pemenuhannya diberikan secara sukarela. Kepatuhan Wajib Pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan Indonesia menganut sistem Self Assesment dimana dalam prosesnya secara mutlak memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar dan melapor kewajibannya. Variabel kepatuhan Wajib Pajak menjadi tolok ukur untuk menentukan seberapa besar kemungkinan Wajib Pajak melakukan penggelapan pajak tax evasion. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel. Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari 1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5 Sangat tidak setuju.

d. Pengetahuan Wajib Pajak X

4 Dalam kaitannya dengan Wajib Pajak, kepatuhan dapat didefinisikan sebagai perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perilaku tersebut sangat dipengaruhi oleh motivasi. Biasanya motivasi Universitas Sumatera Utara akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku termotivasi, tanpa motivasi, dan apatis, dan kesesuaian dengan tujuan perilaku efektif, tidak efektif. Salah satu unsur yang bisa ditekankan oleh aparat dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pajak adalah dengan cara mensosialisasikan peraturan pajak baik itu melalui penyuluhan, seruan moral baik dengan media billboard, baliho, maupun membuka situs peraturan pajak yang setiap saat bisa diakses Wajib Pajak. Sehingga dengan adanya sosialisasi tersebut pengetahuan Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakannya bertambah tinggi. Pengetahuan tentang peraturan perpajakan penting untuk menumbuhkan perilaku patuh, karena bagaimana mungkin Wajib Pajak disuruh patuh apabila mereka tidak mengetahui bagaimana peraturan perpajakan, artinya bagaimana Wajib Pajak disuruh untuk menyerahkan SPT tepat waktu jika mereka tidak tahu kapan waktu jatuh tempo penyerahan SPT. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel. Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari 1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5 Sangat tidak setuju.

e. Sistem Perpajakan X

5 Universitas Sumatera Utara Sistem perpajakan di Indonesia diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak untuk menyetorkan pajak mereka. Sistem perpajakan di Indonesia, telah diterapkan sedemikian rupa dimana setiap Wajib Pajak harus menghitung, dan menyetorkan pajak mereka sendiri. Hal ini membuktikan bahwa pada dasarnya sistem perpajakan di Indonesia memberikan kepercayaan yang baik kepada setiap Wajib Pajak untuk turut serta dan menjadi Wajib Pajak yang aktif. Sedangkan yang menjadi kontrolnya adalah pihak fiskus, sistem ini disebut dengan Self Assesment System. Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian, sistem perpajakan di Indonesia diharapkan dapat memberikan motivasi untuk setiap Wajib Pajak bahwa pihak Ditjen pajak tidak akan menerapkan sebuah sistem yang ribet dan merepotkan. Analoginya, sebuah sistem perpajakan yang baik akan memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk membayarkan kewajiban pajak mereka. Maka dari itu, Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan Universitas Sumatera Utara oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing- masing variabel. Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari 1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5 Sangat tidak setuju.

f. Diskriminasi X

6 Pengertian diskriminasi dalam ruang lingkup hukum hak asasi manusia Indonesia human rights law dapat dilihat dalam Pasal 1 Ayat 3 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi, “Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan, pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya”. Sedangkan yang dimaksudkan diskriminasi di dalam bidang perpajakan adalah adanya suatu perlakuan yang beda yang disebabkan oleh hal-hal tertentu terhadap Wajib Pajak. Mulai dari perbedaan perlakuan dalam bentuk pelayanan, perbedaan tarif perpajakan, dan Universitas Sumatera Utara bahkan adanya sikap memberikan peluang untuk melakukan penggelapan pajak. Oleh karena itu, sebuah sikap ataupun tindakan diskriminasi menyebabkan etika penggelapan pajak semakin tinggi. Maka dari itu, Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel. Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari 1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5 Sangat tidak setuju.

g. Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan X

7 G. Jack Bologna, Robert J. Lindquist dan Joseph T. Wells mendifinisikan kecurangan “ Fraud is criminal deception intended to financially benefit the deceiver 1993 : 3 ” yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dan dari tindakan jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara finansial. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu 1 tindakanthe act 2 Penyembunyianthe concealment dan 3 konversithe conversion. Dalam bidang perpajakan, yang dimaksudkan dengan kecurangan adalah adanya perlakuan untuk melakukan penggelapan pajak, meminimalisir pajak secara ilegal dan bahkan tidak Universitas Sumatera Utara mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing- masing variabel. Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari 1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5 Sangat tidak setuju.

2. Variabel Dependen

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.(Studi Empiris pada KPP Pratama Binjai)

11 62 145

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

1 1 15

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

0 0 2

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

1 1 17

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

1 3 52

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia) Chapter III V

0 0 81

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

0 0 6

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Studi Empiris di KPP Pratama Medan-Polonia)

0 0 17

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Studi Empiris di KPP Pratama Medan-Polonia)

1 1 17