Pendidikan alternatif melalui Pendidikan Luar Sekolah

107

1. Akses Pendidikan Jenjang Menengah di Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga

Akses pendidikan merupakan jalan masuk yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk bisa mengikuti dan memperoleh suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Akses pendidikan merupakan salah satu dari tiga pilar kebijakan pendidikan. Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan maka arah kebijakan pendidikan dari pemerintah adalah dengan usaha mewujudkan pemerataan dan perluasan akses pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi yang telah dilakukan di Kecamatan Kemangkon selama kurang lebih dua bulan dapat disimpulkan kondisi akses pendidikan untuk usaha perluasan akses pendidikan pada jenjang menengah masih belum terpenuhi secara maksimal. Kondisi ini tergambar dari 1 sarana prasarana pendidikan, 2 keterjangkauan dan 3 daya tampung sekolah menengah di Kecamatan Kemangkon.

a. Sarana dan prasarana sekolah menengah

di Kecamatan Kemangkon Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai diharapkan mampu untuk menarik minat anak dan guru agar dalam 108 penyelenggaraan proses belajar mengajar akan lebih menyenangkan dengan memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada dan dengan kondisi baik kualitasnya maupun kuantitasnya. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan BNSP dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Pasal 1 ayat 8 tentang Standar Nasional Pendidikan setiap sekolah wajib memenuhi standar pelayanan minimal yang telah ditentukan. Lebih lengkap dijelaskan dalam peraturan pemerintah yang sama pada Pasal 42 ayat 1 dan 2. Tiga sekolah menengah di Kecamatan Kemangkon masih tergolong sekolah yang baru dibandingkan sekolah menengah di kecamatan lain. Jadi untuk sarana dan prasaranya masih membutuhkan banyak tambahan.

b. Keterjangkauan sekolah menengah di Kecamatan Kemangkon

Dengan rata-rata jarak 5,39 km maka ketiga sekolah menengah tersebut ideal terletak di pusat wilayah kecamatan, namun tidak bagi 6 desa yang jaraknya melebihi 6 km maka lokasi ketiga sekolah tersebut jelas tidak ideal karena ketiga sekolah tersebut berada terpusat di pusat kecamatan. Desa-desa tersebut adalah: 1 Kedungbenda, 2 Plumutan, 3 Sumilir, 4 Kalialang, 5 Karangtengah dan 6 Muntang. Padahal menurut BNSP 2006 pelayanan radius menuju sekolah maksimal adalah 6 km. Dengan keadaan tersebut maka ketiga sekolah tersebut belum bisa memberikan akses bagi semua anak usia sekolah menengah di Kecamatan Kemangkon karena ketiga sekolah ini kurang terjangkau 109 bagi anak-anak yang tinggal di enam desa yang jaraknya lebih dari 6 km dari kota kecamatan. Kondisi yang kurang terjangkau bagi anak-anak yang tinggal di desa-desa dengan jarak melebihi 6 km dari kota kecamatan membuat keterserapan perserta didik yang diterima juga tidak merata karena keterserapan SMASMK di Kecamatan Kemangkon lebih didominasi oleh anak-anak lulusan SMPMTs terdekat. Dapat diketahui bahwa keterserapan perserta didik di SMASMK di Kecamatan Kemangkon paling banyak menyerap anak-anak yang berasal dari SMP N 1 Kemangkon dengan persentase 29,03 untuk SMA N 1 Kemangkon, 44,29 untuk SMK N 1 Kemangkon dan 16,66 untuk SMK Ma’arif Kemangkon. Sedangkan untuk sekolah selain SMP N 1 Kemangkon keterserapannya kurang lebih 10 dari jumlah siswa yang diterima. Dilihat dari lokasinya, sekolah dengan keterserapan kisaran 10 memiliki lokasi yang jauh dari lokasi sekolah menengah. Seperti SMP N 3 Kemangkon yang berlokasi di Desa Kedungbenda berjarak 8,5km dan SMP Muhammadiyah 08 Kemangkon yang berlokasi di Desa Karangtengah berjarak 11,2 km. Jarak tersebut dihitung dari lokasi desa menuju pusat Kecamatan Kemangkon di Desa panican.

c. Daya tampung sekolah menengah di Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga

Dari perbandingan ketersediaan daya tampung dan jumlah lulusan terlihat jelas bahwa daya tampung untuk sekolah menengah di 110 Kecamatan masih kurang untuk mengantisipasi lulusan SMPMTs guna memberikan akses pendidikan bagi anak-anak lulusan SMPMTs. Bukan kekurangan daya tampung yang menjadi masalah utama melainkan kekurangan murid. Dengan total daya tampung sebanyak 324 hanya terisi 170 dan menyisakan sebanyak 154 bangku. Permasalah ini dibenarkan oleh Bapak SPR selaku kepala urusan kurikulum di SMA N 1 Kemangkon. Sekolah menengah ini setiap tahunnya selalu menyediakan daya tampung sebanyak 180 kursi untuk anak-anak baru. Pada kenyataannya hampir tiga tahun berurut- turut daya tampung yang disediakan tidak pernah terisi penuh. Selain SMA N 1 Kemangkon sekolah lain yang mengalami hal yang sama adalah SMK Ma’arif NU Kemangkon. Dengan daya tampung yang disediakan sebanyak 72 kursi untuk dua kelas dengan dua jurusan berbeda, sekolah ini selalu mengalami kekurangan murid. Kondisi yang berbeda dialami oleh SMK N 1 Kemangkon dengan daya tampung yang sama untu satu program keahlian daya tampung ini selalu terisi penuh padahal sekolah ini tergolong sekolah baru wujud dari kebijakan sekolah kecil di Kabupaten Purbalingga. Berdsarakan informasi dari Bapak KSM, Bapak SPR dan Bapak BDI, minat anak terhadap SMK makin meningkat dengan kebijakan dari Kabupaten Purbalingga yang sedang giat mewujudkan 70 SMK dan 30 SMA. Meningkatnya minat masuk SMK ini tidak dialami oleh SMK Ma’arif NU Kemangkon. Masyrakat masih memilih