46 pendidikan rendah 0,309, dengan penyumbang ketimpangan pendidikan
adalah ketimpangan pendidikan pada wilayah kabupaten-kota. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa beberapa faktor berpengaruh terhadap
ketimpangan pendidikan yaitu: a pengaruh pengeluaran pemerintah atas pendidikan, b angka harapan hidup, dan c gender gap.
Adapun persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama meneliti tentang faktor yang mempengaruhi pendidikan
individu atau masyarakat. Perbedaannya adalah pada penelitian
Muhammad Ja’far Bustomi memfokuskan pada tingkat ketimpangan dan implikasinya sedangkan pada penelitian mengenai akses pendidikan
jenjang menengah di Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga yang berfokus pada fenomena anak usia sekolah menengah 16-18 tahun
yang tidak melanjutkan pendidikan di SMASMKsederajat. 2. Penelitian dari Dyah Reti Pujianti 2012 yang berjudul “upaya
pemerataan pendidikan tingkat sekolah menengah di Kecamatan Barung Kabupaten Wonosobo”, menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
angka melanjutkan sekolah menengah atas sebesar 30,99 ekonomi orangtua, 40,09 penduduk laki-laki bekerja sebagai petani buruh tani,
dan 41,21 perempuan pedagang. Begitu juga kesadaran pendidikan yang rendah yaitu penduduk malas sekolah sebesar 25,8. Oleh karena itu,
upaya Pak Camat dan Kepala Dinas, Pemuda dan Olahraga di Kecamatan Barung Kabupaten Wonosobo, yaitu melakukan sosialisasi tentang
pendidikan melalui forum pengajian, melakukan sosialisasi dan
47 monitoring terutama pada siswa SMPMTS kelas 3 yang melanjutkan ke
SMAMA. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada tema yang sama-sama
bertema pada hal pemerataan pendidikan. Sedangkan perbedaannya ada pada fokus penelitiannya. Fokus dari penelitian Dyah Reti Pujianti adalah
pada upaya pemerataan yang dilakukan oleh pihak sekolah sedangkan penelitian mengenai akses pendidikan jenjang menengah di Kecamatan
Kemangkon Kabupaten Purbalingga berfokus pada fenomena anak usia sekolah menengah 16-18 tahun yang tidak melanjutkan pendidikan di
SMASMKsederajat.
E. Kerangka Pikir
Pendidikan adalah bekal manusia untuk hidupnya. Tanpa pendidikan sebagai modal, manusia hanya akan mengalami berbagai keterbatasan.
Padahal manusia lahir dengan membawa banyak kebutuhan untuk dipenuhi. Untuk mampu memenuhi seluruh kebutuhannya, pendidikan jelas dibutuhkan
agar manusia dapat berkembang secara optimal baik secara intelektual, emosional, moral, dan spiritual. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional yang tercantum dalam UU No. 20 Th. 2003 pasal 3 tentang tujuan pendidikan
nasional yaitu,
“Pendidikan nasional
bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Akan sangat menguntungkan Indonesia apabila tujuan
48 tersebut terwujud karena ini akan berdampak pada meningkatnya sumber daya
manusia yang makin berkualitas. Selanjutnya tujuan umum pendidikan nasional ini pemerintah wujudkan melalui Rencana Strategis Departemen
Pendidikan Nasional Renstra Depdiknas Tahun 2010-2014 yang memuat enam strategi, salah satunya adalah mengenai perluasan dan pemerataan akses
pendidikan menengah. Renstra Depdiknas adalah pedoman bagi satuan kerja pendidikan, baik
di pusat maupun di daerah dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan pendidikan nasional. Dengan berpedoman pada Renstra
Depdiknas, Kabupaten Purbalingga berupaya mewujudkan perluasan dan pemerataan pendidikan menengah. Wujud dari usaha tersebut adalah
keberadaan sekolah menengah baik SMA, SMK dan MA hampir disetiap kecamatan di Kabupaten Purbalingga. Pada perkembangannya usaha ini tidak
membawa hasil yang maksimal, ini diwujudkan dengan rendahnya APK dan APM untuk jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Purbalingga.
Diketahui bahwa salah satu faktor penyebabnya APK dan APM pendidikan jenjang menengah Kabupaten Purbalingga rendah karena, anak usia sekolah
menegah 16-18 tahun lulusan SMPMTs banyak yang tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya yaitu SMASMKsederajat. Salah satu Kecamatan di
Kabupaten Purbalingga dengan APK dan APM rendah adalah Kecamatan Kemangkon.
Kondisi yang demikan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena setiap jenjang pendidikan formal memiliki fungsi dan tujuan masing-masing.
49 Seperti jenjang pendidikan menengah memiliki tujuan untuk meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Maka dari itu perlu
diketahui faktor penyebab anak-anak usia sekolah menengah di Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga enggan melanjutkan pendidikannya ke
jenjang berikutnya yaitu SMASMKsederajat. Selain perlu diketahui faktor penyebab anak-anak sekolah menegah 16-18 tahun lulusan SMPMTs di
Kecamatan Kemangkon tidak melanjutkan pendidikan jenjang mengengah perlu diketahui pula kondisi akses pendidikan menengahnya dan faktor
pendukung bagi anak-anak tersebut untuk melanjutkan sekolah agar diperoleh kebijakan yang tepat sebagai solusi untuk permasalahan ini. Dari penjelasan di
atas, adapun kerangka berpikir digambarkan melalui bagan di bawah ini:
Gambar 3. Kerangka Pikir
Tujuan Umum Pendidikan Nasional UU No. 20 Th. 2003 Pasal 3
Renstra Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014, “Perluasan dan Pemerataan Akses
Pendidikan Menengah” APK 21,23 APM 11,86 Pendidikan
Menengah Rendah untuk Kec. Kemangkon Anak Usia Sekolah Menengah 16-18 Tahun Tidak
Melanjutkan Pendidikan SMASMKSederajat
Kebijakan Sebagai
Solusi Faktor Penghambat
Pendukung Anak Melanjutkan Sekolah Menengah
Kondisi Akses Pendidikan
Menengah