Ketimpangan akses pendidikan Akses Pendidikan 1. Deskripsi akses pendidikan
35 1 Badan Standar Nasional Pendidikan tahun 2006 tentang standar
sarana dan prasaran SMAMA yaitu satu SMAMA memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan
belajar dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 6.000 jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 6.000 jiwa dapat
dilakukan penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada atau pembangunan SMAMA baru.
2 Badan Standar Nasional Indonesia tenang sarana dan prasarana yaitu satu kelompok pemukiman permanen dan terpencil dengan
banyak penduduk lebih dari 1.000 jiwa dilayani oleh satu SMAMA dalam jarak tempuh bagi peserta didik yang berjalan
kaki maksimum 6 km melalui lintasan yang tidak membahayakan. 3 Indrafachrudi, dkk 1989:142 secara nasional jarak capai yang
diperhitungkan ialah jarak perjalanan kaki dalam keadaan normal. Untuk sekolah lanjutan diambil jarak 5 km yaitu 1 jam jalan kaki.
Untuk sekolah menengah minimum memiliki 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar dengan tiga rombongan
belajar melayani maksimum 6.000 jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 6.000 jiwa dapat dilakukan penambahan rombongan belajar
di sekolah yang telah ada atau pembangunan SMAMA baru. Dari ketiga teori tersebut didapatkan bahwa jarak yang ideal untuk
jangkauan sebuah sekolah menengah adalah 1000 m atau 1 km dari pemukiman terdekat.
36 b. Faktor Ekonomi
Lemahnya keadaan ekonomi seseorang adalah salah satu penyebab yang sering menjadi alasan anak tidak melanjutkan
pendidikan pada jenjang berikutnya. Apabila keadaan ekonomi orang tua kurang mampu, maka kebutuhan anak dalam bidang pendidikan
tidak dapat terpenuhi dengan baik. Sebaliknya kebutuhan yang cukup bagi anak hanyalah didasarkan kepada kemampuan ekonomi dari
orang tuanya, yang dapat terpenuhinya segala keperluan kepentingan anak terutama dalam bidang pendidikan.
Badan Pusat Statistik BPS dalam menghitung batas miskin didasarkan pada ukuran pendapatan ukuran finansial, disana batas
kemiskinan dihitung dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan
makanan. Untuk kebutuhan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia KBBI, 2008:92, kemiskinan adalah situasi penduduk atau sebagian yang hanya dapat memenuhi makanan,
pakaian, dan
perumahan yang
sangat diperlukan
untuk mempertahankan tingkat kehidupan yang minimum.
Beberapa lembaga negara memiliki indikator kemiskinannya masing-masing. Berikut indikator kemiskinan dari berbagai lembaga
tersebut:
37 1 Badan Pusat Statistik BPS mendefinisikan kemiskinan dengan
membuat kriteria besarnya pengeluaran per orang per hari sebagai bahan acuan. Ada lima kriteria miskin menurut BPS, yaitu:
a Tidak Miskin, mereka yang pengeluaran per orang per bulan lebih dari Rp350.610,00.
b Hampir Tidak Miskin, mereka yang pengeluaran per orang per bulan antara Rp280.488,00 sampai dengan Rp350.610,00
c Hampir Miskin, untuk pengeluaran per bulan per orang antara Rp233.740,00 sampai dengan Rp280.488 atau sekitar
Rp7.780,00 sampai dengan Rp9.350,00 per orang per hari. d Miskin, dengan pengeluaran per orang per bulan per kepala
Rp233.740,00 kebawah atau sekitar Rp7.780,00 kebawah per orang per hari.
e Sangat Miskin kronis, tidak ada kriteria berapa pengeluaran per orang per harinya.
2 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN menggunakan kriteria kesejahteraan keluarga untuk mengukur
kemiskinan. Keluarga yang tergolong miskin merupakan keluarga memiliki kriteria atau masuk kelompok Keluarga Pra Sejahtera dan
Sejahtera I. Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal,
seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan. Keluarga sejahtera I adalah keluarga yang sudah
38 dapat memenuhi kebutuhan yang sangat mendasar, tetapi belum
dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Indikator yang digunakan untuk mengidentifikasi kelompok keluarga sejahtera I,
yaitu: a Anggota keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang
dianut. b Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari
atau lebih. c Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang bebeda untuk
di rumah, bekerja, sekolah dan bepergian. d Bagian terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.
e Bila anak atau anggota keluarganya yang lain sakit di bawa ke saranapetugas kesehatan.
3 Depkominfo memiliki 14 kriteria rumah tangga miskin, yaitu: a Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m
2
per orang.
b Jenis bangunan tempat tinggal terbuat dari tanahbambukayu murahan.
c Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bamburumbaikayu berkualitas rendah atau tembok tanpa diplester.
d Tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan rumah tangga lain.
e Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
39 f Sumber air minum berasal dari sumurmata air tidak
terlindungsungaiair hujan. g Bahan bakar untuk memasak
sehari-hari adalah kayu bakararangminyak tanah.
h Hanya mengonsumsi dagingsusuayam satu kali dalam
seminggu. i Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
j Hanya sanggup makan sebanyak satudua kali dalam sehari. k Tidak
sanggup membayar
biaya pengobatan
di PuskesmasPoliklinik.
l Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan buruh bangunan,
buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp.600.000,00bulan.
m Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolahtidak tamat SDhanya tamat SD.
n Tidak memiliki tabunganbarang yang mudah dijual dengan nilai Rp.500.000,00 seperti sepeda motor kreditnon kredit,
emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. c. Faktor Motivasi Terhadap Pendidikan.
Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, 2008:930 adalah usaha yang dapat menyebabkan seseorangkelompok
orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai
40 tujuan yang dikehendaki atau
mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya.
Sugihartono, dkk 2007:20 menjelaskan bahwa “motivasi diartikan sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut”. Jadi motivasi secara sederhana dapat
dipahami sebagai usaha seseorangkelompok yang mengarah pada tingkah laku untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Tingkah laku untuk mencapai tujuan tersebut berbentuk tenaga- tenaga yang bersumber dari dalam diri dan luar diri individu. Beberapa
ahli menyebut tenaga-tenaga tersebut dengan istilah: desakan atau drive, motif atau motive, kebutuhan atau need, dan keinginan atau
wish. Nana Syaodih S. 2003:61 menjelaskan, “Motif atau motive adalah dorongan yang terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis dan
rohaniah. Kebutuhan atau need merupakan sesuatu keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang
diperlukannya”. Abraham Maslow dalam
John W. Santrock 2011:512 membagi motif sebagai pendorong dari perbuatan individu
kedalam lima kategori: 1 Motif fisiologis, yaitu dorongan-dorongan untuk memenuhi
kebutuhan jasmaniah, seperti kebutuhan akan makan, minum, bernafas, bergerak dan lain-lain.
2 Motif pengamanan, yaitu dorongan-dorongan untuk menjaga atau melindungi diri dari gangguan, baik gangguan
alam, binatang, iklim, maupun penilaian manusia. 3 Motif persaudaraan dan kasih sayang, yaitu motif untuk
membina hubungan baik, kasih sayang, persaudaraan baik dengan jenis kelamin yang sama maupun yang berbeda,
41 4 Motif harga diri, yaitu motif yang mendapatkan
pengenalaan pengakuan, penghargaan dan penghormatan dari orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial yang
dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan orang lain, ingin mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari
lainnya.
5 Motif aktualisasi diri. Manusia memiliki potensi potensi yang dibawa dari kelahirannya dan kodratnya sebagai
manusia. Potensi kodrat ini perlu diaktualkan atau dinyatakan dalam berbagai bentuk sifat, kemampuan dan
kecakapan nyata. Melalui berbagai bentuk upaya belajar dan pengalaman individu berusaha mengaktualkan semua
potensi yang dimilikinya.
Sedangkan, menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional
berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dwi Siswoyo, dkk 2007:19 juga berpendapat bahwa: Pendidikan adalah proses di mana masyarakat melalui lembaga-
lembaga pendidikan sekolah, perguruan tinggi atau melalui lembaga-lembaga lain, dengan sengaja mentransformasikan
warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, dari generasi ke generasi.
Jadi motivasi terhadap pendidikan adalah usaha seseorangkelompok yang mengarah pada tingkah laku untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki dengan motif tertentu melalui
lembaga-lembaga pendidikan sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lain.
42