Pengertian Saksi Pelaku Yang Bekerjasama

Istilah Saksi Pelaku yang Bekerjasama ini dikenal dengan beragam istilah, misalnya justice collaborator, cooperative whistle blowers, participant whistle blower, collaborator with justice atau pentiti italia. 66 Secara terminologi, dalam sistem hukum Indonesia pengertian justice collaborator diatur dalam peraturan bersama tentang Perlindungan Bagi Pelapor, Saksi Pelapor dan Saksi Pelaku Yang Bekerjasama, definisi Saksi Pelaku yang Bekerjasama adalah : 67 “Saksi yang juga sebagai pelaku suatu tindak pidana yang bersedia membantu aparat penegak hukum untuk mengungkap suatu tindak pidana atau akan terjadinya suatu tindak pidana untuk mengembaikan aset-aset atau hasil suatu tindak pidana kepada negara dengan memberikan informasi kepada aparat penegak hukum serta memberikan kesaksian di dalam proses peradilan”. Pengertian di atas pada dasarnya sejalan dengan pengertian menurut Council of Europe Committee of Minister, bahwa yang dimaksud dengan collaborator of justice adalah: 68 “Seseorang yang juga berperan sebagai pelaku tindak pidana, atau secara meyakinkan adalah merupakan bagian dari tindak pidana yang dilakukan secara bersama-sama atau kejahatan terorganisir dalam segala bentuknya, atau merupakan bagian dari kejahatan terorganisir, namun yang bersangkutan bersedia untuk bekerjasama dengan aparat penegak hukum untuk memberikan kesaksian mengenai suatu tindak pidana yang dilakukan bersama-sama atau terorganisir, atau mengenai berbagai bentuk tindak pidana yang terkait dengan kejahatan terorganisir maupun kejahatan serius lainnya”. 66 Abdul Haris Semendawai, Eksistensi Justice Collaborator dalam Perkara Korupsi Catatan tentang Urgensi dan Implikasi Yuridis atas Penetapannya Pada Proses Peradilan Pidana, Makalah disampaikan pada Stadium General Fakultas Hukum UII, Jogjakarta, 17 April 2013, h. 7 67 Peraturan Bersama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia dan Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Republik Indonesia 68 Abdul Haris Semendawai, Penanganan dan Perlindungan Justice Collaborator dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia, diakses pada tanggal 21 Nopember 2013 dari http:www. elsam.or.iddownloads1308812895_penanganan_dan_perlindungan__justice_collaborator_.pdf Dengan demikian, justice collaborator dapat diartikan sebagai individu yang melaporkan kejahatan yang turut dilakukannya. Sebagai pihak yang terlibat dalam suatu kejahatan, justice collaborator dapat menyediakan bukti penting mengenai siapa yang terlibat dalam kejahatan itu, apa peran masing-masing pelaku, bagaimana kejahatan itu dilakukan, dan dimana bukti lainnya bisa ditemukan. Adapun upaya untuk membujuk para orang dalam agar mau bekerjasama dalam penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku lainnya dalam tindak kriminal tersebut, para penuntut di berbagai negara menggunakan beberapa jenis perangkat hukum.

2. Prinsip Saksi Pelaku Yang Bekerjasama

Prinsip utama dalam justice collaborator, bahwa predikat justice collaborator tidak bisa disematkan kepada pelaku utama. Tidak semua saksi pelaku dapat menjadi justice collaborator, hanya saksi pelaku yang bukan pelaku utama, mau mengakui dan mengembalikan hasil kejahatan secara tertulis, kooperatif dengan penegak humum, bukan buronan, dan informasi yang diungkapkan relevan. 69 Spirit penerapan justice collaborator diletakan dalam konteks untuk dapat membongkar kejahatan yang lebih besar, bukan sebagai alat negosiasi pihak- pihak yang berkepentingan. Pada dasarnya ide justice collaborator ini diperoleh 69 Hukum Online, “Penerapan Justice Colloborator Harus Diperketat”, Artikel diakses pada 19 November 2013 dari http:hukumonline.comberitabacapenerapan-ijustice-collaborator-i-harus- diperketat dari pasal 33, dan pasal 37 ayat 2 dan ayat 3 United Nations Convention Against Corruption UNCAC 2003 yang telah diratifikasi Indonesia dengan Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption 2003 Kovensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi. Intinya dalam pasal 33, dan pasal 37 ayat 2 dan 3 ini bagi setiap Negara peserta wajib melindungi dan mempertimbangkan memberikan kemungkinan pengurangan hukuman dan memberikan kekebalan dari penuntutan bagi orang yang memberikan kerjasama subtansial dalam penyelidikan atau penuntutan justice collaborator.

3. Praktik Saksi Pelaku Yang Bekerjasama

Istilah justice collaborator atau collaborator with justice atau pentiti merupakan suatu hal yang baru di Indonesia. Istilah ini bukanlah istilah hukum karena tidak bisa ditemui dalam KUHAP, istilah ini berasal dari Negara yang menganut sistem hukum anglo saxon, yaitu Amerika Serikat, namun istilah ini sudah dipakai pada praktik hukum Indonesia. Praktik justice collaborator pertama di Indonesia adalah Agus Tjondro Prayitno, mantan anggota DPR Fraksi PDI-P periode 1999-2004 dalam kasus cek perjalanan dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Swaray Gultom tahun 1994. Pada tahun 2012, selain penghargaan berupa pemberian remisi tambahan dan pembebasan bersyarat terhadap justice