Transportasi Udara Arah Kebijakan Pembangunan

bertahap; 6 Menyelesaikan penyusunan peraturan pelaksana hasil revisi UU Penerbangan dan peraturan perundang-undangan lainnya; 7 Menyelesaikan pem- bentukkan lembagaunit tunggal Navigasi Penerbangan dan lembaga unit kerja lainnya yang dibutuhkan; 8Menerapkan tatanan kebandarudaraan nasional yang efisien dan efektif yang menunjang wawasan nusantara dan ketahanan nasional.

e. Penunjang Transportasi

Pada tahun 2009 Arah Kebijakan penunjang transportasi yang akan dilakukan meliputi: menyusun peraturan di bidang transportasi, mensosialisasikan peraturan bidang transportasi, meningkatkan KSLN Perhubungan, kajian perencanaan, mengevaluasi kebijakan bidang trans- portasi, kajian strategis perhubungan dan transportasi intermoda, menyusun evaluasi dan operasional; peman- tauan kinerja keuangan; menyusun pembinaan kinerja kepegawaian; dan meningkatkan peran dan kinerja Pusdatin; serta membina dan menindak serta menegakkan hukum berupa pengenaan sanksi admi- nistratif terhadap SDM pelayaran, khususnya Nahkoda dan Perwira kapal yang terbukti salah atau lalai dalam penerapan standar profesi kepelautan. Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009 II-19 BAB III TARGET PERTUMBUHAN DAN KEBUTUHAN PEMBIAYAAN DEPARTEMEN PERHUBUNGAN TAHUN 2009

A. TARGET PERTUMBUHAN TAHUN 2009 1. Realisasi Pertumbuhan Tahun 2007

Stabilitas ekonomi makro yang merupakan prasyarat bagi per- tumbuhan ekonomi yang berkualitas dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat dapat terjaga pada tahun 2007. Upaya yang mensinergikan kebijakan fiskal, moneter, penguatan lembaga keuangan dan sektor riil telah mampu mendorong perekonomian nasional untuk dapat kembali tumbuh cukup tinggi. Pada tahun 2007 perekonomian nasional tumbuh sebesar 6,3 lebih tinggi dari tahun 2006 sebesar 5,, namun lebih rendah daripada target pemerintah yang ditetapkan dalam asumsi APBN 2007 sebesar 6,4, dan lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Tahun 2005-2009 sebesar 6,7. Dilihat dari pola distribusi penggunaan PDB Nasional, tampak bahwa konsumsi rumah tangga masih merupakan penyumbang terbesar. Tabel 1 memperlihatkan bahwa 63,5 Produk Domestik Bruto Nasional digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga; 8,3 untuk belanja pengeluaran pemerintah; 24,9 untuk pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik; 29,4 untuk ekspor; dan 25,3 untuk impor. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 didorong oleh : Konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,0; Konsumsi pengeluaran pemerintah tumbuh 3,9; Pemben-tukan Modal Tetap Bruto tumbuh 9,2; serta Ekspor dan Impor barang jasa masing-masing tumbuh 8,0 dan 8,9. Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh sektor transportasi dan komunikasi yang tumbuh 14,4; sektor industri pengolahan khususnya non migas yang tumbuh sebesar 5,2; sektor listrik, gas dan air bersih serta bangunan yang masing-masing tumbuh sebesar 10,4 dan 8,6. Kemudian disusul oleh sektor pertanian serta pertambangan dan penggalian yang masing-masing tumbuh sebesar 3,5 dan 2,0. Secara sektoral, tabel 2 menunjukkan bahwa kontribusi nilai tambah transportasi tahun 2007 sebagian besar 127,1 Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009 III-1