Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter

31 Dari beberapa hal di atas dapat peneliti simpulkan bahwa metode ilmiah scientific merupakan metode pembelajaran yang memberikan penanaman baru terhadap siswa dan untuk melatih kreativitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Tinjauan Mengenai Pembentukan Karakter

Dalam tinjauan mengenai pembentukan karakter akan dijelaskan tentang Pengertian karakter dan Pendidikan Karakter, Pengertian Karakter Tanggung Jawab, Tujuan Pembentukan Karakter, Jenis-jenis Pendidikan Karakter, dan Faktor-faktor Pembentukan Karakter.

a. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter

Karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukumkonstitusi, adat istiadat, dan estetika. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku karakter kepada warga sekolah yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil Tim Pendidikan Karakter. 2010: 11. 32 Karakter Bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, 2010 : 7 Pendidikan karakter rakyat menurut Bung Hatta, adalah: mandiri, tahu hak dan kewajiban, mau mengambil tanggung jawab Rikard Bagun.2002: xix. Bahwa strategi implementasi pendidikan karakter yang ditekankan adalah memotivasi guru dan pengembangan kultur sekolah menjadi daya efektivitas. Dalam keterkaitan ini, Zamroni 2011:175 menawarkan strategi implementasi pendidikan karakter, sbb.: 1 Tujuan, sasaran dan target yang akan dicapai harus jelas konkret. 2 Pendidikan karakter akan lebih efektif dan efesien kalau dikerjakan tidak hanya oleh sekolah, melainkan harus ada kerjasama antara sekolah dengan orang tua siswa. 3 Menyadarkan pada semua guru akan peran yang penting dan bertanggung jawab dalam keberhasilan melaksanakan dan mencapai tujuan pendidikan karakter. 33 4 Kesadaran guru akan perlunya “hiden curriculum” sebagai instrument yang amat penting dalam pengembangan karakter peserta didik. 5 Dalam melakukan pembelajaran guru harus menekankan pada daya kritis dan kreatif peserta didik, kemampuan bekerja sama, dan ketrampilan mengambil keputusan. 6 Kultur sekolah harus dimanfaatkan dalam pengembangan karakter peserta didik. 7 Pada hakekatnya salah satu fase pendidikan karakter adalah merupakan proses pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Kultur sekolah yang kondusif bagi pengembangan karakter perlu diciptakan. Kultur sekolah adalah norma-norma, nilai- nilai, keyakinan, sikap, harapan-harapan, dan tradisi yang ada di sekolah dan telah diwariskan antar generasi, dipegang bersama yang mempengaruhi pola pikir, sikap dan pola tindakan seluruh warga. Pembelajaran yang baik hanya dapat berlangsung pada sekolah yang memiliki kultur positif. Suatu kultur sekolah yang sehat akan berdampak kesuksesan siswa dan guru dibandingkan dengan dampak bentuk reformasi pendidikan yang lain Zamroni, 2009. Menurut Sardiman dkk, 2010: 2 pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Sedangkan menurut Suyanto 2010, karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi cirri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia 34 buat. Sementara, pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan cognitive, perasaan feeling, dan tindakan action. Tanpa ketiga aspek ini maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, lanjut Suyanto, seorang anak akan cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena sesorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Sedangkan Menurut Udin S. Winaputra bahwa kita harus meyakini seluruh komponen bangsa pembangunan budaya dan karakter bangsa itu merupakan hal yang sangat penting. Bung Karno berpesan kepada bangsa Indonesia, bahwa tugas berat untuk mengisi kemerdekaan adalah membangun karakter bangsa. Ir Soekrno menyatakan dalam pidato politiknya menyebutkan kata-kata seperti yang terucap nation and character building. Beliau menyadari bahwa pembangunan karakter bangsa itu sebagai bagian dari komitmen kebangsaan dan amanat konstitusi yang secara tegas tersurat dalam Pembukaan UUD 1945 yang merupakan semangat dan simbolisasi sejarah panjang Indonesia, sejak sebelum tahun 1908, sampai Proklamasi 17 Agustus 1945 dengan nilai-nilai perjuangan yang 35 terkandung didalamnya. Oleh karena itu, tepat rumusan salah satu misi pembangunan nasional sebagaimana tercantum pada UU RI. No. 17 Tahun 2007 yakni, “terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi ipteks” Tim Pendidikan Karakter, 2010: 2 Menurut Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2010. Menyatakan di Indonesia akhir- akhir ini menjadi isu yang sangat hangat sejak Pendidikan Karakter dicanangkan. Tekad pemerintah untuk menjadikan pengembangan karakter dan budaya bangsa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional harus didukung secara serius. Tentunya, karakter bangsa hanya semata dapat dibentuk dari program pendidikanatau proses pembelajaran di dalam kelas. Akan tetapi, kalau memang pendidikan bermaksud serius untuk membentuk karakter generasi bangsa, ada banyak hal yang harus dilakukan, butuh penyadaran terhadap para pendidik dan pelaksana kebijakan pendidikan. Fatchul Mu’in, 2011: 323. 36 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, atau pendidikan akhlak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa memberikan keputusan baik-buruk, mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehri- hari. Pendidikan karakter suatu penanaman nilai-nilai perilaku karakter kepada keluarga, sekolah, dan masyarakat meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik tehadap Tuhan Yang maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun bangsa dan negara.

b. Pengertian Karakter Tanggung Jawab

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA SMK AL MUSYAFA’ KELAS X PADA MATA PELAJARAN MEMBUAT POLA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN DEMONSTRASI DENGAN CERAMAH DAN MPI

8 119 247

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB MELALUI METODE POINT SKORSING Penanaman Pendidikan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Melalui Metode Point Skorsing (studi kasus di SMK Negeri 8 Surakarta).

0 3 14

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB MELALUI METODE POINT SKORSING Penanaman Pendidikan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Melalui Metode Point Skorsing (studi kasus di SMK Negeri 8 Surakarta).

0 2 16

PERBEDAAN PENGETAHUAN PADA PENDIDIKAN KESEHATAN METODE CERAMAH DAN MEDIA LEAFLET Perbedaan Pengetahuan Pada Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah Dan Media Leaflet Dengan Metode Ceramah Dan Media Video Tentang Bahaya Merokok Di SMK Kasatrian Solo.

0 4 15

ANALISIS ISI BUKU MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN KURIKULUM 2013 DALAM PEMBENTUKAN Analisis Isi Buku Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Kurikulum 2013 Dalam Pembentukan Karakter Bangsa Pada Siswa SMP Kelas VI

0 2 17

ANALISIS ISI BUKU MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN KURIKULUM 2013 DALAM Analisis Isi Buku Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Kurikulum 2013 Dalam Pembentukan Karakter Bangsa Pada Siswa SMP Kelas VII.

0 3 24

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) PADA KELAS V SD N

0 1 16

Perbedaan Pengaruh Antara Metode Diskusi Simulasi Dan Metode Ceramah Terhadap Pengetahuan bab 1

0 1 7

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING GUNA PEMBENTUKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA SMK PERINDUSTRIAN YOGYAKARTA.

2 2 194

ID pengaruh penggunaan metode ceramah dan metode dialog terhadap hasil belajar sisw

0 0 6