80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dosis Dibawah Dosis Terapi
Pemberian obat dengan dosis yang terlalu rendah mengakibatkan ketidakefektifan dalam mencapai efek terapi yang diinginkan. Dosis yang diberikan
harus sesuai dengan keadaan pasien dan dosis yang sudah ditetapkan pada literatur Drug Information Handbook. Penilaian evaluasi DRPs dosis dibawah dosis terapi
pada pasien didasarkan pada dosis regimen yang diberikan. Dari hasil analisis deskriptif dapat terlihat bahwa tidak terdapat pasien yang mendapatkan dosis
dibawah dosis terapi, seluruh pasien rawat inap geriatri diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pelabuhan telah mendapatkan dosis yang tepat.
5. Dosis Melebihi Dosis Terapi
Pemberian obat dengan dosis melebihi dosis terapi dapat terjadi peningkatan risiko efek toksik. Dosis yang diberikan harus sesuai dengan keadaan pasien dan
dosis yang sudah ditetapkan pada literatur Drug Information Handbook. Hasil analisa deskriptif pada dosis melebihi dosis terapi pada pasien didasarkan pada dosis
regimen yang diberikan dan tidak terdapat pasien yang menerima dosis melebihi dosis terapi, seluruh pasien rawat inap geriatri diabetes melitus tipe 2 di Rumah
Sakit Umum Pelabuhan telah mendapatkan dosis yang tepat.
6. Interaksi Obat
Interaksi obat merupakan hal yang sangat dihindari dari pemberian obat. Interaksi obat yang mungkin timbul dari pemakaian insulin dengan obat
hipoglikemik oral atau dengan obat yang lain dapat dilihat pada refrensi yang lebih detail, misalnya Medscape, drug information handbook, dan drugs.com. Interaksi
antar sesama obat antidiabetes dan interaksi obat antidiabetes dengan obat lain dapat mempengaruhi efek dari obat antidiabetes dan akan mempengaruhi kadar glukosa
darah. Hal ini dapat menyebabkan kadar glukosa darah yang menurun secara drastis hipoglikemia atau dapat menyebabkan keadaan kadar glukosa darah yang melebihi
batas normal hiperglikemia, gula darah sewaktu 200mgdl hiperglikemia. Contoh pasien nomor 22, terdapat 3 obat yang berpotensi mengalami
interaksi obat. Interaksi pertama, pada obat ramipril dengan glikuidon, hal ini
81
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menyebabkan ramipril dapat meningkatkan efek glikuidon secara farmakodinamik. Interaksi kedua, glikuidon dengan aspirin yang mempunyai efek yaitu aspirin yang
dapat meningkatkan efek glikuidon dengan mekanisme yang tidak diketahui secara jelas. Interaksi ketiga, glikuidon dan captopril yang berpotensi pada captopril yang
dapat meningkatkan efek glikuidon secara farmakodinamik. Namun ketiga interaksi ini tidak berdampak kepada pasien karena dilihat dari kadar glukosa sewaktu pasien
masih didalam rentan normal. Dan jika dilihat dari tingkat keparahannya, potensi ketiga interaksi obat tersebut termasuk tingkat moderat.
Dari hasil data deskriptif tersebut, terdapat 18 pasien potensial mengalami DRPs interaksi obat. Meskipun terdapat potensi interaksi obat, namun efek interaksi
obat tersebut tidak terjadi pada pasien yang dilihat dari kadar GDS pasien.
4.2.4 Analisis Bivariat
4.2.4.1 Hubungan antara Usia dengan DRPs
Dari hasil uji statistik menggunakan metode Chi-Square pada kategori usia terhadap DRPs, didapatkan nilai P= 0,629 P 0,05 maka diperoleh dengan
kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan DRPs.
4.2.4.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan DRPs
Dari hasil uji statistik menggunakan metode Chi-Square pada kategori usia terhadap DRPs, didapatkan nilai P = 0,119 P 0,05, maka diperoleh kesimpulan
bahwa pada penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan DRPs.
4.2.4.3 Hubungan antara Penyakit Komplikasi dengan DRPs
Dari hasil uji statistik menggunakan metode Chi-Square pada kategori usia terhadap DRPs, didapatkan nilai P= 0,891 P 0,05 maka diperoleh dengan
kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan DRPs.
82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2.4.4 Hubungan antara Penyakit Penyerta dengan DRPs
Dari hasil uji statistik menggunakan metode Chi-Square pada kategori usia terhadap DRPs tidak diterdapat hasil uji, karena hasil persentase penyakit penyerta
sudah konstan. Dimana uji statistik yang menggunakan metode ini, tidak boleh terdapat data yang homogen karena tidak akan mendapatkan hasil konstan.
4.2.4.5 Hubungan antara Obat Antidiabetes Tunggal dengan DRPs Dari hasil uji statistik menggunakan metode Chi-Square pada kategori usia
terhadap DRPs, didapatkan nilai P= 0,004 P 0,05 maka diperoleh dengan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara antidiabetes tunggal
dengan DRPs.
4.2.4.6 Hubungan antara Obat Antidiabetes Kombinasi dengan DRPs
Dari hasil uji statistik menggunakan metode Chi-Square pada kategori usia terhadap DRPs, didapatkan nilai P= 0,004 P 0,05 maka diperoleh dengan
kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan DRPs.
4.3 Keterbatasan Penelitian 4.3.1 Kendala
1. Pengambilan data dan jumlah sampel
Pada proses pengambilan data ada beberapa data pasien yang kurang lengkap serta pasien yang sedang dirawat kembali sehingga tidak dapat diambil data
pasien dan menyebabkan sampel menjadi semakin sedikit. 2.
Diagnosis data Hasil laboratorium untuk pemeriksaan kadar gula darah sewaktu tidak rutin
dilaksanakan sehingga tidak dapat melihat perkembangan gula darah sewaktu pasien perhari. Dan hasil laboratorium lainnya juga tidak dilakukan secara
rutin. 5.
Protokol terapi DM tipe 2 Tidak terdapat protokol sehingga tidak dapat diketahui kerasionalan penelitian
evaluasi DRP.
83
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.3.2 Kelemahan
Penelitian ini memiliki kekurangan, diantaranya: 1.
Penelitian deskriptif retrospektif Pada penelitian deskriptif hanya dapat dilakukan demografi berupa hasil
analisis ketepatan untuk mengetahui DRPs pada terapi yang digunakan oleh pasien.Selain itu metode retrospektif, dimana waktu kejadian sudah terjadi,
tidak dapat dilakukan pertanyaan secara langsung pada pasien. 2.
Jumlah sampel Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sedikit dikarenakan terdapat
waktu yang tidak memenuhi kriteria dan formulir terapi obat yang hilang. 3.
Penelitian ini tidak dapat dikatakan seutuhnya rasional, dikarenakan penilaian diagnosis pasien tidak secara langsung, melainkan menarik kesimpulan dari
diagnosis yang tercatat di rekam medis.
4.4 Kekuatan
Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pelabuhan Jakarta Utara. Maka, diharapkan penelitian ini dapat menjadi refrensi
dan gambaran Drug Related Problems pada pasien rawat inap geriatri dengan diabetes melitus tipe 2.
84
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Karakteristik berdasarkan usia yang terbanyak yakni usia lanjut 60-74 tahun elderly sebanyak 18 pasien 64,28. Berdasarkan jenis kelamin yang
terbanyak yakni perempuan sebanyak 17 pasien 60,71. Berdasarkan penyakit komplikasi yang terbanyak diderita pasien adalah hipertensi
sebanyak 10 pasien 35,71 dan berdasarkan penyakit penyerta yang paling banyak adalah mialgia sebanyak 12 pasien 42,85.
2. Persentase penggunaan obat antidiabetik tunggal sebesar 60,71 dan penggunaan obat antidiabetik kombinasi yakni 39,28.
3. Terdapat 11 kelas terapi yang diberikan pada pasien dengan penggunaan terbesar adalah obat kelas terapi gastrointestinal sebesar 85,71.
4. Drug Related Problems DRPs yang terjadi adalah butuh tambahan obat sebanyak 3 pasien 10,71. salah obat sebanyak 2 pasien 7,14 dan
interaksi obat sebanyak 14 pasien 50.
5.2 Saran
1. Perlu adanya monitoring dan evaluasi penggunaan antidibetik secara sistematis
yang dilaksanakan secara teratur untuk mengatasi DRPs. 2.
Perlu adanya kerjasama dan kolaborasi yang tepat antara dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian
dan pengobatan pada pasien, sehingga didapatkan terapi yang tepat, efektif, dan aman.
3. Perlu adanya klinisi agar hasil penelitian lebih bermakna.
84
85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Daftar Pustaka
American Diabetes Asoociation. 2014. Standards of Medical Care In Diabetes 2014, Vol 37 suppl 1 . American Diabetes Asoociation. Hal. 27
Atkinson A, Abernethy DR, Daniels CE, Dedrick RL, Markey SP .2007. Principles of Clinical Pharmacology Second Edition.USA: Elsevier Inc. p.230.
Ayuningtyas, Maria Fea Fessy. 2010. Skripsi Evaluasi Drug Related Problems Obat Hipoglikemik Kombinasi Pada Pasien Geriatri Diabetes Melitus Tipe 2
Di Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Januari- Juni 2009. Yogyakarta: Fakultas Farmasi USD.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS Laporan Nasional
2012. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Baxter, Karen. 2008.
Stockley’s Drug Interaction. Edisi Kedelapan. Great Britain: Pharmaceutical Press. p.1-10.
Cello. 2010. Diabetes melitus Type 2 Protocol. Leiden: Mw. M. van Mierlo,practice nurse, Mw. C. Gieskes, diabetes nurse. p.1-10
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk penyakit Diabetes melitus . Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.
Dewi, Sofia Rhosma. 2012. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA. Hal.4
Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzkee GR, Wells BG, Posey LM Eds.6. 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. Edisi ke-7, New York : Mc
Graw-Hill Medical Publishing Division.p.1334-1356 Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2005. Pharmaceutical Care Untuk
Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Drugs.Com. Diakses 20maret - 12april 2015.
http:www.drugs.comdrug_interactions.php. Gunawan, dkk., 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru.
Hajjar ER, et.al. 2007. Polipharmacy in Elderly Patients. USA: The American
Journal of Geriatric Pharmacotherapy. Hardhana B, dkk. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.2012. Profil Kesehatan Indonesia. Hal.112.