KEGIATAN SATUAN JUMLAH
Rp. Miliar
Jasa Konsultan Pengadaan Kereta yang didanai oleh Rupiah Murni
Paket 1 0,70 Kegiatan Penunjang
Tahun 1 0,58
Sumber : Ditjen Perkeretaapian, 2008
2. Program Peningkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Kereta Api, dengan kegiatan dan target fisik dalam
tabel V-3.
T
ABEL
V-3 P
ROGRAM
P
ENINGKATAN DAN
P
EMBANGUNAN
P
RASARANA DAN
S
ARANA
K
ERETA
A
PI KEGIATAN
SATUAN JUMLAH
Rp. Miliar Pembangunan Jalan KA
Km 80,96
873,21 Peningkatan Jalan KA
Km 326,64
747,83
Peningkatan Jembatan KA Bh
76
255,07
Peningkatan Sintelis Paket
28 584,22 Pembangunan Bangunan Operasional
Paket 5 129,8
Pengadaan AlatFasilitas SaranaPrasarana
Paket 13 373,99
Jasa Konsultan Paket
10 108,87
Kegiatan Penunjang Tahun
1 8,11
Sumber : Ditjen Perkeretaapian, 2008
3. Program Rehabilitasi Prasarana dan Sarana KA, dengan kegiatan dan target fisik dalam tabel V-4.
T
ABEL
V-4 P
ROGRAM
R
EHABILITASI
P
RASARANA DAN
S
ARANA
KA
KEGIATAN SATUAN
JUMLAH Rp. Miliar
Perkuatan Badan Jalan Akibat Longsoran dan Amblesan
Msp 1900 7,69
Perkuatan Tubuh Baan dan Penataan LerengDrainase
Paket 2 16,20
Perbaikan Badan Jalan KA daerah rawan longsor
Lokasi 4 2,50
Perbaikan Tubuh Baan dan Badan Jalan KA akibat Amblesan
Km 9,99 25,60
Sumber : Ditjen Perkeretaapian, 2008
4. Program Restrukturisasi dan Reformasi Kelembagaan Perkeretaapian, dengan kegiatan dan target fisik dalam tabel
V-5.
T
ABEL
V-5 P
ROGRAM
R
ESTRUKTURISASI DAN
R
EFORMASI
K
ELEMBAGAAN
P
ERKERETAAPIAN KEGIATAN
SATUAN JUMLAH
Rp. Miliar STD dan Studi Kebijakan
Laporan 58
42,31 Kegiatan Penunjang
Tahun 1
6,61
Sumber : Ditjen Perkeretaapian, 2008
Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009
V-6
5. Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik, dengan kegiatan dalam tabel V-6.
T
ABEL
V-6 P
ROGRAM
P
ENERAPAN
K
EPEMERINTAHAN
Y
ANG
B
AIK KEGIATAN
SATUAN JUMLAH
Rp. Milyar Pemenuhan Kebutuhan Belanja
Pegawai, Barang dan Operasional Lainnya untuk Penyelenggaraan
Kepemerintahan Paket 1
54,75
Sumber : Ditjen Perkeretaapian, 2008
Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009
V-7
BAB VI PEMBANGUNAN TRANSPORTASI LAUT
A. KONDISI UMUM
Pada kurun waktu 2003-2007 kondisi permintaan jasa transportasi laut mengalami perubahan baik untuk angkutan
barang sebagian besar menggunakan kontainer maupun angkutan penumpang. Jumlah muatan angkutan laut barang
terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 5,5 pertahun.
Jika muatan pada tahun 2003 berjumlah 613,446 juta ton
maka pada tahun 2004 telah meningkat menjadi sebesar 652,645 juta ton yang terdiri dari 187,578 juta ton muatan
dalam negeri dan 465,067 juta ton muatan eksporimpor, sedangkan pada tahun 2005 jumlah muatan yang diangkut
sebesar 699,31 juta ton yang terdiri dari muatan dalam negeri 206,34 juta ton dan 492,97 juta ton muatan eksporimpor dan
pada tahun 2006 jumlah muatan yang diangkut sebesar 735,933 juta ton yang terdiri dari muatan dalam negeri 220,78
juta ton dan 515,153 juta ton muatan eksporimpor, pada tahun 2007 jumlah muatan yang diangkut sebesar 759,851 juta
ton yang terdiri dari muatan dalam negeri 227,955 juta ton dan 531,896 juta ton muatan eksporimpor.
Pangsa armada pelayaran nasional dalam mengangkut muatan dalam negeri pada tahun 2004 sebesar 53, pada tahun 2005
meningkat menjadi 55 , tahun 2006 meningkat menjadi 61 , tahun 2007 meningkat menjadi 65, sedangkan pangsa mu-
atan dalam negeri yang diangkut armada pelayaran asing pada tahun 2000 sebesar 47 dan pada tahun 2005 menurun
menjadi 45, pada tahun 2006 menurun menjadi 39 dan pada tahun 2007 menjadi 35.
Pangsa armada pelayaran nasional dalam mengangkut muatan eksporimpor pada tahun 2004 sebesar 4,60 dan pada tahun
2005 pangsanya meningkat menjadi sebesar 5 dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 6, tahun 2007 menjadi 6.
Sedangkan pangsa armada pelayaran asing pada tahun 2000 sebesar 95,40 dan pada tahun 2005 menurun menjadi 95,
pada tahun 2006 menurun menjadi 94, serta pada tahun 2007 tetap sebesar 94.
Jumlah ruas rute yang dilayani angkutan laut perintis, tahun 2004: 47 rute, tahun 2005: 48 rute, tahun 2006: 52 rute, tahun
2007: 53 rute dan tahun 2008: 56 rute.
Sehubungan dengan makin tajamnya persaingan antara moda transportasi laut dengan moda transportasi udara, mulai tahun
2004 sampai 2007 jumlah penumpang yang diangkut oleh kapal-kapal laut mengalami penurunan. Jika pada tahun 2004
Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009
VI-1
jumlah penumpang kapal mencapai 8,782 juta orang, maka
pada tahun 2005, 2006, 2007 berturut-turut mengalami penurunan menjadi 7,108 juta orang; 7,180 juta orang; 5,880
juta orang.
Sampai dengan tahun 2007 jumlah pelabuhan umum yang diselenggarakan secara komersial oleh PT. Pelindo I sd IV
adalah 111 pelabuhan 74 pelabuhan terbuka untuk perda- gangan luar negeri, jumlah pelabuhan yang diselenggarakan
oleh pemerintah berjumlah 614 pelabuhan 31 pelabuhan terbuka untuk perdagangan luar negeri, Jumlah Pelabuhan
KhususTerminal Khusus 450 unit, dan DUKSTerminal Untuk Kepentingan Sen-diri 712 unit.
Selama kurun waktu tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 telah terjadi 683 kasus kecelakaan kapal di laut, dimana 239
kasus diantaranya disebabkan oleh faktor manusia, 220 faktor alam, dan 224 kasus disebabkan faktor teknis.
Kondisi fasilitas penunjang keselamatan pelayaran sampai dengan tahun 2007
adalah 2.585 unit Sarana Bantu Navigasi, terdiri dari 274 unit menara suar, 1.564 unit rambu suar, 747 unit pelampung suar,
serta 148 unit sarana telekomunikasi pelayaran terdiri dari 33 SROP + GMDSS, 115 SROP + Mobile Service. Armada kapal
kenavigasian berjumlah 626 unit, terdiri dari 61 unit kapal kenavigasian, 416 unit kapal kesyahbandaran MI, sedangkan
armada kapal patroli Kelas I s.d Kelas V berjumlah 149 unit. Kondisi kualitas Fasilitas Penunjang Keselamatan Pelayaran
sampai dengan tahun 2007 dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Fasilitas sarana bantu navigasi pelayaran SBNP, tingkat kecukupan 58,60 ; keandalan 92,96;
2. Fasilitas sarana telekomunikasi pelayaran STP: tingkat kecukupan A1: 11,00; keandalan A1: 26,19;
tingkat kecukupan A2: 52,38; keandalan A2: 12,99; tingkat kecukupan A3: 92,31; keandalan A3: 92,31;
Keterangan: A1: Suatu area dengan cakupan dari suatu radio telepon
paling sedikit satu perangkat radio VHF SROP yang dapat memancarkan alert DSC secara terus menerus;
A2: Suatu area diluar area 1 dengan cakupan dari suatu radio telepon yang dilengkapi paling sedikit satu
perangkat radio MF Stasiun Radio Pantai yang dapat memancarkan alert DSC secara terus menerus;
A3: Suatu area yang tidak termasuk area A1 dan A2 dengan cakupan dari suatu Satelit Geostasionary INMARSAT
yang dapat memancarkan secara terus menerus. 3. Kapal navigasi berjumlah 61 unit dengan tingkat kecukupan
88,67 dan kondisi teknis di atas 80 sebanyak 19 kapal,
Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009
VI-2
dan kondisi lainnya 42 kapal, sedangkan kapal berumur kurang dari 10 tahun sebanyak 9 kapal, umur 10 – 19
tahun sebanyak 8 kapal, umur 20 – 29 tahun sebanyak 5 kapal, umur 30- 39 tahun sebanyak 20 kapal, dan 19 kapal
berumur diatas 40 tahun.
4. Fasilitas Pemanduan dan Penundaan terdiri dari Kapal Pandu sebanyak 84 unit milik swasta, kapal tunda seba-
nyak 100 unit milik swasta dan Tenaga Pandu sebanyak 12 orang PNS Ditjen Hubla.
5. Jumlah kapal KPLPGAMAT 149 unit, yang terdiri dari 136 unit berada di AdpelKanpel dan 13 unit berada di Armada
PLP dengan kondisi teknis berkisar antara 66,67; 6. Jumlah Kapal InspeksiKesyahbandaran sebanyak 416 unit,
dengan tingkat kecukupan 54,37.
B. SASARAN
Sasaran pembangunan transportasi laut tahun 2009 adalah : Meningkatnya aksesibilitas pelayanan transportasi laut yang
terjangkau melalui pembangunan sarana dan prasarana di daerah terpencil, pedalaman, perbatasan, pulau-pulau kecil dan
terluar dalam rangka mempertahankan kedaulatan NKRI dan mendukung peningkatan perkonomian daerah serta pemberian
subsidi keperintisan dan PSO.
C. STRATEGI
Pembangunan transportasi laut tahun 2009 dilaksanakan dengan strategi sebagai berikut :
1. Meningkatkan pelayanan transportasi laut nasional; 2. Meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penye-
lenggaraan transportasi laut; 3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia SDM.
D. PROGRAM PEMBANGUNAN
Program pembangunan transportasi laut tahun 2009 seperti terlihat pada tabel VI-1 bertujuan untuk mendukung
pengembangan transportasi laut yang lancar, terpadu, aman dan nyaman, sehingga mampu meningkatkan efisiensi
pergerakan orang dan barang, memperkecil kesenjangan pelayanan angkutan antar wilayah serta mendorong ekonomi
nasional, dengan biaya Rp.4.258 Triliun meliputi : 1. Program Pembangunan Prasarana Transportasi Laut;
2. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana
Transportasi Laut; 3. Program Restrukturisasi Kelembagaan dan Peraturan
Transportasi Laut;
Rencana Kerja Departemen Perhubungan Tahun 2009
VI-3