12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Interaksi antagonis atau berlawanan Interaksi ini berbeda dengan interaksi aditif, dimana ada beberapa pasang
obat dengan kerja yang bertentangan satu sama lain. Misalnya kumarin dapat memperpanjang waktu pembekuan darah dengan menghambat kompetitif efek
vitamin K Stockley, 2008.
2.1.7.2 Tingkat Keparahan Interaksi Obat
Keparahan interaksi dapat diklasifikasikan ke berdasarkan tingkatan keparahanan : minor, moderate, atau major.
1. Keparahan minor
Interaksi obat minor biasanya memberikan potensi yang rendah secara klinis dan tidak membutuhkan terapi tambahan. Contoh interaksi minor adalah interaksi
hidralazin dan furosemid. Dimana efek farmakologis furosemid dapat meningkat jika diberikan bersamaan dengan hidralazin, tetapi secara klinis tidak signifikan.
Interaksi obat minor dapat diatasi dengan menilai rejimen pengobatan. 2.
Keparahan moderate Interaksi moderate sering membutuhkan pengaturan dosis atau dilakukan
pemantauan. Contohnya, obat rifampisin dan isoniazid yang dapat menyebabkan peningkatan terjadinya hepatotoksisitas. Namun, kombinasi ini masih sering
digunakan dan diiringi dengan melakukan pemantauan enzim hati. 3.
Keparahan major Interaksi major pada umumnya harus dihindari bila memungkinkan, karena
dapat menyebabkan potensi toksisitas yang serius. Contohnya, ketokonazol yang dapat menyebabkan peningkatan cisaprid sehingga dapat memperpanjang interval
QT dan mengancam jiwa. Sehingga kombinasi ini tidak disarankan untuk digunakan. Atkinson, et.al., 2007.
2.2 Diabetes Melitus
2.2.1 Definisi
Diabetes melitus merupakan sekelompok gangguan metabolisme yang ditandai oleh hiperglikemia yang berhubungan dengan kelainan karbohidrat, lemak,
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
metabolisme protein dan komplikasi kronis termasuk mikrovaskular, makrovaskular, dan gangguan neuropatik. Prevalensi pada DM tipe 2 terus meningkat sebanyak 90
dari seluruh prevalensi DM pada umumya. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan DM tipe 2 yaitu faktor genetik, kegemukan ≥20 berat badan berlebih dari berat
ideal atau indeks massa tubuh ≥25kgm
2
, kebiasaan faktor fisik, dan etnis. Sebelumnya dapat diidentifikasi gangguan toleransi glukosa, hipertensi ≥140 90
mmHg pada orang dewasa, High Density Protein HDL kolesterol ≤35 mgdL atau
trigliserida ≥250 mgdL, riwayat diabetes melitus gestasional, riwayat penyakit
pembuluh darah, dan gangguan polikistik ovarium Dipiro, et.al., 2009. Diabetes melitus bila tidak diobati dapat menimbulkan masalah. Kadar
glukosa yang tinggi mengganggu sirkulasi dan dapat merusak saraf. Hal ini berakibat neri pada tungkai, kebutaan, gagal ginjal, dan kematian. Luka kecil dapat
berakibat kematian jaringan, dan dapat berakhir dengan amputasi. Diabetes melitus meingkatkan risiko timbulnya aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah
Tambayong, 2000.
2.2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus
Diabetes adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan resistensi terhadap insulin, sekresi insulin tidak memadai, atau keduanya. Manifestasi klinik
gangguan ini adalah hiperglikemia. Sebagian besar pasien diabetes diklasifikasikan pada kedua kategori besar: diabetes tipe 1 yang disebabkan oleh defisiensi insulin,
dan diabetes tipe 2 yang dikarenakan adanya resistensi insulin. Wanita yang terkena diabetes karena stress pada saat kehamilan termasuk diabetes gestasional.
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes ini merupakan diabetes akibat kerusakan autoimun dari sel- sel β
pankreas. Diabetes biasanya dialami oleh anak-anak dan remaja, atau dapat terjadi pada semua usia. Pada usia muda biasanya memiliki tingkat lebih
cepat terjadi kerusakan sel- β dan adanya ketoasidosis.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Penderita diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan
obesitas abdominal yang dapat menyebabkan resistensi insulin. Selain itu