Aspek akses pendidikan Akses Pendidikan 1. Deskripsi akses pendidikan
33 proses untuk memperoleh pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan
meliputi bagaimana ketersediaan fasilitas pendidikan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP dalam Peraturan Pemerintah No. 19
Th. 2005 Pasal 1 ayat 8 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa setiap satuan pendidikan harus memiliki sarana
pendidikan minimal, yaitu: Standar sarana dan prasaran adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat ibadah, perpustakaan, laboratorium,
bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Lebih lanjut dijelaskan dalam peraturan pemerintah yang sama pada Pasal 42 ayat 1 dan 2, bahwa:
1 Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan
sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan.
2 Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi bahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan
pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang kantin, instalasi daya, dan jasa, tempat
berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruangtempat lain yang diperlukan untuk
menunjang
proses pembelajaran
yang teratur
dan berkelanjutan.
Ketimpangan terjadi bukan sekedar karena kurang maksimalnya usaha pemerintah sebagai salah satu penyelenggara pendidikan dalam
menyediakan akses masuk, bertahan dan lulus. Ada faktor lain yang menyebabkan usaha yang pemerintah lakukan gagal. Pemberian akses
34 secara jelas tertera pada Renstra Depdiknas Tahun 2005-2009 melalui
pemerataan dan perluasan. Disebutkan pula bahwa pemerataan dan perluasan pendidikan terkendala pada persoalan keterbatasan sosial,
ekonomi, waktu, kesempatan serta geografi. Dengan memahami hal ini pula bisa diketahui faktor yang menjadi penyebab anak tidak melanjutkan
pendidikannya. a. Faktor Geografi Sekolah
Suatu kawasanwilayahtempat dan faktor yang ada di sekitarnya berkaitan dengan lokasi sekolah dapat mempengaruhi
perkembangan sosial masyarakat. Letak suatu sekolah, diharapkan dalam suatu lokasi yang baik. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan No. 24 Th. 2007 tentang Standar Sarana dan prasarana untuk SDMI, SMPMTs, dan SMAMA lokasi untuk sekolah haruslah
terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam
keadaan darurat. Lokasi juga harus optimal seperti yang dijelaskan oleh Daldjoeni 1999:61, “lokasi optimal adalah yang terbaik secara
ekonomis”. Dapat dipahami bahwa lokasi yang tepat adalah lokasi yang memperoleh keuntungan ekonomi dengan cara meminimkan
biaya transportasi. Transportasi berhubungan dengan jangkauan sekolah. Ada berbagai literatur berbeda-berbeda berhubungan dengan
jangkauan sekolah yang harus ditempuh oleh anak menuju lokasi sekolah, beberapa diantaranya, yaitu:
35 1 Badan Standar Nasional Pendidikan tahun 2006 tentang standar
sarana dan prasaran SMAMA yaitu satu SMAMA memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan
belajar dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 6.000 jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 6.000 jiwa dapat
dilakukan penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada atau pembangunan SMAMA baru.
2 Badan Standar Nasional Indonesia tenang sarana dan prasarana yaitu satu kelompok pemukiman permanen dan terpencil dengan
banyak penduduk lebih dari 1.000 jiwa dilayani oleh satu SMAMA dalam jarak tempuh bagi peserta didik yang berjalan
kaki maksimum 6 km melalui lintasan yang tidak membahayakan. 3 Indrafachrudi, dkk 1989:142 secara nasional jarak capai yang
diperhitungkan ialah jarak perjalanan kaki dalam keadaan normal. Untuk sekolah lanjutan diambil jarak 5 km yaitu 1 jam jalan kaki.
Untuk sekolah menengah minimum memiliki 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar dengan tiga rombongan
belajar melayani maksimum 6.000 jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 6.000 jiwa dapat dilakukan penambahan rombongan belajar
di sekolah yang telah ada atau pembangunan SMAMA baru. Dari ketiga teori tersebut didapatkan bahwa jarak yang ideal untuk
jangkauan sebuah sekolah menengah adalah 1000 m atau 1 km dari pemukiman terdekat.