Sistematika Penulisan Kebijakan Legislatif Dalam Perlindungan Hukum Terhadap Pelapor Tindak Pidana Dan Saksi Pelaku Yang Bekerjasama

Bab II Tinjauan teoretik kebijakan legislatif, dan perlindungan pelapor tindak pidana serta saksi pelaku yang bekerjasama. Dalam bab ini menjelaskan tentang kebijakan hukum pidana dan kebijakan legislatif, kebijakan penggunaan hukum pidana dalam pencegahan dan penanggulangan tindak pidana serius dan terorganisir, perlindungan pelapor tindak pidana, dan perlindungan saksi pelaku yang bekerjasama. Bab III Perlindungan hukum pelapor tindak pidana dan saksi pelaku yang bekerjasama dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2006 sebagai kebijakan legislatif, dalam bab ini menguraikan tentang pengertian perlindungan hukum, latar belakang dan sistematika Undang-undang No.13 Tahun 2006, dan perlindungan hukum pelapor tindak pidana dan saksi pelaku yang bekerjasama. Bab IV Analisis kebijakan legislatif perlindungan hukum pelapor tindak pidana dan saksi pelaku yang bekerjasama, bab ini menjelaskan tentang pentingnya perlindungan khusus terhadap pelapor tindak pidana dan saksi pelaku yang bekerjasama, bentuk kebijakan legislatif dalam membuat undang-undang yang mengatur perlindungan hukum pelapor tindak pidana dan saksi pelaku yang bekerjasama, dan konsep ideal perlindungan hukum pelapor tindak pidana dan saksi pelaku yang bekerjasama. Bab V Penutup, Bab ini menguraikan mengenai hasil penelitian berupa simpulan dan saran. 18 BAB II TINJAUAN TEORETIK KEBIJAKAN LEGISLATIF, DAN PELAPOR TINDAK PIDANA SERTA SAKSI PELAKU YANG BEKERJASAMA

A. Kebijakan Legislatif dan Kebijakan Hukum Pidana

Kebijakan Legislatif terdiri dari dua susunan kata, yaitu Kebijakan dan Legislatif. Kebijakan secara etimologi mempunyai beberapa arti seperti kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan, rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. 1 Kebijakan policy adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu. Pada prinsipnya, pihak yang membuat kebijakan tersebut mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya. 2 Sedangkan istilah legislatif atau legislature mencerminkan salah satu fungsi badan itu, yaitu Legislate, atau membuat undang-undang. Nama lain yang sering dipakai ialah Assembly yang mengutamakan unsur berkumpul untuk membicarakan masalah-masalah publik. Nama lain lagi adalah Parliament, suatu istilah yang menekankan unsur bicara parler dan merundingkan. Sebutan lain 1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1993, h. 115 2 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 20 mengutamakan representasi atau keterwakilan anggota-anggotanya dan dinamakan people’s representative body atau Dewan Perwakilan Rakyat. 3 Kebijakan legislatif menurut Barda Nawawi Arief adalah suatu perencanaan atau program dari pembuat undang-undang mengenai apa yang akan dilakukan dengan menghadapi problem tertentu dan cara bagaimana melakukan atau melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan atau di programkan itu. 4 Terlepas dari pengertian kebijakan telah penulis jelaskan diatas, dalam konteks kebijakan hukum pidana, Barda Nawawi Arief menyatakan bahwa istilah kebijakan diambil dari istilah policy Inggris atau politiek Belanda. Bertolak dari kedua istilah asing ini, maka istilah kebijakan hukum pidana dapat pula disebut dengan istilah politik hukum pidana. Dalam kepustakaan asing istilah politik hukum pidana ini sering dikenal dengan berbagai istilah, antara lain penal policy, criminal lawl policy, atau strafrechtspolitiek. Oleh karena itu, pengertian kebijakan atau politik hukum pidana dapat dilihat dari politik hukum maupun dari politik kriminal. 5 Mencermati pengertian tersebut, maka kebijakan hukum pidana dapat diartikan dengan cara bertindak atau kebijakan dari negara pemerintah untuk menggunakan hukum pidana dalam mencapai tujuan tertentu, terutama dalam menanggulangi kejahatan. 3 Ibid, h. 315 4 Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana Penjara, Semarang: Badan Penerbit Undip, 1996, Cet. II, h. 59 5 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, h. 24