Upaya agar anak tetap melanjutkan sekolah setelah lulus SMPMTs. KSM:

177 MR: Iuran bulanan sekolah. TF: Mungkin jarak dari rumah ke sekolah, karena jauh sedangkan saya tidak punya kendaraan pribadi. AL: Perlengkapan sekolah itu yang membuat beban orang tua. PU: Jarak yang jauh dari rumah ke sekolah dan harus bangun pagi-pagi sekali. PN: Kalau sekolahnya gratis dan punya kendaraan sendiri. MN: Jarak sekolah yang jauh. Misal jadi sekolah, sehari untuk membayar angkot saja bisa Rp8.000,-hari. Pertama naik angkudes Rp2.000,- baru naik angkot tarif Rp2.000,- lagi pulangnya juga sama belum lagi uang saku, buku dan lain-lain. Kesimpulan: Uang dalam hal ini kondisi ekonomi tetap menjadi faktor utama yang menghambat anak untuk melanjutkan ke sekolah menengah. Biaya operasional siswa sehari-hari berupa uang saku dan transportasi menjadi kebutuhan yang berat untuk dipenuhi karena sifatnya yang setiap hari. Selain biaya operasional harian ada biaya operasional anak seperti buku, seragam dan perlengkapan lain yang juga memberatkan. Jarak yang jauh antara lokasi rumah dan sekolah juga menjadi penghambat.

4. Faktor pendukung anak untuk melanjutkan sekolah menengah. SF:

Keinginan saya untuk meninggikan derajat keluarga. Saya tidak mau ibu saya terus bekerja sebagai PRT pembantu rumah tangga. Harapan saya nantinya di SMK ada bantuan BOS juga seperti di SMP agar nanti kalau adik saya melanjutkan tidak terlalu terbebani oleh biaya. SN: Ingin seperti teman-teman waktu SMP yang sekarang melanjutkan sekolah. Hal yang membuat saya iri adalah saat pada jam yang sama saya sedang bekerja mereka sedang belajar di sekolah. Mereka sekolah sampai jam 14.30 saya bekerja sampai jam 16.00 bahkan lebih lama kalau di suruh lembur. ST: Bisa bertambah pintar dan menambah teman baru. MA: Keinginan untuk bisa punya bengkel. Sekarang cuma sering ikut-ikutan main sambil menonton teman kerja di bengkel. PR: Ingin bertambah pintar agar bisa bekerja ditempat yang bagus untuk membantu keluarga. Kalau saya melanjutkan akan senang bisa bertemu teman-teman baru. AF: Kalau orang mau sekolah jelas alasannya ingin pintar. MR: Keringanan biaya. TF: Ingin belajar bareng-bareng teman-teman SMP lagi kalau bisa ada sakunya makin semangat sekolahnya. AL: Teman yang membuat semangat walaupun jauh bisa berangkat bareng- bareng jadi senang. PU: Punya sepeda motor sendiri. PN: Kalau sekolahnya gratis dan punya kendaraan sendiri. MN: Punya motor sendiri, dirumah ada punya bapak tapi di pakai bapak. Bapak berangkat ke asah pagi-pagi sehabis subuh, sawahnya bapak ada di Panican selesai di sawah bapak masih harus bekerja bikin genteng. Kesimpulan: Anak-anak usia sekolah yang tidak melanjutkan sekolah masih tetap berkeinginan melanjutkan, agar bisa mewujudkan cita-cita dan harapan mereka apalagi saat mereka melihat teman sebaya mereka bersekolah 178 sedangkan mereka harus bekerja. Mereka berharap dengan tetap sekolah mereka bisa memiliki ketrampilan agar mereka bisa merubah keadaan hidup keluarga. Selain itu juga mereka mengharapkan bantuan dana untuk pendidikan meningkat atau biaya pendidikan makin ringan agar bisa mengurangi beban ekonomi orang tua. Kepemilikan kendaraan pribadi juga menjadi salah satu faktor pendukung mereka untuk melanjutkan sekolah terutama bagi anak-anak yang lokasi rumah dan sekolahnya jauh berkilo-kilo meter. Jadi bisa diketahui faktor pendukung anak-anak usia sekolah menengah di Kecamatan Kemangkon dibagi menjadi empat, yaitu: 1 ekonomi, 2, moivasi, 3 lingkungan, dan 4 geografisjarak.

5. Peran orang tua dalam menetukan pendidikan anak. SF:

Berperan, kalau keadaan waktu itu tidak bentrok mereka membolehkan saya untuk tetap melanjutkan sekolah. Ibu saya sering mengungkapkan menyesal karena tidak bisa menyekolahkan saya hingga SMK. SN: Alasan tidak melanjutkan karena keinginan sendiri. Orang tua tidak pernah bilang boleh dan tidak boleh tapi saat kelulusan ibu cuma bilang tidak punya uang untuk mendaftarkan saya sekolah di SMASMK. ST: Iya, orang tua yang membayar sekolah. Waktu SMP disuruhnya sekolah yang dekat rumah biar tidak perlu naik angkotangkudes cukup naik sepeda. MA: Waktu lulus MTs ibu yang bilang tidak bisa menyekolahkan saya karena ketidakadaan biaya. Saya sempat kecewa padahal ingin sekali sekolah di SMK, tapi lama-lama tidak apa-apa teman-teman saya juga banyak yang tidak melanjutkan. PR: Iya, mereka sebenarnya mengizinkan untuk sekolah lagi, tapi saya pikir kalau saya sekolah pasti beban orang tua makin berat. AF: Berperan, waktu lulus SD melanjutkan ke SMP orang tua yang mengurus dan memilihi sekolah yang paling dekat padahal saya angin mendaftar di SMP N 4 Purbalingga. TR: Orang tua ingin saya melanjutkan dan tetap bersekolah seperti kakak laki-laki saya, tapi akhirnya mereka pasrah saya keluar dari sekolah. MR: Iya, orang tua inginnya saya tetap melanjutkan sekolah. TF: Orang tua menentukan sekali kalau orang tua ada uang jadi sekolah. AL: Iya, sekolah itu tergantung orang tua mampu membiayai atau tidak. PU: Iya sangat menentukan orang tua inginnya saya melanjutkan sekolah. PN: Orang tua sepertinya mendukung kalau mereka memiliki biaya. MN: Ibu inginnya saya melanjutkan di sekolah yang dekat tapi karena tidak ada SMK yang dekat yang ada jurusan yang saya inginkan lebih baik tidak melanjutkan. Kesimpulan: Orang tua jelas sangat berperan dalam menentukan pendidikan anak-anaknya, hal ini juga yang dialami oleh anak-anak usia sekolah menengah yang tidak melanjutkan sekolah menengahnya. Orang tua mereka berharap bisa tetap menyekolahkan anaknya hingga sekolah menengah namin kondisi ekonomi yang dirasa kurang ini lah yang membuat mereka dan anak- anaknya menyerah untuk tidak melanjutkan sekolahnya. 179 LAMPIRAN 4. CATATAN LAPANGAN 180 CATATAN LAPANGAN KE-1 Hari : Selasa, 12 Agustus 2014 Tempat : Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga Setelah sekian lama meminta waktu untuk wawancara dengan Bapak KSM selaku kepala bidang pendidikan menengah, beliau baru bersedia diwawancarai setelah lebaran dikarenakan kesibukan beliau sebelum lebaran. Peneliti datang ke Disdik sekitar jam 08.30 WIB, sesuai kesepakatan sebelumnya. Setibanya di Disdik bertepatan dengan bubarnya apel pagi yang rutin dilaksanakan. Peneliti langsung datang ke ruangan beliau seperti apa yang dulu disampaikan. Wawancara dimulai dari pukul 09.00 - 09.45. WIB. Melalui beliau didapatkan beberapa keterangan terkait perluasan akses pendidikan di Kab. Purbalingga. Dari saran beliau orang selanjutnya yang bisa ditanyai mengenai akses pendidikan menengah adalah Bu UM selaku staf bidang Dikmen. Sebelumnya peneliti telah mengenal Bu UM karena dari beliau peneliti mendapatkan berbagai data dalam bentuk dokumen bak hardfile atau softfile yang diperlukan dalam penelitian ini. Peneliti langsung menemui beliau, beliau menjanjikan lusa untuk dapat diwawancarai. CATATAN LAPANGAN KE-2 Hari : Kamis, 14 Agustus 2014 Tanggal : Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga. Sampai jam 09.00 WIB di Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga sesuai yang telah disepakati kemarin lusa peneliti langsung datang ke kantor bidang dikmen untuk menemui Bu UM. Wawancara dimulai dari jam 09.10 – 09.40 WIB. Wawancara berlangsung singkat karena beliau ada keperluan mendadak hari ini. Setelah selesai wawancara peneliti jin pamit. Dari dua kali wawancara dengan nara sumber yang berbeda mengenai akses pendidikan jenjang menengah di Kabupaten Purbalingga ada beberapa topik yang sama yang muncul yaitu bertambahnya industri dianggap sebagi salah satu penyebab anak tidak melanjutkan sekolah dari SMPMTs ke SMASMKsederajat. CATATAN LAPANGAN KE-3 Hari : Kamis, 4 September 2014 Tempat : Kantor Kecamatan Kemangkon Tiba di kantor Kecamatan Kemangkon sekitar jam 09.00 WIB. Kantor Kecamatan sendiri terletak di Desa Panican yang juga merupakan pusat dari Kecamatan Kemangkon itu sendiri. Setibanya di kantor tersebut peneliti langsung mencari informasi untuk mengurus surat keterangan penelitian, oleh petugas resepsionis peneliti diarahkan untuk menemui Bapak SP. Dari beliau, peneliti ditanya mengenai maksud dan tujuan kedatangan. Tidak butuh penjelasan panjang lebar bapak SP mengerti dan menyarankan saya menemui Bapak WRT menjabat seksi PMD Pemberdayaan Masyarakat Desa. Alasan Bapak SP menyuruh peneliti menemui Bapak WRT adalah karena beliau memiliki data mengenai Kecamatan Kemangkon yang mungkin bisa membantu penelitian ini. Bapak WRT yang letak tempat duduknya hanya berjarak dua meja dari meja Bapak SP secara