34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Tekanan darah dan BMI.
i. Toleransi Glukosa Terganggu
Dapat dilakukan pengulangan pengukuran setelah 2 minggu. Jika terlalu tinggi, setelah 3 bulan glukosa puasa dan HbA1c harus diukur lagi. Jika
diagnosis diabetes melitus masih tidak mungkin, pasien harus diperiksa setiap tahun oleh pelayanan diabetes.
ii. Deteksi kemungkinan dalam praktek pengobatan umum.
Penentuan kadar glukosa darah untuk: a.
Keluhan atau gangguan yang disebabkan oleh diabetes melitus , misalnya: haus, polyuria, penurunan berat badan, pruritus vulvue pada
usia yang lebih tua, nyeri, dan gangguan sesibilitas neurogenik. b.
Setiap 3 tahun untuk orang tua dari usia 45 tahun yang berisiko: hipertensi, gangguan metabolisme lemak, BMI 27, riwayat DM tipe 2,
wanita hamil yang menderita DM, orang dari turki;maroko; atau dan etnis tertentu.
3. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Hal terpenting pada penatalaksanaan DM yaitu: a. Nilai target
b. Informasi dan edukasi c. Terapi non-farmakologi berhenti merokok, olahraga, nutrisi,
menurunkan berat badan jika BMI 27 d. Terapi farmakologi jika dengan terapi non farmakologi pasien belum
bisa mencapai nilai target HbA1c setelah 3 bulan, terapi obat dimulai. Dokter umum yang menentukan obat yang akan digunakan.
4. Komplikasi Selama Diabetes Melitus
a. Faktor risiko kardiovaskular b. Nefropati
c. Masalah kaki ulkus kaki diabetikum d. Retinopati Cello,2010.
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3 Geriatri
Menua =menjadi tua=aging adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya shingga tidak dapat bertahan terhadap jejas termasuk infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
Martono, pranarka,2009. Sejumlah penelitian selama 3 dekade terakhir menunjukkan bahwa
peningkatan kemungkinan terjadinya reaksi obat yang merugikan pada obat yang diresepkan. Efek samping obat juga lebih cenderung terjadi pada pasien lebih tua.
Populasi geriatri menurut World Health Organization, dikutip dari dewi 2012, dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : lanjut usia elderly : 60
– 74 tahun, Lanjut usia tua old : 75
– 90 tahun, dan usia sangat tua very old : 90 tahun Pada populasi ini terdapat perubahan fisiologis yaitu:
1. Perubahan usia- terkait farmakokinetik
Perubahan usia terkait dengan ginjal dan usia terkait juga terhadap farmakokinetik obat yaitu clearance ginjal. Pada peningkatan usia terjadi
penurunan aliran darah ginjal, laju filtrasi glomerulus, danproses sekretori tubulus ginjal.
2. Perubahan usia- terkait fungsi hati dan biotransformasi obat
Biotransformasi obat terjadi pada hati, saluran pencernaan, ginjal, paru-paru, dan kulit. Namun, hampir seluruh organ mengalami aktivitas metabolisme.
Penurunan pada aktivitas biotransformasi obat maka akan berpengaruh pada dosis yang diberikan.
3. Perubahan usia- terkait fungsi sistem efektor
a. Sistem saraf pusat Terdapat sejumlah perubahan sistem saraf pusat pusat CNS menyebabkan
penyakit demensia, penyakit Parkinson, dan penyakit kejiwaan. b. Sistem saraf otonom
Terjadinya perubahan pada fungsi sistem saraf otonom cenderung terkait dengan respon obat dan toksisitas pada kelas terapi obat Atkinson, et.al.
2007.
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4 Rumah Sakit
Rumah sakit adalah salah satu sarana dari kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Di negara kita ini, rumah sakit merupakan rujukan pelayanan
kesehatan untuk pusat kesehatan mesyarakat PUSKESMAS, terutama upaya penyembuhan dan pemulihan, sebab rumah sakit mempunyai fungsi utama
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi penderita; yang berarti bahwa pelayanan rumah sakit untuk penderita rawat jalan dan
rawat tinggal hanya bersfiat spesialistik atau subspesialistik, sedang pelayanan yang bersifat nonspesialistik atau pelayanan dasar harus dilakukan dipuskesmas. Hal
tersebut diperjelas dalam keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 983 MenkesSKXI1992, tentang pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, yang
menyebutkan bahwa tugas rumah sakit mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan
dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan
pemulihan kesehatan. Sedangkan fungsi rumah sakit adalah sebagai penyelenggara pelayanan medik; pelayanan penunjang medik dan nonmedik; pelayanan dan asuhan
keperawatan; pelayanan rujukan; pendidikan dan pelatihan; penelitian dan pengembangan, serta administrasi umum dan keuangan.
Suatu klasifikasi rumah sakit yang seragam diperlukan untuk memberi kemudahan mengetahui identitas, organisasi jenis pelayanan yang diberikan,
pemilik, dan kapasitas tempat tidur. Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut:
1. Kepemilikan 2. Jenis pelayanan
3. Lama tinggal 4. Kapasitas tempat tidur
5. Afiliasi pendidikan 6. Status akreditasi
Sedangkan, Rumah Sakit Umum Pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi rumah sakit A,B,C, dan D. klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pelayanan ketenagaan fisik dan peralatan. Klasifikasi Rumah Sakit Umum pemerintah :
a Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan yang pelayanan medis spesialitik luas dan subspesialitik luas.
b Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mampunyai
fasilitas dan kemampuan fasilitas pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialis dan subspesialis terbatas.
c Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik dasar spesialitik dasar. d
Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medik dasar Siregar dan Lia, 2003.
Jenis perawatan yang diadakan di Rumah Sakit: 1.
Perawatan penderita rawat tinggal Dalam perawatan pendeirta rawat tinggal di rumah sakit ada lima unsur tahap
pelayanan yaitu: a
Perawatan intensif adalah perawatan bagi penderita kesakitan hebat yang memerlukan pelayanan khusus selama waktu krisis kesakitannya atau lukanya,
suatu kondisi apabila ia tidak mampu melakukan kebutuhan sendiri. Ia dirawat dalam ruangan perawatan intensif oleh staf medik dan perawatan khusus.
b Perawatan intermediet adalah perawatan bagi penderita setelah kondisi kritis
membaik, yang dipindahkan dari ruang perawatan intensif ke ruang perawatan biasa. Perawatan intermediet merupakan bagian terbesar dari jenis perawatan
dikebanyakan rumah sakit. c
Perawatan swarawat adalah perawatan yang dilakukan penderita yang dapat merawat diri sendiri, yang datang ke rumah sakit untuk diagnostik saja atau
penderita yang kesehatannnya sudah cukup pulih dari kesakitan intensif atau intermediet, dapat tinggal dalam suatu unit perawatan sendiri self-care unit.
d Perawatan kronis adalah perawatan penderita dengan kesakitan atau
ketidakmampuan jasmani jangka panjang. Mereka dapat tinggal dalam bagian