20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat
mengalami kelainan ini. Dan apabila ditemukan PVD disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati dan infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah
mengalami penyempitan pada pembuluh darah jantung. h. Gangguan Pada Hati
Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan gula bisa mengalami kerusakan hati liver. Anggapan ini keliru. Hati bisa terganggu
akibat penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita diabetes, penderita diabetes lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau
hepatitis C. Oleh karena itu, penderita diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis karena mudah tertular dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan
hepatitis. Hepatitis kronis dan sirosis hati liver cirrhosis juga mudah terjadi karena infeksi atau radang hati yang lama atau berulang. Gangguan hati yang sering
ditemukan pada penderita diabetes adalah perlemakan hati atau fatty liver, biasanya hampir 50 pada penderita diabetes tipe 2 dan gemuk. Kelainan ini jangan
dibiarkan karena bisa merupakan pertanda adanya penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya.
i. Penyakit Paru Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberculosis paru dibandingkan
orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosioekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru, demikian pula sakit paru akan menaikkan
glukosa darah. j. Gangguan Saluran Cerna
Gangguan saluran cerna pada penderita diabetes disebabkan karena kontrol glukosa darah yang tidak baik, serta gangguan saraf otonom yang mengenai saluran
pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena infeksi, gangguan rasa pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada akar
gigi yang mudah terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan menjadi tidak rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga
bisa terjadi. Ini adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung dan usus.
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keluhan gangguan saluran makan biasa juga timbul akibat pemakaian obat- obatan yang diminum.
k. Infeksi Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam
menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah terkena infeksi. Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paru-
paru, kulit, kaki, kandung kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf sehingga mengurangi kepekaan penderita terhadap
adanya infeksi Ndraha, 2014.
2.2.8 Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus
Untuk mencegah komplikasi kronik, diperlukan pengendalian DM yang baik yang merupakan sasaran terapi. Diabetes dinyatakan terkendali baik bila kadar
glukosa darah, A1c dan lipid mencapai target sasaran. Kriteria lengkap dari keberhasilan pengendalian DM dapat dilihat pada tabel 2.1 Ndraha, dikutip dari
PERKENI 2011, 2014.
Tabel 2.1. Target Pengendalian DM Ndraha, dikutip dari PERKENI 2011, 2014.
Parameter Nilai Target
IMT kgm
2
18,5 - 23 Tekanan darah sistolikdiatolik mmHg
13080 Glukosa Darah Puasa mgdl
100 Glukosa darah 2 jam PP mgdl
140 HbA1c
7 Kolesterol LDL mgdl
100 Kolesterol HDL mgdl
Pria 40 Wanita 50
Trigliserid mgdl 150
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.8 Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan DM adalah mengurangi risiko untuk penyakit komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular, memperbaiki gejala, mengurangi
kematian, dan meningkatkan kualitas hidup.
1. Non Farmakologi
a. Diet
Terapi nutrisi direkomendasikan untuk semua penderita DM. untuk penderita DM tipe 1 difokuskan pada pemberian insuln dengan diet seimbang untuk mencapai
dan memelihara berat badan yang sehat. Selain itu pada DM tipe 2 juga dianjurkan untuk melakukan pembatasan meningkatkan berat badan. Sehingga sangat penting
bahwa pasien memahami hubungan antara karbohidrat dan kontrol glukosa. b.
Olahraga Secara umum kebanyak pasien dengan DM bias mendapatkan keuntungan
dari peningkatan aktivitas. Latihan aerobik meningkatkan resistensi insulin dan mengontrol kadar gula darah, mengurangi faktor risiko kardiovaskular, memberikan
kontribusi untuk penurunan berat badan dan meningkatkan kesejahteraan. Pasien yang lebih tua, pasien dengan penyakit lama usia 35 tahun, atau 25 tahun dengan
DM ≥ 10 tahun.
2. Farmakologi
Sampai tahun 1995 hanya 2 pilihan untuk pengobatan farmakologis yang tersedia untuk pasien DM, sulfonilurea untuk DM tipe 2 saja. Namun, saat ini telah
ada lima kelas terapi obat oral DM tipe 2 yang telah disetujui: α-glukosidase inhibitor, biguanid, meglitinid, tiazolidindion atau glitazon, dan sulfonylurea. Obat
antidiabetes oral diindikasikan untuk pasien DM tipe 2 yang tidak dapat mencapai target glikemik meskipun telah melakukan diet dan olahraga.
1. Insulin
a. Farmakologi Insulin merupakan hormon anabolik dan antikatabolik, yang berperan
utama pada protein, karbohidrat, dan metabolisme. Insulin endogen diproduksi dari proinsulin
peptida pada sel β. b. Karakteristik
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Insulin biasanya dikategorikan berdasarkan sumbernya, kekuatan, onset dan durasi kerja. Selain itu insulin memiliki asam amino dalam molekul
insulin termodifikasi. Sediaan insulin biasanya U-100 dan U-500, 100 unitmL dan 500 unitmL.
c. Farmakokinetik Kinetik injeksi subkutan tergantung pada onset, puncak, dan durasi kerja.
Penambahan protamin NPH, NPL, dan suspense protamin aspart atau kelebihan seng maka dapat menunda onset, puncak, dan durasi efek insulin.
Waktu paruh injeksi insulin reguler IV yaitu 9 menit. Sehingga wkatu efektif untuk injeksi insulin IV lebih pendek. Insulin IV lebih murah
daripada insulin lainnya. Insulin terdegradasi di hati, otot, dan ginjal. Insulin dimetabolisme dihati sekitar 20-50, sedangkan dimetabolisme di ginjal
sekitar 25-20. Sehingga tidak dianjurkan untuk pasien menggunakan insulin jika terdapat penyakit ginjal stadium akhir.
d. Komplikasi mikrovaskular Insulin telah terbukti sebagai agen oral untuk mengobati DM. Penelitian
di Amerika telah membuktikan bahwa efikasi antara insulin dan sulfonilurea menunjukkan efikasi yang sama dalam penurunan mikrovaskular.
e. Komplikasi makrovaskular Hubungan antara masalah tingginya kadar insulin hiperinsulinemia,
resistensi insulin, dan kardiovaskular sehingga dapat dipercayai bahwa terapi insulin dapat menyebabkan komplikasi makrovaskular. Namun UKPDS dan
DCCT tidak menemukan hubungan antara komplikasi makrovaskular dengan terapi insulin.
f. Efek samping Secara umum efek samping insulin yaitu hipoglikemia dan kenaikan
berat badan. Hipoglikemia lebih sering terjadi pada pasien yang instensif melakukan terapi, dan lebih sering terjadi pada pasien DM tipe 1 daripada
tipe2. Sehingga pemantauan kadar glukosa darah sangat penting dilakukaan pada pasien yang menggunakan terapi insulin. Jika pasien telah mengalami
hipoglikemia yang berat maka akan terjadi takikardia dan berkeringat.
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
g. Dosis dan cara pemberian Pada pasien DM tipe 1, dosis seharinya 0,5-0,6 unitkg. Selama penyakit
akut atau ketosis resistensi insulin maka dapat diberikan dosis yang lebih tinggi. Dosis diberikan tergantung dengan keadaan patologi pasien.
2. Golongan sulfonilurea
a. Farmakologi Mekanisme utama dari sulfonilurea yaitu meningkatkan sekresi insulin.
Hal ini dengan cara mengikat sulfonilurea ke reseptor spesifik sulfonilurea pada sel β pankreas. Sekresi insulin melalui vena portal kemudian menekan
produksi glukosa hepatik. b. Klasifikasi
Sulfonilurea diklasifikasikan menjadi dua generasi. Generasi pertama terdiri dari asetoheksamid, klorpropamid, tolazamid, dan tolbutamid,
generasi kedua glimepirid, glipizid, dan gliburid. c. Farmakokinetik
Golongan sulfonilurea semua dimetabolisme di hati. Enzim CYP 450 terlibat dalam metabolisme sulfonilurea di hati. Lalu metabolit yang tidak
aktif akan diekskresikan melalui ginjal sehingga pada obat golongan ini perlu perlu penyesuaian dosis dan berhati-hati pada pasien yang mengalami
gangguan ginjal. d. Komplikasi mikrovaskular
Sulfonilurea dapat mengurangi komplikasi mikrovaskular pada pasien DM tipe 2.
e. Efek samping Efek samping yang paling umum adalah hipoglikemia. Semakin rendah
FPG, maka semakin tinggi potensi hipoglikemia. Orang-orang yang melewatkan makan, berolahraga dalam beban yang berat makan lebih
mungkin mengalami hipoglikemia. Faktor rsiko mengalami hipoglikemia yaitu usia 60 tahun, jenis kelamin perempuan, dan digunakan bersamaan
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan diuretik tiazid. Efek samping lainnya pada golongan ini yaitu ruam kulit, anemia hemolitik, gangguan pencernaan, dan kolestasis.
f. Dosis dan cara pemberian Untuk dosis pasien usia lanjut dan pasien gangguan ginjal atau hati,
dapat dilakukan penurunan dosis. Dosis dosis harus dititrasi setiap 1 sampai 2 minggu untuk mencapai target glikemik. Pada obat immediate release
memiliki dosis maksimal glipizid yaitu 40mghari, dosis efektif maksimal 10-15 mghari.
Yang termasuk obat golongan ini sebagai berikut : Soegondo,dkk., 2005. a. Khlorpropamid
Seluruhnya dieksresi melalui ginjal sehingga tidak dipakai pada gangguan faal ginjal dan oleh karena lama kerjanya lebih dari 24 jam,
diberikan sebagai dosis tunggal, tidak dianjurkan untuk pasin geriatri. b. Glibenklamid
Mempunyai efek hipoglikemik yang poten, sehingga pasien perlu diingatkan untuk melakukan jadwal makan yang ketat. Dikatakan
mempunyai efek terhadap agregasi trombosit. Dalam batas-batas tertentu masih dapat diberikan pada beberapa kelainan fungsi hati dan ginjal yang
ringan. c. Glikazid
Mempunyai efek hipoglikemik yang sedang sehingga tidak begitu sering menyebabkan hipoglikemia mempunyai efek antiagregasi trombosit yang
lebih poten. Dapat diberikan pada gangguan fungsi hati dan ginjal yang ringan.
d. Glikuidon Mempunyai efek hipoglikemik yang sedang dan juga jarang
menyebabkan hipoglikemia. Karena hampir seutuhnya di eksresi melalui empedu dan usus, dapat diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal dan hati yang lebih berat. e. Glipizid