113 pemenuhuan tiga kebutuhan utama dan mengesampingkan pemenuhan
kebutuhan pendidikan. Menjadikan pendidikan sebuah investasi jangka panjang dan sebuah kebutuhan yang mutlak untuk dipenuhi masih jauh
dari persepsi dan angan-angan mereka. Bahayanya kemiskinan ini diwariskan beserta persepsi mengenai pendidikan kepada anak, maka
semua itu akan berulang menjadi sebuah siklus yang tidak memiliki ujung.
b. Faktor motivasi sebagai penghambat anak usia sekolah menengah 16-18
tahun untuk
melanjutkan pendidikan
SMASMKsederajat.
Motivasi timbul karena ada harapan dan harapan berhasil bila persepsi seseorang tentang kemungkinan apabila seseorang berbuat
sesuatu maka akan tercapai sesuatu hasil tertentu. Anak-anak kelompok usia menengah di Kecamatan Kemangkon yang tidak
melanjutkan sekolah karena mengetahui lemahnya ekonomi sudah mempersepsikan bahwa keluarga terutama orangtua sulit bahkan tidak
mampu untuk menyekolahkan sehingga mereka setelah lulus SMPMTs tidak berharap lebih untuk melanjutkan ke sekolah
menengah. Padahal anak-anak yang ekonomi keluarganya lemah, masih dapat melanjutkan sekolah dengan bebagai cara yang dapat
diusahakan salah satunya melalui surat keringana biaya maupun mengajukan bantuan pendidikan. Sayangnya sejauh ini mereka tetap
114 berpersepsi bahwa dengan ekonomi keluarga yang lemah tetap akan
sulit melanjutkan sekolah menengah. Persepsi mereka dipengaruhi beberapa faktor, yaitu perasaan,
pengalaman, kemampuan berpikir, motivasi dan kerangka acuan. Perlakuan yang tidak adil, diskriminatif dan tidak menyenangkan yang
mungkin diperoleh di sekolah bila tidak dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan yang haruswajib dipenuhi, karena finansial kondisi
ekonomi terbatas dan hal tersebut merupakan persepsi yang salahkeliru. Kemampuan berpikir mereka terbatas, pengalaman juga
terbatas sehingga faktor perasaan yang belum tentu benar dapat mengalahkan faktor rasio.
Padahal anak-anak yang ekonomi
keluarganya lemah, masih dapat melanjutkan sekolah dengan bebagai cara yang dapat diusahakan salah satunya melalui surat keringanan
biaya maupun mengajukan bantuan pendidikan.
c. Faktor lingkungan sebagai penghambat anak usia sekolah menengah
16-18 tahun
untuk melanjutkan
pendidikan SMASMKsederajat.
Faktor lingkungan ini dibagi menjadi dua lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal yang dimaksud adalah lingkungan
keluarga, yang berpengaruh besar dalam hal ini adalah orang tua. Orang tua mendukung dan menginginkan bila anaknya bersekolah atau
melanjutkan pendidikan setelah lulus SMPMTs, karena orang tua menginginkan anaknya menjadi anak yang pintar dan sukses.
115 Dukungan lingkungan internal ini hanya berakhir berupa asa karena
kembali terkendala permasalahan ekonomi. Lingkungan eksternal berupa keberadaan industri dan teman
sepermainan peer group. Kabupaten Purbalingga terkenal dengan industri rambut dan bulu mata palsunya dan berdasarkan penelitian
lembaga penelitian, Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup LPPSLH, sejumlah perusahaan itu menyumbang 56,1 total
investasi industri secara nasional Suara Merdeka, 2582014. Keberadaan
industri jelas
memberi kontribusi
positif bagi
pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan industri padat karya, tenaga kerja yang terserap cukup besar. Disisi lain industri padat karya ini
justru menjadi bumerang bagi dunia pendidikan. Pesatnya plasma industri rambut dan bulu mata palsu hingga kepelosok desa terpencil,
mempengaruhi minat anak untuk melanjutkan sekolah anak-anak lulusan pendidikan dasar. Untuk menjadi salah satu buruhnya tidak
memerlukan banyak syarat cukup memberikan foto copy KTP Kartu Tanda Penduduk atau bagi yang belum memiliki karena belum cukup
umur hanya perlu memberikan komitmen untuk rajin bekerja. Mereka bisa mendapakan upah sesuai UMR dengan memenuhi target harian
yang telah ditentukan. Selanjutnya anak-anak lulusan SMPMTs yang terserap
menjadi tenaga kerja dari industri rambut dan bulu mata palsu menjadi pengaruh berikutnya. Banyak anak-anak disekitar lingkungannya yang