Kep. Men PAN nomor KEP46M.PAN42004 dan surat edaran Menteri Perhubungan nomor: SE 1 Tahun 2007 diperlukan
adanya pengendalian terhadap aparatur melalui Pengawasan Melekat.
Inspektorat Jenderal selaku Aparat Pengawasan Internal Pemerintah APIP mengevaluasi pelaksanaan Pengawasan
Melekat dan evaluasi LAKIP Unit Kerja Eselon I di lingkungan Departemen Perhubungan.
Dalam pelaksanaan Pengawasan Melekat, setiap Unit Kerja Eselon I secara berjenjang wajib melaksanakan dan menso-
sialisasikan Pengawasan Melekat, dan setiap Unit Kerja Eselon II pada akhir tahun wajib menyusun laporan evaluasi
pelaksanaan Pengawasan Melekat di lingkungan masing-masing yang dipadukan menjadi laporan evaluasi pelaksanaan
Pengawasan Melekat Unit Kerja Eselon I.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan
Melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan telah dikembangkan berbagai pemikiran dan pengkajian di
sektor perhubungan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada para pengguna jasa. Pada umumnya penelitian yang
telah diprogramkan dapat diselesaikan, meskipun sering dijumpai hambatankendala baik teknis pelaksanaan maupun
materidata yang kurang tersedia. Bentuk pemanfaatan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Litbang dibagi
dalam 3 tiga kelompok yaitu : bahan masukan dalam peru- musan kebijakan perhubungan; bentuk publikasi ilmiah, baik
internal, nasional maupun internasional; dan pembinaan sumber daya manusia, dalam bentuk forum temu karya peneliti.
Selama tahun 2007 Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan telah menghasilkan 166 studi yang terbgai dalam
62 judul studi besar, 22 judul studi sedang dan 82 judul studi kecil yang merupakan bahan masukan guna perumusan
kebijakan perhubungan; 26 kegiatan penunjang temukarya, lokakarya, ceramah ilmiah dan seminar serta 14 buku
publikasi ilmiah yang tercakup dalam warta penelitian, jurnal dan buletin.
4. Badan Pendidikan dan Pelatihan
Pengelolaan SDM Perhubungan pada saat ini mulai dilakukan dengan pendekatan manajemen sumber daya manusia,
menetapkan Standar Kompetensi, khususnya dalam hal pola karir, pola mutasi dan pola pelaksanaan Diklat yaitu dengan
disempurnakannya Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.464DL.005PHB.82 tanggal 15 Desember 1982 tentang Pola
Pendidikan dan Pelatihan Perhubungan dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2007 tentang Pendidikan
dan Pelatihan Transportasi. Dengan berlakunya kebijakan otonomi daerah, Departemen Perhubungan telah memberikan
Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009
VIII-6
sebagian besar kewenangannya kepada Pemerintah Daerah melalui kebijakan Desentralisasi Kewenangan, sehingga sebagian
SDM Perhubungan telah dilimpahkan kepada Pemerintah ProvinsiKabupatenKota.
Dalam upaya menunjang penyelenggaraan kegiatan pada sektor perhubungan, dibutuhkan penyediaan Sumber Daya Manusia
yang memiliki kompetensi, handal, terampil, ahli di bidang transportasi darat, laut, udara, dan perkeretaapian serta
memiliki daya saing tinggi. Melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan transportasi telah dihasilkan lulusan diklat yang
berkualitas, berstandar nasional maupun internasional serta memiliki disiplin, tanggung jawab dan integritas yang tinggi
terhadap profesinya. Sampai dengan tahun 2007 jumlah lulusan diklat perhubungan sebanyak 409.375 orang yang terdiri dari
diklat awal 6.426 orang, diklat prajabatan 4.532 orang, diklat penjenjangan 757 orang, diklat teknis 396.906 orang dan diklat
Luar Negeri 667 orang. Disamping itu telah dilakukan kerjasama pendidikan Pascasarjana Transportasi magister dan doktor
dalam negeri dengan ITB, ITS, UGM, UNDIP dan UI, selain itu juga dilakukan Pengembangan Program Diklat Non Diploma
untuk penerbang Multicrew Pilot LicensePC200, Aircraft Inspector PlusAIP-60, ATC Inspector PlusAIP-30, Pelaut Officer
PlusOP-60 serta Darat Praja-40 dan KA-30, menyiapkan Program Pendidikan Lanjutan Double Degree S2 dan S3 External
kerjasama dengan UGM dan Universitas yang ada di Swedia dan ITB dengan Universitas yang ada di Belanda, peningkatan
kualitaskuantitas Tenaga Pengajar melalui Program Beasiswa S2, S3, TOT serta peningkatan kompetensi teknis bagi instruk-
turpelatih dan Penyelenggaraan Ikatan Dinas serta Diklat Penyegaran bagi pegawai.
Pusdiklat Aparatur Perhubungan dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.62 Tahun 2005
tanggal 6 Oktober 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.43 Tahun 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan. Pusdiklat Aparatur Perhubungan dibentuk dalam rangka menyiapkan
pimpinan dengan bekal kemampuan yang lengkap diantaranya kemampuan teknis professional dan kemampuan manajerial
dengan visi dan misi yang jauh ke depan serta menghasilkan para lulusan yang mampu mengoperasikan peralatan kantor yang
modern dengan menggunakan teknologi informasi mutakhir baik lisan maupun gambar dengan program-program diklat fung-
sional, struktural, intermodal, keselamatan dan bahasa.
5. Badan Sar Nasional
Dalam rangka meningkatkan peranan Badan SAR Nasional dalam pelaksanaan pencarian dan penyelamatan secara cepat,
tepat dan akurat terhadap manusia dalam terjadinya
Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009
VIII-7
musibah pelayaran, musibah penerbangan dan bencana lainnya termasuk bencana alam, telah dilakukan perubahan terhadap
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2000 menjadi Peraturan Peme- rintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan
Pertolongan. Sebagai tindak lanjut perubahan telah dilakukan penataan kembali terhadap kedudukan dari Badan SAR Nasional
yaitu dengan menjadikannya sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan di bawah dan bertang-
gungjawab langsung kepada Presiden.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dengan surat Menteri Perhubungan Nomor HK 00624 Phb-06, tanggal 8
Desember 2006, telah diusulkan kepada Menteri Penda- yagunaan Aparatur Negara tentang pembentukan LPND Badan
SAR Nasional, dan setelah melalui pembahasan bersama dengan staf Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Sekretariat
Kabinet dan Departemen Keuangan terhadap usulan dimaksud, maka telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007
tentang Badan SAR Nasional.
Sejalan dengan ilmu perkembangan moda transportasi serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang
transportasi, maka mobilitas manusia dan barang dari suatu tempat ketempat lainnya baik dalam lingkup nasional maupun
internasional mempunyai resiko tinggi, yaitu adanya ke- mungkinan terjadi kecelakaan yang menimpa pengguna jasa
transportasi darat, perkeretaapian, laut, dan udara. Badan SAR Nasional sebagai salah satu penunjang transportasi di bidang
pencarian dan pertolongan berkewajiban untuk melakukan usaha dan kegiatan mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa
manusia yang hilang dan dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran danatau penerbangan, atau
bencana atau musibah lainnya.
Pada tahun 2005 telah dilakukan kegiatan antara lain pengadaan kendaraan rapid deyloyment land SAR 8 unit. Pengadaan ground
support and tools helicopter. Pengadaan instrument and navigation kit. Pembangunan prasarana ruangan peralatan komunikasi dan
jaringan system komunikasi SAR. Pengembangan peralatan SAR di 13 Kantor SAR. Pengembangan sarana gedung kantor di 8
kantor SAR. Pengembangan prasarana pendukung gedung kantor di 13 kantor SAR.
Pada Tahun Anggaran 2006, berdasarkan kegiatan yang tercantum dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA
Kantor Pusat dan Kantor SAR daerah berjumlah Rp. 195.975.699.000,- dengan rincian kegiatan pembangunan seba-
gai berikut : Pembangunan prasarana penunjang proyek IDB pada 14 kantor SAR, pengadaan 11 unit rapid deployment land
SAR, pengadaan 2 unit rescue boat, pengadaan 1 paket rescue hoist, pengadaan emergency floating helikopter, pembangunan
prasarana penunjang 17 gedung kantor SAR, pengembangan
Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009
VIII-8