Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD Karakteristik Siswa SD
15 siswa Student Centered Approach dan 2 Pendekatan yang berpusat pada guru
Teacher Centered Approach. Pendekatan SAVI merupakan contoh pendekatan yang berorientasi pada siswa Student Centered Approach, sedangkan
pendekatan konvensional merupakan contoh pendekatan pembelajaran yang termasuk ke dalam pendekatan yang berpusat pada guru Teacher Centered
Approach. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pendekatan SAVI dalam
memahami materi IPA di SD. Pendekatan SAVI Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual merupakan sebuah pendekatan yang tergolong ketegori pendekatan
baru. Pendekatan ini berangkat dari teori tentang modalitas awal yang dimiliki siswa sesuai yang diungkapkan Bobbi DePorter maupun Dave Meier. Modalitas
dasar sendiri diartikan sebagai suatu kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap anak semenjak ia terlahir di dunia. Bobbi DePorter 2006: 113 menyatakan
bahwa tiap anak memiliki tiga modalitas dasar dalam belajar yaitu Modalitas Auditori, Modalitas Visual, dan Modalitas Kinestetik Somatis. Sedangkan Dave
Meier 2002: 99 menambahkan satu modalitas belajar anak yaitu Modalitas Intelektual. Di dalam pendekatan SAVI, keempat modalitas ini harus ada agar
belajar berlangsung optimal. Karena unsur-unsur ini semuanya terpadu. Belajar yang paling baik tidak dapat berlangsung jika semuanya itu digunakan secara
simultan. Konsep yang ada pada Accelerated Learning mengajak siswa terlibat
sepenuhnya dalam pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dihadirkan oleh Dave Meier melalui konsep Accelerated Learning tersebut adalah pendekatan
16 SAVI. Pendekatan ini dimaksudkan agar siswa dapat bergerak aktif secara fisik
ketika belajar dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses pembelajaran.
Mengingat pembelajaran SAVI sejalan dengan AL, maka prinsip yang digunakan oleh SAVI juga sejalan dengan AL. Beberapa prinsip dari Accelerated
Learning di antaranya adalah: a. pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh;
b. pembelajaran itu berarti berkreasi bukan mengonsumsi; c. kerjasama membantu proses pembelajaran;
d. pembelajaran berlangsung pada banyaknya tingkatan simultan; e. belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan
balik; f. emosi positif sangat membantu pembelajaran; dan
g. otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Dave Meier 2002: 91-92 menyatakan bahwa unsur-unsur yang
terkandung dalam pendekatan SAVI mudah diingat. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Unsur-unsur Pendekatan SAVI
Unsur-unsur Cara Belajar
1. Somatis Learning by moving and doing Belajar dengan bergerak
dan berbuat 2. Auditori
Learning by taking and listening Belajar dengan berbicara dan mendengar
3. Visual Learning by observing and picturing Belajar dengan
mengamati dan menggambarkan 4. Intelektual
Learning by problem solving and reflecting Belajar dengan memecahkan masalah dan refleksi
17 Keempatnya harus ada agar belajar berlangsung dengan optimal. Karena keempat
unsur tersebut semuanya terpadu, belajar yang paling baik dapat berlangsung jika
semuanya digunakan secara simultan. 2.
Komponen Pendekatan SAVI
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa unsur-unsur SAVI meliputi Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual merupakan unsur yang terpadu.
Keempatnya saling bersimultan. Maka dari itu, berikut ini akan disampaikan penjelasan secara lebih rinci mengenai masing-masing unsur yang terkandung
dalam pembelajaran SAVI. a. Belajar Somatis
Kata somatis berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh −soma.
Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indera peraba kinestetis, melibatkan aktivitas fisik dan menggunakan serta menggerakkan aggota
tubuh sewaktu belajar. Sehingga pada intinya belajar somatis berarti belajar dengan menggerakkan badan fisik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia soma berarti tubuh, badan, atau jasad hidup. Sedangkan somatis sendiri dijelaskan sebagai jasad dan
sesuatu yang berkaitan dengan fisik badan kasar. Dengan demikian pembelajaran tidak hanya diarahkan kepada pencapaian kemampuan
intelektual saja, tetapi juga pada aktivitas-aktivitas fisik yang menyertai aktivitas verbal sehingga menjadi timbul keterpaduan dalam pikiran dan
tubuh secara fisik. Mengingat bahwa tubuh dan pikiran merupakan suatu sistem yang terpadu. Oleh sebab itu, apabila fungsi somatis mereka