Hakikat Pembelajaran Landasan Teori

16 Dimyati dan Mudjiono dalam Sagala 2014: 62 juga menjelaskan bahwa, pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Gagne dalam Rifa’i dan Anni 2012: 158 menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar ini dirancang agar memungkinkan peserta didik memproses informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan Menurut Rahyubi 2014: 6 pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, pengetahuan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik pembelajar. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen-komponen tersebut meliputi: tujuan pembelajaran, kurikulum guru, siswa, materi, metode, media, dan evaluasi. 17 Menurut Sagala 2014: 64 proses pembelajaran aktivitasnya dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu setidaknya adalah pencapaian tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Kegiatan pembelajaran yang diprogramkan guru merupakan kegiatan integalistik antara pendidik dengan peserta didik. Kegiatan pembelajaran secara metodologis berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara pedagogis terjadi pada diri peserta didik. Pembelajaran juga bisa diartikan sebagai upaya membelajarkan siswa. Adapun, hakikat mengajar teaching adalah membantu para siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan diri, dan cara-cara bagaimana belajar. Pendapat lain juga disebutkan oleh Knirk dan Gustafson dalam Sagala 2014: 64 bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan perencanaan pembelajaran. Dari beberapa konsep tentang pembelajaran menurut para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah sebuah proses dimana didalamnya terjadi interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa lainnya, serta siswa dengan lingkungannya. Siswa akan mengalami perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dalam jangka waktu tertentu jika telah melakukan proses pembelajaran. 18

2.1.3. Hakikat Pendidikan Seni

Jazuli 1994: 61 menyatakan bahwa pendidikan seni merupakan pendidikan sikap estetis guna membantu membentuk manusia seutuhnya yang seimbang dan selaras dengan perkembangan fungsi jiwa, perkembangan pribadi yang memperhatikan lingkungan sosial, budaya, dan dalam hubungan dengan Tuhan. Pendidikan seni berfungsi untuk mengembangkan kepekaan estetis melalui kegiatan berapresiasi dan pengalaman berkarya kreatif. Menurut Sukarya 2008: 3.1.2 pendidikan seni merupakan proses pembentukan manusia melalui seni. Pendidikan seni secara umum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan setiap anak peserta didik menemukan pemenuhan dirinya personal fulfillment dalam hidup, untuk mentransmisikan warisan budaya, memperluas kesadaran sosial dan sebagai jalan unuk menambah pengetahuan Pendapat lain menurut Jazuli 2008: 15 pendidikan seni adalah upaya sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan pembimbingan, pembelajaran, dan pelatihan agar siswa memiliki kemampuan berkesenian. Kemampuan berkesenian ditinjau dari sasarannya dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, pendidikan seni yang diarahkan agar siswa memiliki kompetensi yang terkait dengan kesenimanan atau aktor pelaku seni tekstual seperti memiliki kompetensi penghayatan seni, kemahiran dalam memproduksi karya seni, dan piawai mengkaji seni. Kedua, pendidikan seni yang diarahkan agar siswa mempunyai kompetensi berkesenian sebagai bentuk pengalaman belajar dalam pendewasaan potensi individu, sehingga dapat menjadi manusia seutuhnya. 19 Pamadhi 2014: 11.17 menjelaskan bahwa pendidikan tentang seni merupakan pelatihan tentang karya seni sebagai ekspresi dan ungkapan perasaan penciptanya. Ekspresi jiwa manusia dapat tertuang dalam bentuk karya seni melalui cabang seni tari, musik, rupa, teater dan sastra yang dapat ditransformasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Read dalam Jazuli 2008: 16 pendidikan seni sebagai media pendidikan mampu memberikan serangkaian pengalaman estetik yang besar pengaruhnya bagi perkembangan jiwa individu. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan seni merupakan kurikulum humanitas yang mengutamakan pembinaan kemanusiaan, dan bukan kurikulum sosial yang berorientasi hasil praktis. Pendidikan tentang seni merupakan pelatihan tentang karya seni sebagai ekspresi dan ungkapan perasaan penciptanya. Menurut Hegel dalam Pamadhi 2014: 11.19 bahwa pendidikan seni sebagai pendidikan rasa indah yang akan memberikan perkembangan secara naluriah manusia, rasa indah merupakan kebutuhan naluriah, maka dengan pendidikan keindahan, manusia dapat menyeimbangkan kerja otak kanan dan otak kiri secara stimultan. Pendidikan seni menurut Pamadhi 2014: 11.20 merupakan pendidikan apresiasi tentang indah dan keindahan serta pemahaman terhadap karya orang lain. Melalui apresiasi seni, orang akan menghargai karya orang lain dari seni penghargaan terhadap keindahan yang diciptakan orang lain, juga menghargai karya orang lain. Makna pendidikan seni adalah pemberian ”pengalaman estetik” aesthetic experience kepada siswa. Pengalaman estetik adalah pengalaman menghayati