Keadilan Distributif Keadilan Restoratif

Romawi dalam menyelesaikan masalah termasuk penyelesaian masalah tindak pidana. 23 Istilah umum tentang pendekatan restorative justice diperkenalkan untuk pertama kali oleh Albert Eglash. Dalam tulisannya yang mengulas tentang reparation dia mengatakan bahwa restorative justice adalah suatu alternatif pendekatan restitutif terhadap pendekatan keadilan retributif dan keadilan rehabilitatif. 24 Dalam buku berjudul Keadilan Restoratif, Eva Achjani Zulfa menyatakan bahwa restorative justice atau sering diterjemahkan sebagai keadilan restoratif merupakan suatu model pendekatan yang muncul sejak era tahun 1960-an dalam upaya penyelesaian perkara pidana. 25 Dalam kajian tatabahasa, kata “Restorative Justice” berasal dari dua kata, yaitu kata “Restorative” atau “Restore” yang artinya adalah memperbaiki atau memulihkan, 26 dan kata “Justice” yang berarti keadilan, peradilan, adil, hakim. 27 23 Rufinus Hotmaulana Hutauruk, Penanggulangan Kejahatan Korporasi Melalui Pendekatan Restoratif Suatu Terobosan Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, h. 103 24 Ibid, h. 103 25 Eva Achjani Zulfa, Keadilan Restoratif di Indonesia Studi Tentang Kemungkinan Pendekatan Keadilan Restoratif dalam Praktek penegakan Hukum Pidana, Disertasi FH UI, h. 2 26 Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2005, h. 482 27 I.P.M. Ranuhandoko BA, Terminologi Hukum Inggris Indonesia, Jakarta: Sinargrafika, 2003, Cet. III, h. 367. Lihat juga Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, Amerika: West Pblishing Co, 2009, Nhinty Edition, h. 942. Lihat juga Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris- Indonesia, h. 339 Menurut terminologis, pengertian restorative justice banyak para pakar yang menyatakannya, dalam kamus “Black’s Law Dictionary” misalnya diartikan sebagai berikut : An alternative delinquency sanction focused on repairing the harm done, meeting the victim’s need, and holding the offender responsible for his or her actions. Restorative justice sanctions use a balance approach, producing the least restrictive dis position while stressing the offender’s accountability and providing relief to the victim. The offender may be ordered to make restitution, to perform community service, or to make amends in some other way that the court order. 28 Intinya adalah restorative justice merupakan sanksi alternatif bagi pelaku kejahatan yang berfokus pada perbaikan kerusakan yang dilakukan, memenuhi kebutuhan korban, dan menuntut pertanggungjawaban pelaku atas perbuatannya. Sanksi keadilan restoratif menggunakan pendekatan yang seimbang, menghasilkan disposisi yang paling ketat sementara tidak mengabaikan pertanggungjawaban pelaku, dan memberikan bantuan kepada korban kejahatan. Pelaku dapat dituntut untuk mengganti kerugian ganti rugi, kerja sosial, atau menebus kesalahan tersebut dengan cara lain atas keputusan pengadilan. Sedangkan menurut Dignan, restorative justice adalah : 29 Restorative justice is a new framework for responding to wrongdoing and conflict that is rapidly gaining acceptance and support by educational, legal, social work, and counseling professionals and community groups. Restorative justice is a valued-based approach to responding to wrongdoing 28 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, h. 1428 29 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: PT. Alumni, 1992, h. 15 and conflict, with a balanced focus on the person harmed, the person causing the harm, and the affected community. Menurut Dignan, restorative justice adalah merupakan suatu konsep kerja untuk menanggapi kesalahan-kesalahan dan konflik yang penerimaannya sangat cepat dan didukung oleh hal-hal yang bersifat pendidikan, hukum, kerja sosial, dan konsultan profesional juga komunitas- komunitas. Restorative justice merupakan nilai dasar untuk pendekatan untuk menanggapi kesalahan-kesalahan dalam penanganan dan konflik, dengan fokus yang seimbang pada seseorang menderita korban, orang- orang yang menyebabkan penderitaan pelaku, dan komunitas masyarakat. Menurut Eva Achjani Zulfa, keadilan restoratif adalah sebuah konsep pemikiran yang merespon pengembangan sistem peradilan pidana dengan menitikberatkan pada kebutuhan pelibatan masyarakat dan korban yang dirasa tersisihkan dengan mekanisme yang bekerja pada sistem peradilan pidana yang ada pada saat ini. 30 PBB mendefinisikan restorative justice sebagai “a way of responding to criminal behavior by balancing the need of the community, the victims an the offenders”, 31 intinya adalah sebuah penyelesaian terhadap prilaku pidana dengan cara menyelaraskan kembali harmonisasi antara masyarakat, korban dan pelaku. 30 Eva Achjani Zulfa, Keadilan Restoratif di Indonesia, h. 3 31 Ibid, h. 4 Dapat disimpulkan, bahwa pengertian restoratif justice atau keadilan restoratif adalah suatu pendekatan yang lebih merujuk terhadap pencapaian keadilan yang menekankan pada pemulihan to restore atas kerusakan yang timbul akibat terjadinya suatu tindak pidana, dengan melibatkan korban, pelaku, masyarakat terkait serta pihak-pihak yang berkepentingan. Pemulihan tersebut bukan hanya kepada diri korban, tetapi juga terhadap pelaku dan masyarakat, dengan tujuan untuk mencari pemecahan dan sekaligus mencari penyelesaian dalam menghadapi kejadian setelah timbulnya tindak pidana tersebut serta bagaimana mengatasi implikasinya dimasa mendatang. Pada dasarnya, restorative justice sebagaimana telah disinggung dimuka bukanlah konsep yang baru. Eksistensinya sama tuanya dengan hukum pidana itu sendiri. Bahkan beribu tahun upaya penanganan perkara pidana, pendekatan restorative justice justru ditempatkan sebagai mekanisme utama bagi penanganan tindak pidana, konsep restorative justice lahir dari nilai-nilai masyarakat adat yang telah ada selama ini. 32 Menurut Muladi bahwa harus diakui perkembangan konsep restorative justice tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan tentang korban kejahatan victimology, yang dipelopori oleh Von Hentig seorang ahli kriminologi pada tahun 1941 dan Mandelsohn pada tahun 1949. Perkembangan ini melalui beberapa tahap, pertama tahap penal victimology 32 Eva Achjani Zulfa, Keadilan Restoratif dan Revitalisasi Lembaga Adat di Indonesia, Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 6 No. II Agustus 2010, h. 188 interactionist victimolgy, tahap kedua general victimolgy, tahap ketiga berkembang pada tahun 1970-an menandai viktimolgi sebagai suatu disiplin penelitian, dan tahap keempat dipelopori oleh Separovic pada tahun 1987 yang memperluas jangkauan definisi viktimologi sehingga mencakup korban pelanggaran HAM sebagai isu sentral viktimologi dan mengeluarkan dari definisi, korban bencana alam dan kecelakaan karena dipandang terlalu luas dari sisi ilmiah. 33 Wright mengatakan bahwa tujuan utama dari restorative justice adalah pemulihan sedangkan tujuan kedua adalah ganti rugi. hal ini berarti bahwa proses penanggulanagan tindak pidana melalui pendekatan restorative justice adalah suatu proses penyelesaian tindak pidana yang bertujuan untuk memulihkan keadaan yang didalamnya termasuk ganti rugi terhadap korban melalui cara-cara tertentu yang disepakati oleh para pihak yang terlibat didalamnya. Prinsip utama penyelesaian tindak pidana melalui pendekatan restorative justice merupakan suatu penyelesaian yang bukan hanya sekedar alat untuk mendorong seseorang untuk melakukan kompromi terhadap terciptanya kesepakatan, akan tetapi pendekatan dimaksud harus mampu menembus ruang hati dan pikiran para pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian dalam memahami makna dan tujuan dilakukannya suatu 33 Rufinus Hotmaulana Hutauruk, Penanggulangan Kejahatan Korporasi Melalui Pendekatan Restoratif Suatu Terobosan Hukum, h. 122 pemulihan dan sanksi yang diterapkan adalah sanksi yang memulihkan dan bersifat mencegah. 34 Oleh karena itu, proses penyelesaian konflik dalam pendekatan restorative justice bukan hanya ditujukan untuk pemulihan saja tetapi juga bertujuan untuk mengurangi tindak pidana dan mencari sebab- sebab yang mendasari timbulnya tindak pidana dimaksud sehingga dengan demikian masyarakat atau pribadi lainnya dapat mencegah terulangnya kembali tindak pidana dimaksud. Upaya restorative justice adalah upaya yang menggunakan keadilan restoratif dan menghasilkan tujuan dari konsep tersebut yaitu kesepakatan anatara para pihak yang terlibat. PBB mengemukakan beberapa prinsip yang mendasari program restorative justice, yaitu sebagai berikut : 1. That the response to crime should repair as much as possible the harm suffered by the victime, yaitu penanganan terhadap tindak pidana harus semaksimal mungkin membawa pemulihan bagi korban. Prinsip ini merupakan salah satu tujuan utama manakala pendekatan restorative justice dipakai sebagai pola pikir yang mendasari suatu upaya penanganan tindak pidana. 35 2. That offenders should be brought to understand that their behavior is not acceptable and that it had some real consequences for the victim and 34 Rufinus Hotmaulana Hutauruk, Penanggulangan Kejahatan Korporasi Melalui Pendekatan Restoratif Suatu Terobosan Hukum, h. 107 35 Eva Achjani Zulva, Keadilan Restoratif di Indonesia, h. 15 community, yaitu pendekatan restorative justice dapat dilakukan hanya jika pelaku menyadari dan mengakui kesalahnnya. Dalam proses restoratif, diharapkan pelaku juga semakin memahami kesalahannya tersebut serta akibatnya bagi korban dan masyarakat. 36 3. That offender can and should accept responsibility for their action, artinya ketika pelaku menyadari kesalahannya, pelaku dituntut untuk rela bertanggungjawab atas kerusakan yang timbul akibat tindak pidana yang dilakukannya tersebut. Ini merupakan tujuan lain yang ditetapkan dalam pendekatan restorative justice, tanpa adanya kesadaran atas kesalahan yang dibuat, maka mustahil dapat membawa pelaku secara sukarela bertanggungjawab atas tindak pidana yang telah dilakukannya. 37 4. That victims should have an opportunity to express their needs and to participate in determining the best way for the offender to make reparation. Eva Achjani Zulfa menyatakan bahwa prinsip ini terkait dengan prinsip pertama, dimana proses penanganan perkara pidana dengan pendekatan restorative justice membuka akses kepada korban untuk berpartisipasi secara langsung terhadap proses penyelesaian tindak pidana yang terjadi. Partisipasi korban tidak hanya dalam rangka menyampaikan tuntutan atas ganti kerugian, karena sesungguhnya korban juga memiliki posisi penting untuk mempengaruhi proses yang berjalan termasuk 36 Ibid, h. 16 37 Ibid, h. 17 membangkitkan kesadaran pada pelaku sebagaimana dikemukakan pada prinsip yang kedua. Konsep dialog yang diusung oleh pendekatan ini memberikan suatu tanda akan adanya kaitan yang saling mempengaruhi antara korban dan pelaku dalam memilih penyelesaian terbaik sebagai upaya pemulihan hubungan sosial diantara keduanya. 38 5. That the community has a responsibility to contribute to this process, artinya suatu uapaya restorative justice bukan hanya melibatkan korban dan pelaku saja, akan tetapi juga melibatkan masyarakat. Masyarakat memiliki tanggungjawab baik dalam penyelenggaraan proses ini maupun dalam melaksanakan hasil kesepakatan, maka dalam upaya restorative justice, masyarakat dapat berperan sebagai penyelenggara, pengamat maupun fasilitator. Secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat juga merupakan bagian dari korban yang harus mendapatkan keuntungan atas hasil proses yang berjalan. 39 Beberapa prinsip-prinsip yang berlaku secara universal yang melekat dalam konsep pendekatan restorative justice dalam penyelesaian tindak pidana antara lain sebagai berikut :

1. Prinsip Penyelesaian yang Adil Due Process

Dalam setiap sistem peradilan pidana di seluruh negara, kepada tersangka selalu diberikan hak untuk mengetahui terlebih dahulu tentang 38 Ibid, h. 17 39 Ibid, h. 18 prosedural-prosedural perlindungan hukum tertentu ketika dihadapkan pada penuntutatan atau penghukuman. Proses peradilan due process haruslah dianggap sebagai bentuk perlindungan untuk memberi keseimbangan bagi kekuasaan negara untuk menahan, menuntut, dan melaksanakan hukuman dari suatu putusan penghukuman. 40 Diantara proteksi- proteksi yang diidentifikasi yang telah diterima secara internasional dan termasuk gagasan due process adalah hak untuk diduga tak bersalah presumption of innocence dan hak untuk mendapatkan persidangan yang adil fair serta hak untuk mendapatkan bantuan penasihat hukum. Dalam proses penyelesaian restorative justice, batas formal selalu diberikan bagi tersangka setiap saat, baik selama dan setelah proses restorative agar hak terangka mendapatkan pengadilan yang fair tetap terjaga. Namun demikian jika tersangka diharuskan untuk melepaskan haknya dan memilih untuk berpartisipasi dalam sebuah proses restorative, maka kepada tersangka harus diberi tahu tentang implikasi keputusannya memilih intervensi restorative. Sebaiknya bila dalam putusan penyelesaian melalui pendekatan restorative justice pelaku membebani tersangka terlalu berat, maka kepada pelaku diberi perlindungan tambahan, tersangka dapat diperbolehkan untuk 40 Rufinus Hotmaulana Hutauruk, Penanggulangan Kejahatan Korporasi Melalui Pendekatan Restoratif Suatu Terobosan Hukum, h. 125