Pencemaran Udara TINJAUAN PUSTAKA

2. Partikel Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar yang berbentuk padatan. Partikel dapat berupa keadaan berikut Wardhana, 1995. a Aerosol, adalah istilah umum yang menyatakan adanya partikel terhambur dan melayang di udara. b Fog atau kabut adalah aerosol yang merupakan butiran air yang ada di udara. c Smoke atau asap adalah aerosol yang berupa campuran antara butir padatan dan cairan yang terhambur melayang di udara. d Dust atau debu adalah aerosol yang berupa butiran padat yang terhambur dan melayang di udara karena adanya hembusan angin. e Mist artinya mirip dengan kabut penyebabnya adalah butiran- butiran zat cair bukan butiran air yang terhambur dan melayang di udara. f Fume adalah aerosol yang berasal dari kondensasi uap logam. g Flume adalah asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri. h Smog adalah campuran smoke dan fog. b. Polutan Sekunder Polutan sekunder merupakan polutan yang bukan dikeluarkan secara langsung oleh sumbernya, melainkan terbentuk di atmosfir akibat reaksi kimia antara polutan primer Mukono,2000. Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO 2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti konsentrasi relatif bahan reaktan, derajat fotoaktivasi, kondisi iklim dan topografi lokal dan adanya embun.

2.4 Debu

Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara Suspended Particulate MeterSPM dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron. Dalam kasus pencemaran udara baik di dalam maupun diluar gedung debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran. Digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja Pudjiastuti, 2002. Partikel debu akan akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan. Selain dapat membahayakan kesehatan, debu juga dapat mengurangi jarak dan daya pandang manusia. Kemudian debu ini dapat bereaksi secara kimia, sehingga komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan jumlah yang relatif berbeda Pudjiastuti, 2002. Merujuk pada International Standardization OrganisationISO ISO 4255-ISO, 1994 debu merupakan partikel padat berukuran kecil, yaitu partikel yang diameternya berukuran dibawah 75µm dan dapat berkurang beratnya tetapi akan tetap bertahan dalam beberapa waktu WHO, 1999. Sedangkan menurut Glossary of the Atmospheric Chemistric Terms debu didefinisikan sebagai : partikel kecil, kering dan padat yang diproyeksikan ke udara oleh kekuatan alami seperti angin, erupsi volkanik, dan oleh kekuatan mekanik atau proses yang dilakukan oleh manusia seperti penghancuran, penggilingan, pengeboran, pembongkaran, penyekopan, penyaringan dan penyapuan. Partikel debu biasanya berukuran kisaran diameter 1 - 100µm yang kemudian turun dari udara secara perlahan-lahan karena pengaruh gravitasi Calvert, 1990. Dalam ilmu sains mengenai aerosol, secara umum telah disetujui bahwa partikel dengan diameter aerodinamik 50µm tidak biasanya tetap berada di udara dalam waktu terlalu lama. Karena partikel tersebut memiliki kecepatan terminal 7cmdetik. Namun, tergantung kondisi partikel debu yang berukuran 100µm bisa saja tapi jarang bertahan lama berada di udara. Partikel debu sering ditemukan berukuran 1 µm dan partikel berukuran tersebut memiliki keceparan terminal sekitar 0,03 mmdetik. Jadi pergerakannya di udara lebih penting diperhatikan daripada endapannya di permukaan WHO, 1999. Dengan demikian kesimpulan dari berbagai pemaparan sebelumnya, disimpulkan debu merupakan partikel padat yang berukuran kisaran 1 µm - 100 µm, yang mana dapat atau akan menjadi bertahan di udara, tergantung sumber debu tersebut, karakteristik fisik, dan kondisi ambiennya. Adapun didalam higiene lingkungan kerja, istilah Airborne Dust, digunakan di lingkungan higiene perusahaan. Sedangkan untuk istilah yang merujuk pada polusi yang berada di lingkungan atmosfir, istilah Suspended Particulate Matter lebih sering digunakan WHO, 1999.

2.4.1 Macam-macam debu

Debu memiliki beberapa sifat yaitu Mengkidi, 2006: a Sifat pengendapan, yaitu debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya grafitasi bumi. Namun, karena kecilnya kadang-kadang debu ini relatif tetap berada di udara. Debu yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel lebih dari pada yang ada di udara b Sifat permukaan basah, sifat permukaan debu akan cenderung selalu basah dilapisi oleh air yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu dalam tempat kerja. c Sifat penggumpalan, Oleh karena permukaan debu selalu basah, sehingga dapat menempel satu sama lain dan menggumpal. Kelembapan di bawah saturasi kecil pengaruhnya terhadap penggumpalan debu. Akan tetapi bila tingkat kelembapan di atas titik saturasi maka akan mempermudah penggumpalan. Oleh karena partikel debu bisa merupakan inti dari pada air yang berkonsentrasi, partikel jadi besar. d Sifat listrik statik, debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang berlawanan dengan demikian partikel dalam larutan debu mempercepat terjadinya proses penggumpalan. e Sifat Opsis, partikel yang basahlembap lainnya dapat memancarkan sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap. Sedangkan dari jenisnya debu dikategorikan sebagai Pudjiastuti, 2002: a Debu mineral : Debu ini terdiri dari persenyawaan yang kompleks

Dokumen yang terkait

Hubungan Kadar Debu Dengan Fungsi Paru Pada Pekerja Proses Press-Packing Di Usaha Penampungan Butut Kelurahan Tanjung Mulia Lihir Medan tahun 2013

7 72 117

Pengukuran Kadar Debu Dan Gangguan Saluran Pernafasan Pekerja Bengkel Pandai Besi Di Desa Sitampurung Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2006

8 52 94

Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja, Karakteristik Pekerja dan Kadar Debu Kayu (PM10) terhadap Kapasitas Vital Paru Pekerja Industri Kecil Meubel Di Kota Banda Aceh Tahun 2010

11 81 120

Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008

1 42 67

Hubungan Kadar Debu Dan Karakteristik Pekerja Dengan Gangguan Paru Pekerja Pada Unit Produksi Tablet Industri Farmasi X Tahun 2002

0 22 89

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN GEJALA SAKIT MATA Hubungan Pengetahuan Tentang Resiko Paparan Debu Dan Perilaku Pencegahan Dengan Gejala Sakit Mata Pada Pekerja Industri Mebel Di Kecamatan Ngemplak Boyolal

0 3 18

SKRIPSI Hubungan Pengetahuan Tentang Resiko Paparan Debu Dan Perilaku Pencegahan Dengan Gejala Sakit Mata Pada Pekerja Industri Mebel Di Kecamatan Ngemplak Boyolali.

0 3 16

Hubungan Karakteristik Pekerja dan Perilaku Pekerja Terpapar Bahan Kimia dengan Gejala ISPA di Industri Kuku Palsu Purbalingga.

0 0 12

Korelasi Antara Kadar Total Suspensed Particicle (TSP) dengan Gangguan Faal Paru pada Pekerja Batu Bata cover

0 1 21

DAMPAK TOTAL SUSPENDED PARTICLE (TSP) PROSES PENGECORANLOGAM TERHADAP PARU PEKERJA INDUSTRI PENGECORAN LOGAM.

0 0 19