Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
digunakan sebagai terapi dasar karena obat berperan mendorong sensitivitas insulin, mengurangi glukoneogenesis hepatik, menstimulasi eksresi insulin dan aman untuk
digunakan karena risiko terhadap hipoglikemianya rendah. Sedangkan glimepirid mempunyai kerja dengan menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan insulin
yang tersimpan, selain itu glimepirid merupakan obat yang tepat untuk pasien lanjut usia, gangguan ginjal serta sangat jarang menimbulkan efek hipoglikemi
dibandingkan obat golongan sulfonilurea lainnya. Kombinasi kedua obat tersebut merupakan kombinasi yang tepat karena mempunyai cara kerja yang sinergis dimana
kombinasi ini dapat menurunkan glukosa darah lebih banyak daripada pengobatan tunggal masing-masing, baik dari dosis maksimal keduanya maupun kombinasi
dosis rendah Soegondo, dkk., 2005. Pemakaian kombinasi dengan sulfonilurea sejak awal pengelolaan dianjurkan hasil pemantauan selama 3 tahun pada pasien
UKPDS United Kingdom Prospective Study. Hanya 50 pasien DM tipe 2 dapat dikendalikan dengan pengobatan tunggal metformin atau sulfonilurea sampai dosis
maksimal Soegondo, dkk., 2005. Selain itu, terdapat penggunaan antidiabetes oral dengan injeksi yang
digunakan oleh pasien diabetes yaitu injeksi actravid dan glimepirid dengan persentase 3,57. Pemakaian kedua ini didasarkan bahwa rerata kadar glukosa
darah sepanjang hari terutama ditentukan oleh kadar glukosa darah puasanya. Umumnya kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan kurang lebih sama, tidak
tergantung dari kadar glukosa darah puasanya. Dengan memberikan dosis insulin kerja cepat dikarenakan efeknya yang dapat berkerja cepat, seringkali mulai
menurunkan kadar glukosa darah 20 menit setelah penyuntikan. Kombinasi obat ini dapat diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dan kombinasi obat ini ternyata
lebih baik daripada insulin saja dan dosis insulin yang diperlukan pun ternyata lebih rendah. Selain itu pasien lebih biasa menerima cara pengelolaan kombinasi ini
daripada pengelolaan dengan suntikan yang lebih sering Soegondo, dkk., 2005.