KA diharapkan ketersediaan armada KA dapat ditingkatkan diantaranya dengan pengadaan sarana KA baru serta
modifikasi. Hal tersebut sementara dapat dilihat pada kondisi sarana KA siap operasi untuk tahun 2008 semester 1 secara
keseluruhan mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dengan perincian sebagai berikut :
lokomotif sebanyak 476 atau naik sebesar 42,9, KRDKRL sebanyak 414 unit atau naik sebesar 1,5, kereta K3
sebanyak 1.262 unit atau naik sebesar 6,1 serta gerbong sebanyak 3.551 atau naik sebesar 8,0.
Terkait dengan hal tersebut diatas dan dalam rangka meningkatkan kondisi sarana dan prasarana KA yang ada,
Pemerintah menyusun program Revitalisasi Perkeretaapian Nasional selama tiga tahun 2008-2010. Diharapkan dengan
terlaksananya program tersebut akan meningkatkan keselamatan dan kualitas pelayanan sehingga pangsa pasar
angkutan KA dapat ditingkatkan.
Untuk meningkatkan kapasitas lintas terutama pada lintas- lintas yang sudah jenuh dilakukan melalui upaya
pembangunan jalur ganda secara parsial sesuai dengan kemampuan pendanaan pemerintah. Demikian pula untuk
mengatasi kemacetan lalu lintas terutama di wilayah perkotaan diperlukan upaya untuk mengintegrasikan kereta
api dengan moda lainnya sehingga mewujudkan keterpaduan moda. Di sisi lain angkutan barang belum optimal sehingga
diperlukan peningkatan aksesibilitas menuju pelabuhan utama seperti Tanjung Priok, Tanjung Mas, Tanjung Perak
dan Belawan.
Permasalahan lainnya adalah terkait pengadaan lahan dalam pembangunan transportasi perkeretaapian diantaranya pada
pembangunan perpanjangan jalur KA Pasoso – Dermaga Petikemas JICTKoja dan pembangunan double-double track
Manggarai – Cikarang yang menyebabkan tertundanya pelak- sanaan pembangunan dari waktu yang dijadwalkan.
Dalam hal partisipasi swastaPemda dalam penyelenggaraan perkeretaapian juga menjadi permasalahan, hal ini
disebabkan aturanpedoman yang menunjang pelaksanaan kebijakan tersebut saat ini sedang dalam proses penyelesaian.
3. Transportasi Laut
Tantangan dan masalah utama sampai dengan tahun 2008 pada subsektor transportasi laut adalah upaya untuk
meningkatkan aksesibilitas pada daerah tertinggal dan wilayah terpencil, terutama pada kawasan Timur Indonesia.
Hal ini dilakukan dengan menyelenggarakan angkutan laut perintis dan meningkatkan pembangunan fasilitas pelabuhan
di wilayah tersebut, dan menciptakan kondisi agar
Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009
II-12
keselamatan pelayaran di Indonesia semakin baik dan kegiatan bongkar muat di pelabuhan dapat dilakukan secara
lebih cepat sehingga tidak terjadi penumpukan barang di pelabuhan. Penumpukan barang kemungkinan besar terjadi
apabila tidak dilakukan penambahan kapasitas dan perbaikan pengelolaan prasarana dan sarana transportasi
laut. Terkait dengan permasalahan keselamatan, data kecelakaan tahun 2007 menunjukkan bahwa peristiwa
kecelakaan kapal terjadi 145 kali dengan rincian 59 kali kapal tenggelam, kebakaran 25 kali, tubrukan 14 kali,
kandashanyut 26 kali, kecelakaan lainnya 21 kali dengan korban jiwa 182 orang. Faktor-faktor penyebab adalah :
kelalaian manusia 23 peristiwa, faktor alam 35 kejadian, dan faktor teknis 87 kejadian. Data jumlah kecelakaan kapal
sampai dengan bulan Agustus 2008 adalah sebanyak 97 kali dengan rincian: kapal tenggelam 38 kali, kebakaran 16 kali,
tubrukan 15 kali, kandashanyut 12 kali dan kecelakaan lainnya sebanyak 17 kali dengan korban jiwa 69 orang.
Faktor-faktor penyebabnya adalah: kelalaian manusia 23 kejadian, faktor teknis 25 kejadian, dan faktor alam 48
kejadian.
Mengacu kepada tingginya kecelakaan transportasi laut, perlu dilakukan peningkatan fasilitas keselamatan pelayaran
seperti Sarana Bantu Navigasi Pelayaran SBNP, pengerukan alur pelayaran dan rekondisi dan pembangunan sarana
transportasi laut seperti kapal-kapal navigasi dan kapal-kapal patroli agar penyelenggaraan transportasi laut dapat
dijalankan dengan tingkat keselamatan dan keamanan sesuai dengan standar keselamatan pelayaran internasional.
4. Transportasi Udara
Permasalahan yang masih dihadapi pada pembangunan transportasi udara sampai dengan tahun 2008 adalah SDM,
karena dari kejadian-kejadian kecelakaan selama ini, sekitar 70 – 80 penyebabnya adalah SDM. Sumber Daya manusia
sangat berpengaruh dan berkaitan satu sama lain misalnya pilot dengan petugas air traffic control begitu juga dengan
maintenance pesawat dan dengan manajemen maskapai penerbangan. Sejak terjadi deregulasi industri penerbangan di
Amerika Serikat, perkembangan penerbangan di Indonesia mengalami peningkatan yang drastis. Pada 1998 jumlah
penumpang pesawat sebanyak 6 juta per tahun melonjak menjadi 30 juta penumpang pertahun pada kurun waktu
2003-2006. Pada tahun 2007 penumpang angkutan udara niaga berjadwal nasional jumlahnya meningkat menjadi 40,81
juta penumpang. Sementara itu untuk jumlah kecelakaan accident-incident pada tahun 2005 adalah sebanyak 30
kecelakaan, dengan korban fatal sebanyak 120 orang, pada tahun 2006 jumlah kecelakaan accident-incident meningkat
Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009
II-13