Faktor Resiko ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA

inhalasi selama bekerja. Lama bekerja bertahun-tahun dapat memperparah kondisi kesehatan pekerja karena frekuensi pajanan yang serin g Suma’mur, 1991. f. Bagian Kerja Hasil penelitian oleh Nagoda dkk 2011 pada pekerja tekstil di Nigeria menemukan bahwa dari beberapa pekerja tekstil di bagian kerja yang berbeda, terdapat pula perbedaan gejala pernapasan yang dialami pekerja tersebut. Penelitian ini melibatkan pekerja tekstil dari bagian pemintalan, penenunan, pencelupan, pemeliharaan, pemasaran. Gejala gangguan pernapasan paling banyak dialami oleh pekerja dari pemintalan yaitu sebanyak 27,3. g. Lama Pajanan Lama pajanan debu beresiko mempengaruhi keparahan gangguan pernapasan yang diderita oleh pekerja. Karena semakin lama pajanan maka debu yang menumpuk semakin banyak. Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh pajanan debu urea terhadap ISPA pekerja, ditemukan bahwa pekerja yang mengalami lama pajanan debu 8 jam mengalami ISPA lebih tinggi Florencia, 2013. h. Penggunaan masker Masker berfungsi untuk menghalangi partikel berbahaya yang dapat masuk ke pernapasan. Seperti gas, uap, debu, atau udara yang mengandung polutan, racun dan substansi lain yang mengganggu. Oleh karena itu penggunaan masker dapat menjadi alat pelindung untuk mencegah manusia menghirup partikulat yang berbahaya. Dalam penelitian mengenai pengendalian pajanan debu yang dilakukan di daerah Deli, ditemukan bahwa nilai fungsi paru pekerja yang menggunakan masker rata-rata lebih tinggi sekitar 361,91 ml dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak menggunakan masker yaitu 342,35 ml. Dengan demikian penelitian tersebut menunjukkan ada pengaruh yang bermakna penggunaan masker terhadap fungsi paru pekerja Suryanta, 2009. i Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi sangat erat hubungannya dengan karakteristik lainnya seperti pekerjaan, pendapatan keluarga, kebiasaan hidup keluarga, dan lain-lain. Sehingga faktor sosial ekonomi merupakan salah satu karakteristik tentang orang yang perlu mendapatkan perhatian tersendiri. Status sosial ekonomi dapat menentukan bagaimana seseorang dalam menerima pelayanan kesehatan. Dan pelayanan kesehatan merupakan salah satu hal yang memengaruhi status kesehatan menurut teori H.L. Blum Noor, 2008. j. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Pengetahuan kemudian merupakan salah satu faktor yang dapat membentuk perilaku selain dari sikap dan tindakan. Perilaku seseorang kemudian dapat memengaruhi status kesehatannya. Dalam penelitian mengenai hubungan tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu dengan perilaku pencegahan ISPA pada balita, ditemukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan ISPA pada Balita. Terdapat kecenderungan bagi ibu yang dengan tingkat pendidikan menengah keatas memiliki perilaku pencegahan ISPA yang lebih baik Firdausia, 2013. 2.2 Udara 2.2.1 Pengertian Udara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, 2012, udara adalah campuran berbagai gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang memenuhi ruang di atas bumi seperti yang kita hirup apabila kita bernapas. Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk uap H2O dan karbon dioksida. Jumlah uap air yang berada di udara bervariasi tergantung cuaca dan suhu Fardiaz, 1992. Udara dapat diartikan sebagai campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitar. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen udara yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air H 2 O dan Karbon Dioksida CO 2 dengan konsentrasi sekitar 0,03 Wardhana, 1994.

2.2.2 Pengertian Udara Ambien

Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilaya yuridiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan memengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya PP No.41 Tahun 1999.

2.2.3 Baku Mutu Baku mutu udara di lingkungan industri

Baku mutu udara di lingkungan industri menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405MENKESSKXI2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri sebagaimana yang dapat dilihat di tabel 2.1. Kandungan debu maksimal didalam udara ruangan dengan pengukuran 8 jam.

2.3 Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lainnya ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya UU No. 23 Tahun 1997. Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Lingkungan Industri No. Parameter Konsentrasi Maksimal 1. Suhu 18˚C – 30 ˚C 2. Kelembapan 65 - 95 3. Debu Total 10 mgm 3 4. Asbes Total 5 seratml udara dengan panjang serat 5µmikron 5. Silikat Total 50 mgm 3 Sumber : Kepmenkes No. 1405MENKESSKXI2002 Sedangkan menurut Chambers 1976 dan Masters 1991 dalam prinsip dasar kesehatan lingkungan oleh Mukono 2000, yang dimaksud pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia, binatang, vegetasi dan material. Pencemaran udara merupakan masuknya substansi atau zat apapun ke udara yang dapat berasal dari kegiatan anthropogenik, biogenik, ataupun dari aktivitas gunung berapi yang bukan merupakan bagian dari atmosfer alami atau yang konsentrasinya berada di atas baku mutu di atmosfir, yang kemudian dapat menimbulkan efek jangka pendek maupun jangka panjang Daly dan Paolo, 2007. Pencemaran udara dapat berdampak pada kesehatan manusia melalui berbagai cara. Telah banyak studi penelitian yang menyebabkan bahwa pencemaran udara terkait dengan berbagai masalah kesehatan seperti menurunnya kesehatan pernapasan dan kardiovaskuler, menurunnya fungsi paru, meningkatkan frekuensi dan keparahan gejala gangguan pernapasan seperti sulit bernapas dan batuk-batuk, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi pernapasan, mengganggu sistem saraf termasuk otak seperti penurunan IQ dan ingatan, kanker, hingga kematian dini. 2.3.1 Klasifikasi bahan pencemar udara Bahan pencemar udara atau dapat disebut polutan dapat dibagi menjadi polutan primer dan polutan sekunder. a. Polutan Primer Polutan primer yaitu polutan yang secara langsung dikeluarkan oleh sumbernya ke atmosfir Mukono, 2000. Polutan primer merupakan polutan yang mencakup 90 dari jumlah polutan di udara sesungguhnya Ratnani, 2008. Polutan primer dapat berupa : 1. Polutan Gas, Terdiri dari : a Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksgenasi, dan karbon dioksida CO atau CO 2 . b Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida. c Senyawa nitrogen, yaitu oksida dan amoniak d Senyawa halogen, yaitu fluor, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi dan bromin.

Dokumen yang terkait

Hubungan Kadar Debu Dengan Fungsi Paru Pada Pekerja Proses Press-Packing Di Usaha Penampungan Butut Kelurahan Tanjung Mulia Lihir Medan tahun 2013

7 72 117

Pengukuran Kadar Debu Dan Gangguan Saluran Pernafasan Pekerja Bengkel Pandai Besi Di Desa Sitampurung Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2006

8 52 94

Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja, Karakteristik Pekerja dan Kadar Debu Kayu (PM10) terhadap Kapasitas Vital Paru Pekerja Industri Kecil Meubel Di Kota Banda Aceh Tahun 2010

11 81 120

Gambaran Perilaku Pemakaian Masker Dan Pengukuran Kadar Debu Pada Pekerja Bagian Bongkar Muat Karet Kering Instalasi Belawan PTPN III Tahun 2008

1 42 67

Hubungan Kadar Debu Dan Karakteristik Pekerja Dengan Gangguan Paru Pekerja Pada Unit Produksi Tablet Industri Farmasi X Tahun 2002

0 22 89

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN GEJALA SAKIT MATA Hubungan Pengetahuan Tentang Resiko Paparan Debu Dan Perilaku Pencegahan Dengan Gejala Sakit Mata Pada Pekerja Industri Mebel Di Kecamatan Ngemplak Boyolal

0 3 18

SKRIPSI Hubungan Pengetahuan Tentang Resiko Paparan Debu Dan Perilaku Pencegahan Dengan Gejala Sakit Mata Pada Pekerja Industri Mebel Di Kecamatan Ngemplak Boyolali.

0 3 16

Hubungan Karakteristik Pekerja dan Perilaku Pekerja Terpapar Bahan Kimia dengan Gejala ISPA di Industri Kuku Palsu Purbalingga.

0 0 12

Korelasi Antara Kadar Total Suspensed Particicle (TSP) dengan Gangguan Faal Paru pada Pekerja Batu Bata cover

0 1 21

DAMPAK TOTAL SUSPENDED PARTICLE (TSP) PROSES PENGECORANLOGAM TERHADAP PARU PEKERJA INDUSTRI PENGECORAN LOGAM.

0 0 19