Ruang Lingkup Penelitian PENDAHULUAN

2.1.1 Klasifikasi ISPA

ISPA berdasarkan tingkatannya dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok Depkes RI, 2002 : a. ISPA ringan Meliputi salah satu atau lebih gejala seperti batuk tanpa pernapasan cepat 40 kalimenit, pilek mengeluarkan lendir, serak, sesak yang disertai atau tanpa disertai panas atau demam 37˚C dan keluarnya cairan dari telinga lebih dari dua minggu tanpa rasa sakit pada telinga. b. ISPA sedang Meliputi gejala ISPA ringan ditambah dengan satu atau lebih gejala seperti pernapasan lebih cepat dari 50 kali per menit atau lebih pada umur 1tahun dan 40 kali per menit pada umur 1-5 tahun, panas ≥39˚C, mengi, tenggorokan kemerahan, telinga mengeluarkan cairan disertai rasa sakit, timbul bercak di kulit menyerupai campak dan pernapasan berbunyi. c. ISPA berat Meliputi gejala ISPA ringan dan sedang disertai dengan satu atau lebih gejala seperti penarikan dada ke dalam saat napas, stidor napas berbunyi seperti mengorok, nafsu makan menurun. Tanda lain seperti sianosis, kejang, dehidrasi, kesadaran menurun, nadi 160 per menit atau tak teraba.

2.1.2 Gejala ISPA

Penyakit ISPA adalah penyakit yang timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karean kelelahan atau stres. Bakteri dan virus penyebab ISPA di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Pada stadium awal, gejalanya berupa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti oleh bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala Halim, 2000. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Akhirnya terjadi peradangan yang disertai demam, pembengkakan pada jaringan tertentu hingga kemerahan. Infeksi dapat menjalar ke paru-paru, dan menyebabkan sesak atau pernapasan terhambat, oksigen yang dihirup berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia Halim, 2000. Adapun menurut Putranto 2007, hal-hal yang mendasari timbulnya gejala penyakit pernapasan adalah : a. Batuk Timbulnya gejala batuk karena iritasi partikulat adalah jika terjadi rangsangan pada bagian-bagian peka saluran pernapasan, misalnya trakeobronkial, sehingga timbul sekresi berlebih dalam saluran pernapasan. Batuk timbul sebagai reaksi refleks saluran pernapasan terhadap iritasi pada mukosa saluran pernapasan dalam bentuk pengeluaran udara dan lendir secara mendadak disertai bunyi khas. b. Dahak Dahak terbentuk secara berlebihan dari kelenjar lendir mucus glands dan sel goblets oleh adanya stimuli, misalnya yang berasal dari gas, partikulat, alergen dan mikroorganisme infeksius. Karena proses inflamasi, di samping dahak dalam saluran pernapasan juga terbentuk cairan eksudat yang berasal dari bagian jaringan yang berdegenerasi. c. Sesak Napas Sesak napas atau kesulitan bernapas disebabkan oleh aliran udara dalam saluran pernapasan karena penyempitan. Penyempitan dapat terjadi karena saluran pernapasan menguncup, oedema atau karena sekret yang menghalangi arus udara. Sesak napas dapat ditentukan dengan menghitung pernapasan dalam satu menit. d. Bunyi Mengi Bunyi mengi merupakan salah satu tanda penyakit pernapasan yang turut diobservasikan dalam penanganan infeksi akut selama pernapasan.

2.1.3 Faktor Resiko ISPA

Menurut berbagai penelitian sebelumnya terdapat berbagai faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya ISPA. Yaitu perilaku

Dokumen yang terkait

Hubungan Kadar Debu Dengan Fungsi Paru Pada Pekerja Proses Press-Packing Di Usaha Penampungan Butut Kelurahan Tanjung Mulia Lihir Medan tahun 2013

7 72 117

Pengukuran Kadar Debu Dan Gangguan Saluran Pernafasan Pekerja Bengkel Pandai Besi Di Desa Sitampurung Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2006

8 52 94

Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja, Karakteristik Pekerja dan Kadar Debu Kayu (PM10) terhadap Kapasitas Vital Paru Pekerja Industri Kecil Meubel Di Kota Banda Aceh Tahun 2010

11 81 120

Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008

1 42 67

Hubungan Kadar Debu Dan Karakteristik Pekerja Dengan Gangguan Paru Pekerja Pada Unit Produksi Tablet Industri Farmasi X Tahun 2002

0 22 89

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN GEJALA SAKIT MATA Hubungan Pengetahuan Tentang Resiko Paparan Debu Dan Perilaku Pencegahan Dengan Gejala Sakit Mata Pada Pekerja Industri Mebel Di Kecamatan Ngemplak Boyolal

0 3 18

SKRIPSI Hubungan Pengetahuan Tentang Resiko Paparan Debu Dan Perilaku Pencegahan Dengan Gejala Sakit Mata Pada Pekerja Industri Mebel Di Kecamatan Ngemplak Boyolali.

0 3 16

Hubungan Karakteristik Pekerja dan Perilaku Pekerja Terpapar Bahan Kimia dengan Gejala ISPA di Industri Kuku Palsu Purbalingga.

0 0 12

Korelasi Antara Kadar Total Suspensed Particicle (TSP) dengan Gangguan Faal Paru pada Pekerja Batu Bata cover

0 1 21

DAMPAK TOTAL SUSPENDED PARTICLE (TSP) PROSES PENGECORANLOGAM TERHADAP PARU PEKERJA INDUSTRI PENGECORAN LOGAM.

0 0 19