5 Kemungkinan pengembangan keterampilan proses pada metode ceramah lebih
sedikit dibanding eksperimen. Dalam kegiatan belajar mengajar IPA dengan melatihkan keterampilan proses
tidak diharapkan setiap siswa akan menjadi saintis, melainkan mampu mengemukakan idenya bahwa memahami IPA bergantung pada kemampuan
memandang dan bergaul dengan alam menurut cara-cara yang diperbuat oleh ilmuan.
c. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Keterampilan Proses Sains
Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa pendekatan keterampilan proses memiliki keunggulan diantaranya:
22
1 Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan.
2 Keterampilan proses merupakan hal yang sangat penting untuk pengembangan
pengetahuan masa depan. 3
Keterampilan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berpikir dan cara memperoleh pengetahuan.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan keterampilan proses diantaranya: 1
Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan bahan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
2 Memerlukan fasilitas yang cukup baikdan lengkap sehingga tidak semua
sekolah dapat menyediakan. 3
Merumuskan masalah, menyususn hipotesis, merancang suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan sulit, tidak setiap siswa
mampu melaksanakannya.
3. Penguasaan Konsep
a. Pengertian Konsep dalam Pembelajaran
Konsep menurut Oemar Hamalik adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang-orang.
23
22
Sagala, Loc. Cit., h. 74.
Maksudnya konsep merupakan suatu hal yang terkait dengan objek apapun baik orang, benda, pemikiran, ataupun yang lainnya. Konsep adalah buah pemikiran
seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori.
24
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sagala bahwa konsep merupakan buah pikiran seseorang
atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk, pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori. Konsep diperoleh dari
fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.
25
Menurut pendapat tersebut konsep juga dapat diartikan sebagai sebuah hasil budi dari
manusia yang terstruktur dan memiliki dasar serta tujuan yang jelas. Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konsep
merupakan suatu hal yang bersifat abstrak yang merupakan hasil pemikiran seseorang atau sekelompok orang, yang didapatkan melalui pengalaman,
peristiwa, ataupun yang lainnya. Abstrak dalam konsep ini dapat didapatkan melalui pengalaman-pengalaman, maka setiap orang pasti memiliki konsep
tersendiri terhadap sesuatu hal. Hal ini dikarenakan masing-masing orang memiliki pandangan atau pemikiran yang berbeda satu sama lain, yang
mengakibatkan perbedaan pengalaman. Perbedaan pengalaman lah yang menentukan bagaimana konsep tersebut dipandang, walaupun konsep-konsep
setiap orang berbeda namun konsep-konsep tersebut cukup serupa sehingga tetap
ada koneksi ketika berkomunikasi atau yang lainnya.
Penguasaan berarti pemahaman serta keterampilan terhadap suatu bahasa atau ilmu.
26
Jadi dari definisi diatas dapat diartikan penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep suatu materi, sehingga dapat
digunakan untuk memecahkan masalah dan menyikapinya. Penguasaan konsep menjadi hasil dari siswa ketika sudah melalui pembelajaran. Sedangkan
penguasaan konsep yang dimaksudkan pada penelitian ini yakni penguasaan
23
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara, 2005 h. 162.
24
Zulfiani, Op. Cit., h. 92.
25
Sagala, Op. Cit., h. 71.
26
Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994, cet. Pertama, h. 726.
konsep dalam ranah kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom yang merupakan penguasaan bahan pelajaran yang berkenaan dengan kemampuan berpikir siswa
setelah melakukan pembelajaran. Ranah kognitif merupakan ranah yang lebih
banyak melibatkan otakmental.
Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir mulai dari yang tingkatan rendah sampai tertinggi, yakni pengetahuaningatan-knowledge,
pemahaman-comprehension, penerapan-aplication, analisis-analyze, sintesis- synthesis, dan evaluasi-evaluation.
27
Suharsimi juga mengutip dalam bukunya bahwa konsep taraf kompetensi kognitif disusun ke dalam enam jenjang atau
tingkatan yang kompleksitasnya bertingkat, yakni mengenal, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
28
Pada tahun 2001, Lorin W.Anderson dan David R. Krathwohl menulis A Taxonomy for learning, Teaching, and Assesine A Revision of Bloom’s Taxonomy
of Educational Objectives. Keduanya melakukan revisi terhadap taksonomi Bloom teori kognitif. Enam jenjang ranah kognitif yang sudah direvisi
digambarkan dengan skema berikut.
Gambar 2.2 Taksonomi Bloom
27
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, h. 14.
28
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara 2009, cet ke-2, h. 131-133.
Creati ng
Evaluating Analyzing
Applying Understanding
Remembering
Berikut penjelasan dari masing-masing jenjang kognitif yang sudah direvisi.
29
1 Remember mengingat, adalah menarik kembali informasi yang tersimpan
dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar mengingat bisa
menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas
dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif recognizing mengenali dan recalling mengingat.
2 Understand memahami, adalah mengkonstruk makna atau pengertian
berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan
yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena penyusunan skema adalah konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan
dasar pemahaman. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif: interpriting menafsirkan, exemplifying memberikan contoh, classifying
mengklasifikasikan, summarizing meringkas, inferring menarik inferensi, comparing membandingkan, dan explaining menjelaskan.
3 Applying mengaplikasikan, adalah mencakup penggunaan suatu prosedur
guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak
berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: executing menjalankan
dan implementing mengimplementasikan. 4
Analyzing menganalisis, adalah menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-
unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: differentiating membedakan, organizing
mengorganisisr, dan attributting menemukan pesan tersirat.
29
Lorin W. Anderson, Davis R. Krathwohl, with Peter W. Airasian et.al, A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing, NewYork: Longman, 2001, h. 67.
5 Evaluate menganalisis, adalah membuat suatu pertimbangan berdasarkan
kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: checking memeriksa dan critiquing mengkritik.
6 Create membuat, adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu
bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: generating membuat, planning merencanakan, dan
producing memproduksi. Adapun prosedur yang harus dilakukan dalam mengajarkan konsep, yaitu
sebagai berikut:
30
1 Tetapkan perilaku yang diharapkan diperoleh oleh siswa setelah mempelajari
konsep. 2
Mengurangi banyaknya atribut yang terdapat dalam konsep yang kompleks dan menjadi atribut-atribut dominan.
3 Menyediakan mediator verbal yang bergina bagi siswa.
4 Memberikan contoh-contoh yang positif dan negatif mengenai konsep.
5 Menyajikan contoh-contoh.
6 Sambutan siswa dan penguatan.
7 Menilai belajar konsep.
Penguasaan konsep yang dimiliki siswa setelah proses belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar yang telah dilaluinya. Penguasaan
konsep juga akan mendukung terbentuknya kepribadian yang positif, karena siswa akan mampu menginterpretasikan konsep yang umumnya konkret kemudian
dijumpai oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Proses belajar yang dimulai dengan merumuskan masalah pertanyaan-
pertanyaan, kemudian mencari, menyelidiki dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan, akan memberikan kesempatan belajar
yang lebih bermakna pada siswa. Dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari,
manakala perhatian makin ditujukan pada objek yang dipelajari dapat dicari dan dimengerti. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
30
Hamalik, Op. Cit., h. 166-169.
siswa bukan dari mengingat atau menghafal seperangkat fakta, konsep, atau teori, tetapi dengan menemukan dan membangun atau mengkonstruk sendiri
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Belajar dengan bermakna ini akan memberikan kemampuan untuk mengingat sesuatu lebih lama
dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam. Pengetahuan yang dibangun sendiri melalui model ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang
dipelajari sehingga retensinya menjadi lebih baik dan penguasaan konsep siswa terhadap suatu materi pun dapat meningkat.
Dalam mempelajari konsep berarti siswa tidak lagi menghafal atau mengingat untuk menyebutkan suatu teori, akan tetapi menjelaskan bagaimana suatu teori
dapat dibuktikan dan dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Konsep