Pembelajaran Seni Tari Landasan Teori

27 yang dihasilkan manusia melalui nyanyian dan tepuk tangan misalnya Sekarningsih dan Rohayani, 2006: 95. Saat proses pembelajaran seni tari, guru hendaknya tidak langsung mengajak siswa untuk masuk ke dalam wilayah pembelajarannya melalui stimulus, sehingga siswa dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Potensi yang dimiliki siswa perkembangannya dapat diarahkan dan dibina agar menjadi manusia yang percaya diri, kreatif dan mampu mengatasi kesulian yang dihadapinya dalam hidup. Pendapat Sekarningsih, Rohayani dan Supriatna 2006: 69 bahwa pada pelajaran seni tari siswa memperoleh pengalaman sebagai suatu kegiatan yang ada dalam ruang lingkup kesadaran artistik, artinya kesadaran melihat karya-karya seniman, kesadaran menghayati gerak-gerak seni yang dilakukan. Pengalaman yang diperoleh siswa melalui pelajaran seni tari dapat menjadikan siswa memperoleh pengetahuan seni yang didapatkannya dari mempraktekkan gerakan- gerakan tari. Pembelajaran seni tari lebih menekankan pada kreativitas siswa yang akan memupuk dan mengembangkan kepekaan terhadap pengalaman yang datang dari luar baik dari orang lain maupun alam sekitarnya. Melalui kepekaan, siswa akan mudah menerima dan mengekspresikan pengalaman-pengalamannya dalam bentuk kreativitas tari, dan dapat mempercepat perkembangan daya cipta sehingga siswa senantiasa dapat menikmati kehidupan alam sekitarnya. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat menyusun bahan pelajaran yang bisa mendorong siswa untuk berkreasi dan mengembangkan daya imajinasinya. Selain itu, pembelajaran 28 tari dapat memupuk dan mengembangkan sikap untuk dapat menikmati dan menghargai hasil karya seni tari yang baik. Dari beberapa pendapat mengenai pembelajaran tari, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran seni tari adalah serangkaian proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan ekspresi, perasaan, dan emosinya supaya mempunyai kepekaan dan daya cipta yang tinggi untuk mengekspresikan pengalaman dalam bentuk gerakan yang baik agar terbentuk suatu pribadi yang seimbang pada diri anak. Menurut Sekarningsih, Rohayani dan Supriatna 2006: 70, beberapa hal yang mudah didapat dan bisa djadikan bahan pelajaran dalam pembelajaran seni tari meliputi pengungkapan dalam gerakan tari dari kebiasaan yang didapat dari kehidupan dilingkungannya, pengungkapan gerak tari dari tiruan gerak binatang, pengungkapan dari gerak tari permainan, pengungkapan gerak tari dari cerita yang terdapat dalam masyarakat. Bahan pelajaran dalam pembelajaran seni tari dapat pula diambil dari kesenian rakyat dari masing-masing daerah ataupun dari bahan pelajaran yang disesuaikan dengan keperluan upacara adat. Bahan ajar yang paling mendekati pengajaran seni tari itu sendiri yaitu beberapa sikap dan gerakan dasar tari. Sikap-sikap dan gerakan tari ini akan menjadi bahan penyusunan tari yang ingin diajarkan pada anak-anak. Pembelajaran seni tari dapat diungkapkan melalui gerakan-gerakan tari dari pekerjaan, tiruan gerak binatang, gerakan permainan, gerak tari dari cerita yang sudah hidup di masyarakat. Pembelajaran seni tari dapat pula mengambil bahan dari kesenian rakyat yang hidup di daerahnya, misal kegiatan upacara adat. 29 Gerak dasar tari juga menjadi bahan penyusun tari yang dapat diajarkan kepada siswa.

2.1.6. Perkembangan Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan, baik perubahan kemampuan fisik maupun mental ke arah yang lebih baik. Perkembangan itu diperoleh anak melalui proses mengalami dan belajar. Perkembangan menurut Yusuf dan Sugandhi 2014: 1, merujuk kepada perubahan sistematik tentang fungsi-fungsi fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi perkembangan biologis dasar sebagai hasil konsepsi pembuahan ovum oleh sperma, dan hasil dari interaksi proses biologis dan genetika dengan lingkungan. Sementara perubahan psikis menyangkut keseluruhan karakteristik psikologis individu, seperti perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan moral. Jadi perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanan, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa. Menurut Desmita 2012: 4 bahwa perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan, dan belajar. Seseorang dikatakan berkembangan apabila telah melalui serangkaian proses 30 perubahan yang terjadi di dalam diri individu sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Menurut Rifa’i dan Anni 2012: 13, perkembangan merupakan pola-pola perubahan yang terjadi sepanjang hayat, yakni dimulai dari masa konsepsi dan berlangsung terus sampai dengan sepanjang hidup manusia. Perkembangan terjadi dalam berbagai ranah, seperti biologi perubahan jasmani, sosial perubahan hubungan sosial, emosional perubahan pengalaman dan pemahaman emosional, dan kognitif perubaha proses kognitif. Yusuf dan Sugandhi 2014: 15 menjelaskan bahwa, tugas perkembangan anak usia sekolah yaitu : 1 Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan. Anak belajar menggunakan otot-ototnya untuk mempelajari berbagai keterampilan. Oleh karena itu kebutuhan untuk beraktivitas dan bermain sangatlah tinggi. Anak usia sekolah lebih senang bermain dan melakukan gerakan-gerakan fisik lainnya. Anak laki-laki menampakkan aktivitas yang lebih tinggi daripada anak perempuan. Namun baik anak laki-laki maupun anak perempuan senang bermain dalam kelompok. Mereka mampu melakukan permainan yang menuntut aturan yang harus dipatuhi. Makin tinggi kelas anak, makin jelas ciri khas permainan mereka itu, yang pada periode sebelumnya belum dapat mereka lakukan. Implikasinya terhadap sekolah adalah, bahwa sekolah berkewajiban untuk membantu anak mencapi tugas perkembangan ini secara optimal.