64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.4.6 Analisis Hubungan Antara Obat Antidiabetes Kombinasi dengan DRPs
Berdasarkan analisis hubungan antara obat antidiabetes kombinasi dengan DRPs menggunakan metode Chi-Square dapat dilihat di tabel dibawah ini.
Dari tabel 4.13. Menunjukkan bahwa pengaruh antidiabetes komplikasi terhadap DRPs dengan menggunakan metode Chi-Square didapatkan P = 0,004 P
0,05, maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara obat antidiabetes kombinasi dengan DRPs.
Tabel 4.13.
Hasil Analisis Hubungan Antara Obat Antidiabetes kombinasi dengan DRPs
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. 2- sided
Exact Sig. 2- sided
Exact Sig. 1- sided
Pearson Chi-Square 7.003
a
1 .004
Continuity Correction
b
6.566 1
.016 Likelihood Ratio
9.003 1
.002 Fishers Exact Test
.002 .002
N of Valid Cases
b
28
4.1.4.7 Analisa Hubungan Antara Jumlah Penggunaan Obat Dengan DRPs
Berdasarkan analisa hubungan antara jumlah penggunaan obat dengan DRPs menggunakan metode Chi-Square dapat dilihat tabel dibawah ini.
Tabel 4.14. Hasil Analisis Hubungan Antara Jumlah Penggunaan Obat dengan
DRPs
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. 2-sided Pearson Chi-Square
1.277
a
2 .034
Likelihood Ratio 1.929
2 .001
N of Valid Cases 28
Dari tabel 4.14. Menunjukkan bahwa pengaruh jumlah penggunaan obat terhadap DRPs dengan menggunakan metode Chi-Square didapatkan P = 0,034 p
0,05, maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah penggunaan obat dengan DRPs.
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Pasien 4.2.1.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia
Terlihat pada tabel 4.1. menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 mulai rentan dan sering terjadi pada lanjut usia elderly yakni sebanyak 24 pasien
85,71 , selebihnya pada usia tua old sebanyak 4 pasien 14,28 dan tidak terdapat pasien dengan usia lebih dari 90 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Maria Fea fessy tahun 2010, dimana prevalensi diabetes melitus berdasarkan usia yang terbanyak yaitu pada lanjut usia sebanyak 19 pasien 73,1
dari 26 pasien. Pada usia ini, umur sangat erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin meningkat usia maka prevalensi diabetes dan
gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. Hal ini dikarenakan pada saat penelitian ini jumlah pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pelabuhan sebagian
besar ialah pasien usia lanjut usia yaitu antara 60-74 tahun. Penuaan merupakan proses perubahan anatomis, biokimia, dan fisiologi tubuh. Hal ini dapat
menyebabkan perubahan pada sel-sel lainnya juga, terjadi perubahan homeostasis, serta perubahan pada fungsi organ yang telah mengalami penurunan. Salah satu
komponen tubuh yang mengalami perubahan yaitu s el β pankreas, sel-sel jaringan
target glukosa, sistem saraf pusat, serta hormon untuk menghasilkan hormon insulin, sehingga dapat mempengaruhi kadar glukosa plasma.
4.2.1.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah pasien rawat inap geriatri yang terdiagnosa diabetes melitus tipe 2 pada periode Januari-Juni 2014 di Rumah Sakit Umum Pelabuhan sebanyak 17
orang 60,71 ialah perempuan, sementara jumlah laki-laki sebanyak 11 orang 39,28. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
istiqomatunnisa tahun 2014, dimana prevalensi diabetes melitus berdasarkan jenis kelamin terbanyak yaitu berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 orang 63 dari
24 pasien. Berdasarkan data tersebut perempuan memiliki tingkat risiko lebih tinggi terdiagnosis penyakit diabetes melitus tipe 2 dibandingkan dengan laki-laki. Pada
prevalensi diabetes melitus melitus pada umumnya pada perempuan cenderung lebih