76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
obat sampai 16 obat. Pada pasien tersebut, salah satu obat yang digunakan oleh pasien berpotensi terjadi interaksi obat yaitu pada obat glikuidon dengan obat
meloksikam untuk anti reumatik.
4.2.3 Drug Related Problems DRPs
Pada pemberian terapi untuk pasien diabetes melitus geriatri akan cenderung untuk mengalami DRPs lebih tinggi, hal ini harus dihindari agar tidak terjadi.
Karena DRPs dapat mempengaruhi selama proses terapi dan tujuan terapi. Pada masalah ini, peran farmasi sangat dibutuhkan untuk meminimalisir terjadinya DRPs
pada penggunaan obat. Evaluasi DRPs sangat mendukung untuk menghindari terjadinya risiko DRPs, yang mengingat bahwa kejadian DRPs terutama yang
dialami oleh pasien geriatri baik mendapat terapi tunggal maupun kombinasi masih sangat tinggi. Penurunan pada fungsi organ dan fisiologi pada pasien geriatri sangat
berpengaruh pada proses terapi berlangsung, dan perlu diperhatikan secara khusus. Evaluasi DRPs bertujuan untuk menjamin pengobatan yang berikan kepada pasien
dapat berhasil mencapai efek terapi dan pasien mendapatkan pengobatan yang aman, berkhasiat, dan bermutu. Evaluasi DRPs terdiri dari beberapa kategori yaitu: butuh
tambahan obat, obat tanpa indikasi, salah obat, dosis dibawah dosis terapi, dosis melebihi dosis terapi, interaksi obat, dan ketidakpatuhan pasien. Namun, pada
penelitian ini tidak dapat dilakukan untuk evaluasi kategori ketidakpatuhan pasien karena penelitian bersifat retrospektif. Pada evaluasi DRPs, pasien dikatakan
mengalami DRPs pada pengobatannya ketika pasien mengalami dari salah satu kategori DRPs tersebut. Dan pasien dikatakan bahwa tidak mengalami DRPs jika
seluruh obat antidiabetes yang digunakan oleh pasien tidak satupun mengalami DRPs. Gambaran penilaian evaluasi DRPs berdasarkan pemberian obat antidiabetes
pada pasien rawat inap Rumah Sakit Umum Pelabuhan dapat dilihat pada gambar 4.10. Namun evaluasi DRP yang terjadi tidak dapat dikatakan rasional karena tidak
dapat dibandingkan dengan protokol yang telah ada. Dimana menurut protokol terapi diabetes melitus tipe 2 ditahun 2010, bahwa penanganan DM tipe 2 tidak
dapat ketahui apakah pasien melakukan penanganan tahap awal atau lanjut. sehingga tidak bisa dilihat apakah penangan pasien telah sesuai aturan protokol yang telah ada
atau belum.