Hakikat Pendidikan Seni Landasan Teori

19 Pamadhi 2014: 11.17 menjelaskan bahwa pendidikan tentang seni merupakan pelatihan tentang karya seni sebagai ekspresi dan ungkapan perasaan penciptanya. Ekspresi jiwa manusia dapat tertuang dalam bentuk karya seni melalui cabang seni tari, musik, rupa, teater dan sastra yang dapat ditransformasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Read dalam Jazuli 2008: 16 pendidikan seni sebagai media pendidikan mampu memberikan serangkaian pengalaman estetik yang besar pengaruhnya bagi perkembangan jiwa individu. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan seni merupakan kurikulum humanitas yang mengutamakan pembinaan kemanusiaan, dan bukan kurikulum sosial yang berorientasi hasil praktis. Pendidikan tentang seni merupakan pelatihan tentang karya seni sebagai ekspresi dan ungkapan perasaan penciptanya. Menurut Hegel dalam Pamadhi 2014: 11.19 bahwa pendidikan seni sebagai pendidikan rasa indah yang akan memberikan perkembangan secara naluriah manusia, rasa indah merupakan kebutuhan naluriah, maka dengan pendidikan keindahan, manusia dapat menyeimbangkan kerja otak kanan dan otak kiri secara stimultan. Pendidikan seni menurut Pamadhi 2014: 11.20 merupakan pendidikan apresiasi tentang indah dan keindahan serta pemahaman terhadap karya orang lain. Melalui apresiasi seni, orang akan menghargai karya orang lain dari seni penghargaan terhadap keindahan yang diciptakan orang lain, juga menghargai karya orang lain. Makna pendidikan seni adalah pemberian ”pengalaman estetik” aesthetic experience kepada siswa. Pengalaman estetik adalah pengalaman menghayati 20 nilai keindahan, bagaimanapun keindahan itu dimaknai. Dengan pendidikan seni melalui pengalaman estetik siswa diharapkan dapat menginternalisasi meresapi, mengakarkan nilai-nilai estetik yang berfungsi untuk melatih kepekaan rasa, kecerdasan intelektual dan mengembangkan imajinasinya Jazuli 2008: 16. Peranan pendidikan seni menurut Sekarningsih dan Rohayani 2006: 5 adalah menumbuhkembangkan daya apresiasi seni, kreativitas, kognisi, serta kepekaan indrawi dan emosi serta memelihara keseimbangan mental peserta didik. Lebih jauh diharapkan bagi peserta didik yang memiliki talenta di bidang seni tari dapat mengembangkan bakat dan membentuk keterampilan vokasional. Hakekat pendidikan seni adalah suatu proses kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan nilai-nilai yang bermakna di dalam diri manusia melalui pembelajaran seni. Nilai-nilai yang dimaksud berkaitan dengan pengembangan imajinasi, intuisi, pikiran, kreativitas, dan kepekaan rasa. Berdasarkan pendapat mengenai hakikat pendidikan seni, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan seni merupakan usaha sadar untuk mempersiapkan siswa melalui bimbingan, pengajaran dan latihan. Kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bertujuan agar menguasai kemampuan berkesenian sesuai dengan peran yang harus dimainkan guna membentuk manusia seutuhnya.

2.1.4. Seni Tari

Tari merupakan salah satu unsur kebudayaan dalam kehidupan masyarakat. Seni tari termasuk dalam salah satu cabang seni yang menggunakan tubuh sebagai media ungkap. Mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dan apresiasi terhadap gerak tari. 21

2.1.4.1. Hakikat Tari

Menurut Jazuli 1994: 1, tari merupakan alat ekspresi ataupun sarana sarana komunikasi seseorang seniman kepada orang lain penontonpenikmat. Sebagai alat ekspresi, tari mampu menciptakan untaian gerak yang dapat membuat penikmatnya peka terhadap sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya. Sebab, tari adalah sebuah ungkapan, pernyataan, dan ekspresi dalam gerak yang memuat komentar-komentar mengenai realitas kehidupan, yang bisa merasuk di benak penikmatnya setelah pertunjukan selesai. Bermacam-macam definisi telah dibuat oleh para ahli tari, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Menurut Soedarsono dalam bukunya Djawa dan Bali: Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisional di Indonesia, tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Berdasarkan Curt Sachs dalam bukunya World History of the Dance, tari adalah gerak ritmis. Pendapat ahli yang lain yaitu BPA Soerdjodiningrat seorang tokoh tari gaya Yogyakarta dalam bukunya yang berjudul Babad lan Mekaring Djoged Djawi, bahwa tari adalah gerak-gerak dari seluruh anggota tubuh badan yang selaras dengan bunyi musik gamelan, diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan di dalam tari. Franz Boaz juga berpendapat bahwa tari adalah gerak-gerak ritmis setiap bagian tubuh, lambaian lengan, gerak dari torso atau kepala, atau gerak-gerak dari tungkai atau kaki. Seorang ahli tari Jawa yang bernama Pangeran Suryodiningrat berpendapat bahwa, ”Tari adalah gerakan- gerakan dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu”.