10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
oksifenbutazon, dikumarol, kloramfenikol, senyawa-senyawa penghambat MAO Mono Amin Oksigenase, guanetidin, steroida anabolik, fenfluramin, dan klofibrat.
Hormon pertumbuhan, hormon adrenal, tiroksin, estrogen, progestin dan glukagon bekerja berlawanan dengan efek hipoglikemik insulin. Disamping itu, beberapa
jenis obat seperti guanetidin, kloramfenikol, tetrasiklin, salisilat, fenilbutazon, dan lain-lain juga memiliki interaksi dengan insulin, sehingga sebaiknya tidak diberikan
bersamaan dengan pemberian insulin, paling tidak perlu diperhatikan dan diatur saat dan dosis pemberiannya apabila terpaksa diberikan pada periode yang sama
Cipolle, dkk., dikutip dalam Depkes RI, 2005.
2.1.7.1 Mekanisme Interaksi Obat
Dapat dikatakan interaksi jika terjadi efek dari satu obat yang dipengaruhi dengan adanya obat lain, jamu, makanan, minuman atau oleh beberapa bahan kimia.
Hasil interaksi dapat berbahaya jika terjadi peningkatan toksisitas obat. Namun terdapat juga interaksi obat yang tidak benar-benar mempengaruhi sama sekali
seperti efek aditif dari kedua obat yang memiliki efek yang sama contohnya: efek gabungan dari dua atau lebih obat antidepresan atau obat yang mempengaruhi QT
interval. Namun terkadang istilah interaksi obat digunakan ketika terjadi reaksi fisiko-kimia antara obat yang dicampur dalam suatu infus Stockley, 2008.
Mekanisme interaksi obat dapat dibagi menjadi 2 secara umum yaitu :
1. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik adalah interaksi yang dapat terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi ADME.
Contohnya: Ranitidin mengurangi pembersihan ginjal metformin dengan menghambat sekresi metformin di tubular ginjal sehingga kadar plasma metformin
dapat meningkat dan dapat meningkatkan efek farmakologisnya farmakokinetik, moderat.
Interaksi farmakokinetik terdiri dari dari beberapa tipe :
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Interaksi pada absorbsi
Ketika obat diberikan secara oral, maka akan terjadi penyerapan melalui membran mukosa dari saluran pencernaan, dan sebagian besar interaksi terjadi pada
penyerapan diusus. b.
Interaksi pada distribusi obat Pada interaksi ini dapat terjadi melalui beberapa hal, yaitu: interaksi ikatan
protein dan induksi atau inhibisi transpor protein obat. c.
Interaksi pada metabolisme obat Reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada saat tahap metabolisme yaitu: yang
pertama perubahan pada first pass metabolism salah satu pada perubahan aliran darah ke hati, dan inhibisi atau induksi first pass metabolism, kedua induksi enzim,
ketiga inhibisi enzim, yang keempat faktor genetik dan yang terakhir adanya interaksi isoenzim CYP450.
d. Interaksi pada ekskresi obat
Sebagian besar obat dieksresikan melalui empedu atau urin, pengecualian untuk obat anestesi inhalasi. Interaksi dapat dilihat dari perubahan pH, perubahan
aliran dara diginjal, ekskresi empedu dan ekskresi tubulus ginjal Stockley, 2008.
2. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi dimana efek dari satu obat terjadi perubahan karena adanya obat lain. Terkadang obat bersaing untuk reseptor tertentu
misalnya agonis beta2, seperti salbutamol, dan beta bloker seperti propranolol namun seringkali reaksi terjadi secara langsung dan mempengaruhi mekanime
fisiologi. Interaksi ini diklasifikasikan menjadi beberapa tipe:
a. Interaksi aditif atau sinergis Jika dua obat memiliki efek farmakologis yang sama dan diberikan secara
bersama-sama maka dapat memberikan efek yang aditif. Misalnya, alkohol menekan SSP, dan jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar misalnya ansiolitik, hipnotik,
dll dapat meningkatkan efek ngantuk.