PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL JURISPRUDENSIAL BERBASIS WISATA LAPANGAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BATANG
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL JURISPRUDENSIAL
BERBASIS WISATA LAPANGAN
PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BATANG
SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Nama : Heni Kurniawati
NIM : 2101409026
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(2)
SARI
Kurniawati, Heni. 2013. “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Batang.” Skripsi, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1: Dr. Ida Zulaeha, M.Hum. Pembimbing II: Santi Pratiwi Tri Utami, S.Pd., M.Pd.
Kata Kunci: keterampilan menulis laporan, model jurisprudensial, wisata lapangan
Keterampilan siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang dalam menulis laporan masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata sebelum pemberian tindakan, yaitu 59,18. Nilai rata-rata siswa yang masih di bawah KKM disebabkan kurangnya pengetahuan siswa dalam menulis laporan pengamatan. Selain itu, model yang digunakan guru selama pembelajaran adalah metode ceramah dari awal pelajaran hingga pelajaran berakhir. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk menggali kemampuannya dalam menulis. Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah (1) proses pembelajaran menulis laporan pengamatan selama menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan; (2) keterampilan menulis laporan pengamatan setelah menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan; dan (3) perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis lapaoran melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pembelajaran menulis laporan pengamatan selama menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, keterampilan menulis laporan pengamatan siswa setelah menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, dan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapanganpada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis laporan pengamatan siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang. Siswa kelas VIII B berjumlah 40 siswa yang terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Tiap siklus terdiri atas beberapa tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil kuantitatif. Hasil kuntitatif diperoleh dari tes keterampilan menulis laporan pengamatan siswa, sedangkan teknik nontes digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Teknik nontes diperoleh dengan panduan observasi, panduan wawancara, jurnal siswa dan jurnal guru, serta dokumentasi foto. Teknik analisis data penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif.
(3)
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan proses pembelajaran menulis laporan pengamatan selama menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Peningkatan proses tersebut dibuktikan dengan pembelajaran menulis laporan pengamatan yang makin lancar pada siklus II dan suasana kelas makin kondusif. Peningkatan pada hasil penelitian terdapat pada keterampilan menulis laporan pengamatan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang. Keterampilan menulis laporan pengamatan meningkat sebesar 12,62 atau sebanyak 18,73%. Peningkatan ini terlihat dari nilai rata-rata kelas pada siklus I sebasar 67,38 menjadi 80,00 pada siklus II. Selain kedua hal tersebut, peningkatan terjadi pada perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan. Siswa makin aktif dalam mengikuti pembelajaran karena pembelajaran lebih menarik sehingga perilaku negatif siswa pada siklus II lebih berkurang.
Berdasar hasil penelitian, peneliti menyampaikan saran kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya menggunakan model pembelajaran jurispridensial berbasis wisata lapangan pada kompetensi menulis laporan, khususnya laporan pengamatan untuk meningkatkan keterampilan menulis laporan pengamatan siswa. Penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan memudahkan siswa dalam menulis laporan pengamatan karena siswa dapat menuangkan ide dan gagasannya ke dalam sebuah tulisan berdasar pengamatan yang telah dilakukan secara langsung sehingga meningkatakan keterampilan menulis siswa dalam menulis laporan pengamatan.
(4)
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Melalui Model
Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5
Batang telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian
Skripsi.
Semarang, Juli 2013
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Ida Zulaeha, M.Hum. Santi Pratiwi Tri Utami, S.Pd., M.Pd. NIP 197001091994032001 NIP 198307212008122001
(5)
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang pada
hari : Jumat
tanggal : 26 Juli 2013
Panitia Ujian Skripsi
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. Suseno, S.Pd., M.A.
NIP 196008031989011001 NIP 197805142003121002
Penguji I,
Drs. Bambang Hartono, M.Hum. NIP 196510081993031002
Penguji II, Penguji III,
(6)
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian maupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasar kode etik ilmiah.
Semarang, Juli 2013
Heni Kurniawati NIM 2101409026
(7)
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
1. Hidup adalah perjuangan
2. Percaya dan yakin jika semua yang telah dan akan terjadi sudah ada yang
mengatur, hanya perlu bersabar dan berusaha. Ikhlas adalah kuncinya
3. Akar pohon pendidikan itu pahit, tetapi buahnya manis (Aristoteles)
4. Anda akan mengalami penderitaan-penderitaan berat ketika mendekati
tercapainya cita-cita (Panglima Sudirman)
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini dipersembahkan untuk
1. kedua orang tuaku tercinta, Ibu Yayat dan Bapak Ahmad Daliono serta Mbah
Putri yang kusayang, yang selalu memberiku semangat dalam menjalani
kehidupan;
2. kedua kakakku, Farida Ariani dan Arif Budiman;
3. Hernadi yang selalu memberiku motivasi;
4. Saudariku, Arina Hanani, Siwi Prasetyani, dan Eka Wati; dan
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Ilahi Robbi, Allah Swt. atas
limpahan rahmat dan hidayahnya-Nya, skripsi yang berjudul “Peningkatan
Keterampilan Menulis Laporan Menggunakan Model Jurisprudensial Berbasis
Wisata Lapangan pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Batang” dapat penulis
selesaikan dengan baik. Tersusunnya skripsi ini tidak semata-mata karena usaha
penulis saja, tetapi berkat dukungan dari berbagai pihak. Dengan ketulusan hati,
penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ida Zulaeha, M.Hum. sebagai
pembimbing I dan Santi Pratiwi Tri Utami, S.Pd., M.Pd. sebagai pembimbing II.
Tidak lupa, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada
1. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. yang telah memberikan izin kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini;
2. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang, Dr. Subyantoro, M.Hum. yang telah memberikan fasilitas administratif dan
motivasi dalam penulisan skripsi ini;
3. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing dalam perkuliahan sebagai bekal ilmu;
4. Kepala SMP Negeri 5 Batang, Achmad Suroso, S.Pd. dan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII, Sugeng, S.Pd. yang telah membantu
(9)
5. rekan-rekan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2009 yang saya sayangi; dan
6. semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat, khusunya untuk penulis dan untuk
pembaca pada umumnya, serta dapat memberi sumbangan pemikiran daam
kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan.
Semarang, Juli 2013
(10)
DAFTAR ISI
SARI ... ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
LEMBAR PENGESAHAN ... v
SURAT PERNYATAAN ... vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
PRAKATA .... ... ... viii
DAFTAR ISI .. ... x
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR BAGAN ... xviii
DAFTAR DIAGRAM ... xix
DAFTAR GAMBAR ... xx
DAFTAR LAMPIRAN ... ... xxii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Pembatasan Masalah ... 7
1.4 Rumusan Masalah ... 8
1.5 Tujuan Penelitian ... 8
1.6 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka 10 2.2 Landasan Teoretis ... 17
2.2.1 Hakikat Menulis ... 18
2.2.2 Pengertian Menulis ... 18
2.2.3 Tujuan Menulis ... 20
2.2.4 Manfaat Menulis ... 22
(11)
2.2.6 Aspek-Aspek yang Diukur dalam Keterampilan
Menulis Laporan ... 31
2.2.6.1 Judul ... 32
2.2.6.2 Isi Karangan ... 32
2.2.6.3 Kerangka Karangan ... 34
2.2.6.4 Keruntutan Pemaparan ... 35
2.2.6.5 Ejaan ... 35
2.2.6.6 Pilihan Kata atau Diksi ... 36
2.2.6.7 Kalimat Efektif ... 37
2.2.6.8 Kerapian ... 38
2.2.7 Hakikat Laporan ... 38
2.2.8 Pengertian Laporan ... 39
2.2.9 Bentuk Laporan ... 40
2.2.10 Langkah Penyusunan Laporan ... 43
2.2.11 Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 47
2.2.12 Hakikat Model Jurisprudensial ... 47
2.2.13 Tahapan-Tahapan Model Jurisprudensial ... 49
2.2.14 Sintakmatik Model Jurisprudensial ... 52
2.2.15 Sistem Sosial ... 53
2.2.16 Sistem Pendukung ... 53
2.2.17 Dampak Instruksional dan Pengiring ... 54
2.2.18 Wisata Lapangan ... 54
2.2.19 Aktivitas Penindak lanjut Wisata Lapangan ... 57
2.2.20 Langkah-Langkah Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 58
2.2.21 Penerapan Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan dalam Pembelajaran Menulis Laporan... 60
2.3 Kerangka Berpikir ... 64
(12)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ... 69
3.2 Proses Tindakan Siklus I ... 70
3.2.1 Tahap Perencanaan ... 70
3.2.2 Tindakan ... 71
3.2.3 Observasi ... 74
3.2.4 Refleksi ... 75
3.3 Proses Tindakan Siklus II ... 76
3.3.1 Perencanaan ... 76
3.3.2 Tindakan ... 76
3.3.3 Observasi ... 80
3.3.4 Refleksi ... 82
3.4 Subjek Penelitian ... 82
3.5 Variabel Penelitian ... 82
3.5.1 Variabel Keterampilan Menulis Laporan ... 83
3.5.2 Variabel Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 83
3.6 Instrumen Penelitian ... 85
3.6.1 Instrumen Tes ... 86
3.6.2 Instrumen Nontes ... 91
3.6.2.1 Panduan Observasi ... 91
3.6.2.2 Jurnal ... 91
3.6.2.3 Panduan Wawancara ... 92
3.6.2.4 Dokumentasi Foto ... 93
3.7 Teknis Pengumpulan Data ... 94
3.7.1 Teknis Tes ... 94
3.7.2 Teknik Nontes ... 95
3.7.2.1 Observasi ... 95
3.7.2.2 Jurnal ... 96
3.7.2.3 Panduan Wawancara ... 97
(13)
3.8 Teknik Analisis Data ... 98 3.8.1 Teknik Kuantitatif ... 98 3.8.2 Teknik Kualitatif ... 99
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 101 4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I ... 102 4.1.1.1 Proses Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan
Melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 102 4.1.1.2 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan
melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 113 4.1.1.2.1 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Karakteristik Judul ... 116 4.1.1.2.2 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Kesesuaian Isi Laporan ... 119 4.1.1.2.3 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Kerangka Laporan ... 122 4.1.1.2.4 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Keruntutan Pemaparan ... 125 4.1.1.2.5 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Ketepatan Ejaan ... 131 4.1.1.2.6 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Ketepatan Diksi ... 140 4.1.1.2.7 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Penggunaan Kalimat ... 146 4.1.1.2.8 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
(14)
4.1.1.3 Perubahan Perilaku Siswa dalam Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan melalui Model
Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 161
4.1.1.3.1 Hasil Observasi ... 161
4.1.1.3.2 Hasil Jurnal ... 175
4.1.1.3.2.1 Jurnal Siswa ... 176
4.1.1.3.2.2 Jurnal Guru ... 181
4.1.1.3.3 Hasil Wawancara ... 185
4.1.1.3.4 Dokumentasi Foto ... 188
4.1.1.4 Refleksi Siklus I ... 198
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II ... 200
4.1.2.1 Proses Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 201
4.1.2.2 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 214
4.1.2.2.1 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Karakteristik Judul ... 216
4.1.2.2.2 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kesesuaian Isi Laporan ... 218
4.1.2.2.3 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerangka Laporan ... 225
4.1.2.2.4 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Keruntutan Pemaparan ... 229
4.1.2.2.5 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Ejaan ... 237
4.1.2.2.6 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Diksi ... 240
4.1.2.2.7 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Penggunaan Kalimat ... 243
(15)
4.1.2.2.8 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Kerapian Tulisan ... 249
4.1.2.3 Perubahan Perilaku Siswa dalam Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 254
4.1.2.3.1 Hasil Observasi ... 254
4.1.2.3.2 Hasil Jurnal ... 269
4.1.2.3.2.1 Jurnal Siswa ... 269
4.1.2.3.2.2 Jurnal Guru ... 273
4.1.2.3.3 Hasil Wawancara ... 276
4.1.2.3.4 Dokumentasi Foto ... 280
4.1.2.4 Refleksi Siklus II ... 289
4.2 Pembahasan ... 291
4.2.1 Peningkatan Proses Pembelajaran Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 291
4.2.2 Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 294
4.2.3 Perubahan Perilaku Siswa setelah Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ... 302
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 316
5.2 Saran ... 318
DAFTAR PUSTAKA ... 320
(16)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sintakmatik Penerapan Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan dalam Pembelajara Menulis Laporan Pengamatan ... 60 Tabel 2 Penilaian Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan ... 86 Tabel 3 Rubik Penilaian Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan.. 87 Tabel 4 Kategori Penilaian ... 90 Tabel 5 Perolehan Nilai Tiap Aspek ... 90 Tabel 6 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan melalui Model
Jurispridensial Berbasis Wisata Lapangan Siklus I ... 113 Tabel 7 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Karakteristik Judul... 116 Tabel 8 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Kesesuaian Isi Laporan ... 119 Tabel 9 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerangka
Laporan ... 122 Tabel 10 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Keruntutan Pemaparan ... 126 Tabel 11 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan
Ejaan ... 132 Tabel 12 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan
Diksi ... 140 Tabel 13 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Penggunaan Kalimat ... 146 Tabel 14 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerapian
Tulisan ... 157 Tabel 15 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Tiap Aspek pada
(17)
Tabel 16 Hasil Tes Siklus II Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan ... 214 Tabel 17 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Karakteristik Judul ... 217 Tabel 18 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Kesesuaian Isi Laporan dengan Judul dan Objek Pengamatan... 219 Tabel 19 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerangka
Laporan ... 225 Tabel 20 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Keruntutan Pemaparan ... 229 Tabel 21 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan
Ejaan ... 237 Tabel 22 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan
Diksi ... 240 Tabel 23 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek
Penggunaan Kalimat ... 244 Tabel 24 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerapian
Tulisan ... 249 Tabel 25 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Tiap Aspek pada
Siklus II ... 253 Tabel 26 Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan pengamatan
Siklus I dan Siklus II ... 295 Tabel 27 Peningkatan Hasil Tes Keterampilan Menulis Laporan
Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata
Lapangan pada Siklus I dan Siklus II ... 296 Tabel 28 Persentase Kenaikan Perilaku Positif Siswa pada Siklus I ke
Siklus I ... 305 Tabel 29 Perubahan Perilaku Negatif Siswa dari Siklus I ke Siklus II.... 307
(18)
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Sintakmatik Model Jurisprudensial ... 52
Bagan 2 Dampak Instruksional dan Pengiring Model Jurisprudensial .... 54
(19)
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Persentase Ketercapaian Tiap Aspek pada Siklus I ... 161
Diagram 2 Hasil Observasi Siklus I ... 162
Diagram 3 Persentase Ketercapaian Tiap Aspek pada Siklus II ... 253
Diagram 4 Hasil Observasi Perilaku Siswa ... 255
Diagram 5 Peningkatan Nilai Rata-rata Awal, Siklus I, dan Siklus II .... 296
(20)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Desain Penelitian Tindakan Kelas ... 69
Gambar 2 Tahap Orientasi terhadap Kasus ... 105
Gambar 3
Aktivitas Siswa Mendiskusikan Data Hasil Pengamatan pada Tahap Identifikasi Isu atau Kasus ... 106Gambar 4 Aktivitas Menulis Laporan pada Tahap Eksplorasi Contoh dan Pola Argumentasi ... 106
Gambar 5 Aktivitas Siswa pada Tahap Menjernihkan dan Menguji Posisi ... 107
Gambar 6 Aktivitas Uji Laporan Pengamatan pada Tahap Mengetes Asumsi Faktual ... 109
Gambar 7 Aktivitas Siswa saat Merespon Pembelajaran ... 162
Gambar 8 Aktivitas Siswa saat Melakukan Kegiatan Diskusi ... 164
Gambar 9 Respon Siswa terhadap Model yang Digunakan Guru ... 167
Gambar 10 Aktivitas Siswa saat Bertanya dan Mengeluarkan Pendapat 172 Gambar 11 Aktivitas Siswa dalam Mengerjakan Tugas (Menulis Laporan Pengamatan ... 174
Gambar 12 Aktivitas Siswa saat Mendengarkan Penjelasan Guru ... 189
Gambar 13 Aktivitas Siswa saat Bertanya Kepada Guru ... 190
Gambar 14 Aktivitas Siswa saat Melakukan Pengamatan ... 191
Gambar 15 Aktivitas Siswa saat Mewawancarai Narasumber ... 193
Gambar 16 Aktivitas Siswa saat Mendiskusikan Laporan Pengamatan 194
Gambar 17 Aktivitas Siswa saat Presentasi Laporan Pengamatan ... 195
Gambar 18 Aktivitas saat Pengujian Laporan pengamatan oleh Guru .. 196
Gambar 19 Aktivitas saat Penyerahan Penghargaan oleh Guru ... 197
Gambar 20 Tahap Orientasi terhadap Kasus ... 204
Gambar 21 Aktivitas Siswa Mendiskusikan Data Hasil Pengamatan pada Tahap Identifikasi Isu atau Kasus ... 206
(21)
Gambar 23 Tahap Menjernihkan dan Menguji Posisi ... 210 Gambar 24 Tahap Mengetes Asumsi Faktual yang Melatarbelakangi
Posisi yang Diluluskannya ... 211 Gambar 25 Aktivitas Siswa saat Merespon Penjelasan Guru ... 257 Gambar 26 Aktivitas Siswa saat Kegiatan Diskusi ... 260 Gambar 27 Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran yang
Digunakan Guru ... 263 Gambar 28 Aktivitas Siswa saat Bertanya dan Mengeluarkan Pendapat 266 Gambar 29 Aktivitas Siswa dalam Mengerjakan Tugas (Menulis
Laporan Pengamatan ... 268 Gambar 30 Aktivitas Siswa saat Mendengarkan Penjelasan Guru ... 281 Gambar 31 Aktivitas Siswa saat Bertanya kepada Guru ... 282 Gambar 32 Aktivitas Siswa saat Mengamati Contoh Laporan
Pengamatan ... 283 Gambar 33 Aktivitas Siswa saat Melakukan Pengamatan ... 283 Gambar 34 Aktivitas Siswa saat Mewawancarai Narasumber ... 284 Gambar 35 Aktivitas Siswa saat Mendiskusikan Laporan Pengamatan 285 Gambar 36 Aktivitas Siswa saat Mempresentasikan Laporan
Pengamatan ... 286 Gambar 37 Aktivitas saat Pengujian Laporan Pengamatan oleh Guru .. 287 Gambar 38 Aktivitas saat Penyerahan Penghargaan ... 288
(22)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 323 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 336 Lampiran 3 Contoh Lembar Pengamatan ... 349 Lampiran 4 Contoh Kerangka Laporan ... 351 Lampiran 5 Contoh Laporan Pengamatan ... 352 Lampiran 6 Instrumen Tes Siklus I ... 353 Lampiran 7 Instrumen Tes Siklus II ... 354 Lampiran 8 Panduan Observasi ... 355 Lampiran 9 Jurnal Siswa ... 357 Lampiran 10 Jurnal Guru ... 358 Lampiran 11 Panduan Wawancara ... 359 Lampiran 12 Panduan Dokumentasi Foto Siklus I ... 360 Lampiran 13 Panduan Dokumentasi Foto Siklus II ... 361 Lampiran 14 Daftar Siswa ... 362 Lampiran 15 Daftar Nilai Siswa ... 363 Lampiran 16 Daftar Nilai Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan
Siklus I ... 365 Lampiran 17 Daftar Nilai Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan
Siklus II ... 368 Lampiran 18 Hasil Observasi Siklus I ... 371 Lampiran 19 Hasil Observasi Siklus II ... 374 Lampiran 20 Lembar Jurnal Siswa Siklus I ... 377 Lampiran 21 Lembar Jurnal Siswa Siklus II ... 382 Lampiran 22 Deskrispi Jurnal Guru Siklus I ... 387 Lampiran 23 Deskripsi Jurnal Guru Siklus II ... 391 Lampiran 24 Deskripsi Wawancara Siklus I ... 394 Lampiran 25 Deskripsi Wawancara Siklus II ... 402 Lampiran 26 Hasil Tes Siklus I ... 408
(23)
Lampiran 27 Hasil Tes Siklus II ... 412 Lampiran 28 Surat Keterangan Lulus UKDBI ... 415 Lampiran 29 Surat Izin Penelitian ... 416 Lampiran 30 Surat Keterangan Penelitian ... 417 Lampiran 31 Surat Keterangan Dosen Pembimbing (SK dosbing) ... 418 Lampiran 32 Form Laporan Selesai Bimbingan ... 419 Lampiran 33 Lembar Bimbingan ... 420
(24)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan merupakan sebuah tulisan eksposisi dengan bentuk penyajian
fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan. Laporan berisi fakta yang
disampaikan oleh pelapor berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan
kepada pelapor secara langsung dengan objek tertentu.Di dalam menulis laporan
perlu adanya keterampilan khusus, yaitu ketelitian dan kecermatan. Menulis
laporan secara teliti dan cermat biasanya hanya dapat dilakukan oleh orang yang
benar-benar telah terlatih dan telah terbiasa. Oleh karena itu, di dalam menulis
laporan perlu berlatih dengan rajin agar lebih terampil. Siswa akan dapat menulis
laporan dengan benar jika ia dapat menguasai masalah yang dibebankan
kepadanya.
Kompetensi dasar dikembangkan menjadi sebuahindikator yang harus
dicapai oleh siswa dalam menulis laporan. Indikator tersebut di antaranya adalah
mampu merangkai pokok-pokok laporan berdasarkan urutan waktu, ruang atau
tempat, serta topik dan mampu mengembangkan kerangka laporan ke dalam
beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Untuk
mencapai indikator tersebut, selain siswa harus dapat berlatih dengan keras, guru
juga berperan besar dalam membimbing penulisan laporan. Guru harus memiliki
model khusus dalam pembelajaran menulis laporan agar siswa dapat dengan
(25)
model yang digunakan oleh guru mempermudah siswa dalam pencapaian
indikator.
Berdasarkan hasil observasi, keterampilan menulis laporan pengamatan
pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang kurang memuaskan, yaitu hanya
mencapai nilai rata-rata kelas sebesar 59,18. Nilai rata-rata tersebut berada dalam
kategori kurang dan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar
70,00. Presentase ketercapaian KKM sebelum dilakukan tindakan sebesar 22,5%
dalam satu kelas. Artinya, persentase siswa yang telah mampu memenuhi KKM
sebesar 70,00 sebanyak 9 siswa, dengan 1 siswa berada dalam kategori sangat
baik dan 8 siswa berada dalam kategori baik. Rendahnya persentase ketercapaian
KKM pada kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menulis laporan.
Selain kurangnya pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menulis
laporan, rendahnya nilai tersebut disebabkan oleh pembelajaran yang diberikan
kurang mengaktifkan siswa. Selama ini, siswa tidak diberi kesempatan untuk
menggali potensi yang ada pada dirinya. Saat pembelajaran menulis laporan,
siswa tidak pernah mempraktikkan menulis laporan karena yang diberikan hanya
berupa teori dan penjelasan. Siswa tidak memiliki pengalaman dalam menulis
laporan. Oleh karena itu, siswa merasa bosan dengan pelajaran dan cenderung
tidak memperhatikan pelajaran dan lebih asyik bergelut dengan dunaianya, seperti
mengobrol, tidur, menulis hal-hal yang tidak berkaitan dengan pelajaran,
(26)
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, siswa tidak diberikan
kesempatan untuk aktif dengan alasan keadaan atau situasi tidak akan kondusif
ketika siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan kemampuannya. Pada
kenyataannya, kebebasan yang diberikan dapat menambah ide dan wawasan
siswa.Kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis laporan antara lain siswa
belum dapat menulis laporan secara sistematis sesuai dengan urutan waktu, ruang
atau tempat, dan topik, serta siswa belum dapat mengembangkan kerangka
laporan ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Agar siswa mampu mencapai standar ketuntasan, strategi khusus
dalam mengajar sangat diperlukan. Strategi yang dimaksud adalah model yang
dipakai dalam pembelajaran.
Salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
menulis laporan adalah menggunakan model jurisprudensial dan wisata lapangan.
Dengan model dan wisata lapangan, siswa diberikan kebebasan menuangkan ide
atau gagasannya terhadap suatu peristiwa untuk dituangkan ke dalam sebuah
tulisan yang bersumber dari apa yang mereka alami. Wisata lapangan merupakan
salah satu cara yang dapat membantu siswa menerapkan pengalaman dan
pembelajaran di kelas kepada dunia yang lebih besar dan lebih luas sehingga
siswa mampu mengenal dunia luar.
Dari berbagai hal di atas, alternatif yang digunakan untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis laporan adalah penerapan
model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Model jurisprudensial memiliki
(27)
terdapat tahapan di mana siswa harus berorientasi atau terlebih dahulu mengetahui
masalah yang akan mereka hadapi ketika melakukan pengamatan objek secara
langsung. Selain itu, model jurispruidensial dapat membuat siswa berpikir kritis
tentang masalah yang sedang mereka hadapi pada objek yang diamati dan
mengaitkan masalah tersebut dengan kondisi saat itu. Dengan menggunakan
model ini, siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengembangkan wawasan,
pengetahuan, dan pengalamannya dalam pembelajaran di kelas.
Siswa merupakan subjek utama dalam pembelajaran. Siswa dilatih untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaannya ke dalam bentuk tulisan. Pembelajaran
dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan melibatkan siswa secara
langsung dari awal hingga akhir pembelajaran, yakni sejak perencanaan
(penentuan topik), proses observasi atau pengamatan, diskusi, pemaparan atau
presentasi, dan evaluasi. Dengan demikian, siswa mengetahui
kesalahan-kesalahan yang terjadi atau kekurangan-kekurangan yang ada, serta membantu
siswa terampil dalam menulis laporan.
Penggunaan model ini dapat membantu siswa untuk berinteraksi dan
bersosialisasi dengan baik. Di dalam penggunaan model jurisprudensial, siswa
dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan jumlah siswa 5-6 siswa tiap
kelompoknya. Dalam satu kelompok, masing-masing siswa memiliki karakteristik
yang berbeda. Setelah setiap siswa mendapatkan kelompok, siswa diajak
mengamati objek pengamatan secara langsung kemudian menyiapkan dan
(28)
Penelitian tindakan kelas dengan pemberian model jurisprudensial berbasis
wisata lapangan sebagai alternatif pembelajaran dapat menarik, memotivasi, dan
mengenalkan serta menunjukkan bagaimana menulis laporan sesuai dengan
kriteria dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Dengan model tersebut,
diduga keterampilan menulis laporan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5
Batang dapat meningkat. Selain itu, penggunaan model jurisprudensial berbasis
wisata lapangan dapat mengubah siswa agar lebih antusias dalam mengikuti
pembelajaran menulis, khususnya menulis laporan.
1.2 Identifikasi Masalah
Salah satu kompetensi dasar yang terdapat pada kelas VIII SMP adalah
menulis laporan. Menulis laporan memiliki peran penting dalam pencapaian mutu
pendidikan sehingga siswa diharapkan mampu mencapai mutu pendidikan yang
lebih baik. Dengan demikian, siswa diharapkan menguasai hal-hal yang berkaitan
dengan menulis laporan.
Berdasarkan hasil observasi keterampilan siswa kelas VIII B SMP Negeri
5 Batang dalam menulis laporan masih kurang memuaskan meskipun berbagai
upaya telah dilakukan untuk mengajarkan keterampilan menulis laporan. Hal ini
dapat dilihat dari hasil observasi yang masih jauh dari harapan.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis laporan antara lain siswa belum
dapat menulis laporan secara sistematis dan siswa belum dapat mengembangkan
kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa
(29)
dalam menulis laporan adalah proses pembelajaran yang menjadikan siswa
sebagai objek sehingga siswa merasa tidak suka atau bosan dalam pembelajaran.
Pembelajaran pada kompetensi dasar menulis laporan, siswa hanya mendapatkan
teori menulis laporan, tetapi tidak diberi kesempatan untuk menulis laporan secara
benar.
Selain selain hal di atas, terdapat pula penyebab lain penghambat
pembelajaran, yaitu (1) siswa belum dapat membuat pendahuluan untuk
laporannya; (2) siswa belum dapat menggambarkan objek pengamatan secara
jelas; (3) siswa belum dapat membedakan jenis-jenis karangan; (4) siswa merasa
bosan dan jenuh dengan pelajaran Bahasa Indonesia, terutama menulis (5) siswa
belum mengerti bagaimana caranya menuangkan ide atau gagasan untuk
mendeskripsikan rangkaian pengamatan pada objek; dan (6) siswa kurang
memperhatikan pelajaran.
Dipilihya model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dalam
pembelajaran menulis laporan karena dengan model ini terlebih dahulu siswa
berorientasi mengetahui masalah yang akan mereka hadapi ketika melakukan
pengamatan objek secara langsung. Selain itu, model jurispruidensial dapat
membuat siswa berpikir kritis tentang masalah yang sedang mereka hadapi pada
objek yang diamati dan mengaitkan masalah tersebut dengan kondisi saat itu.
Dengan penggunaan model ini siswa mampu mengembangkan ide dan daya
kreasinya secara optimal. Di samping itu, pembelajaran akan berjalan aktif dan
(30)
Dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan proses yang sistematis agar
indikator yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Proses yang sitematis tersebut
tertuang dalam langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun sebelum proses
pembelajaran berlangsung. Hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan
langkah-langkah pembelajaran adalah kegiatan yang bersifat kreatif, inovatif,
terbuka, tidak membosankan, dan menumbuhkan tanggung jawab. Dalam proses
pembelajaran dimungkinkan adanya komunikasi dua arah, yaitu antara guru
dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan
di atas, banyak ditemukan masalah yang menghambat keterampilan menulis
siswa, khususnya keterampilan menulis laporan pada siswa kelas VIII B SMP
Negeri 5 Batang, yaitu siswa belum dapat menyusun kerangka laporan berdasar
data yang telah diperoleh dan mengembangkan kerangka laporan ke dalam
beberapa paragraf dengan bahasa yang baik dan benar. Karena adanya
keterbatasan pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada upaya
mengatasi kesulitan siswa dalam menyusun kerangka laporan berdasar data yang
diperoleh dan mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf
dengan bahasa yang baik dan benar. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti
menggunakan model jurisprudensial agar siswa dapat meningkatkan keterampilan
dalam menulis laporan dan siswa dapat lebih aktif di dalam kelas ketika
(31)
1.4 Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di
atas, permasalahan yang diteliti sebagai berikut.
1. Bagaimana proses pembelajaran menulis laporan pada siswa kelas VIII B
SMP Negeri 5 Batang selama menggunakan model jurisprudensial berbasis
wisata lapangan?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan menulis laporan siswa kelas VIII
SMP Negeri 5 Batang setelah mengikuti pembelajaran yang menggunakan
model jurisprudensial berbasis wisata lapangan?
3. Bagaimana perubahan perilaku siswa setelah pembelajaran menulis laporan
menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 5 Batang?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasar latar belakang dan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian sebagi berikut.
1. Mendeskripsikan proses pembelajaran dengan model jurisprudensial
berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang.
2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis laporan siswa kelas
VIII B SMP Negeri 5 Batang setelah menggunakan model jurisprudensial
(32)
3. Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran menulis
laporan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada
siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, siswa, sekolah, dan
peneliti. Manfaat bagi guru adalah mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis laporan melalui model
jurisprudensial berbasis wisata lapangan serta mampu melahirkan model
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan
terhadap isu-isu yang sedang dihadapi.
Manfaat bagi siswa adalah mengembangkan kreativitas dan kemandirian
siswa, membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu siswa dalam mengamati serta
memberikan pengalaman dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
siswa dalam menulis laporan pengamatan.
Manfaat bagi sekolah adalah memberikan kontribusi positif bagi sekolah
dalam mengembangkan model pembelajaran, sedangkan manfaat bagi peneliti
adalah menambah wawasan dalam menulis laporan melalui model jurisprudensial
(33)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian tindakan kelas yang berhubungan dengan menulis laporan
antara lain dilakukan oleh Ervin Novianto (2006), Rizka Kusuma Wardani (2008),
Rudi Roose, Andre Mottart, Nele Dejonckheere, Carol Van Nijnatten, Maria De
Bie (2009), Susan Kay Davidson, Cynthia Passmore, David Anderson (2009),
John C O’Grady (2009), Dwi Santi (2009), Umi Kholifah (2010), Dyah Sofafia
(2010) dan Stewart Marshall (2011).
Novianto (2006) dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan
Keterampilan Menulis Laporan dengan Pendekatan Kontekstual Komponen
Pemodelan pada Kelas VIII B SMP Nusantara 1 Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan” menunjukkan bahwa penelitian menulis laporan dengan
menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan mampu
meningkatkan keterampilan menulis laporan. Penelitian tersebut menggunakan
metode penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Berdasarkan penelitian
tersebut, keterampilan menulis laporan siswa dari prasiklus, siklus 1 sampai siklus
II mengalami peningkatan. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata menulis
laporan sebesar 50,02. Pada siklus I terjadi peningkatan 19,68% dari hasil tes
prasiklus, dengan nilai rata-rata 60,08 dan pada siklus II mengalami peningkatan
(34)
44,74%. Peningkatan keterampilan menulis laporan siswa juga diikuti dengan
perubahan perilaku negatif menjadi perilaku positif. Pada siklus II siswa makin
antusias dalam mengikuti pembelajaran karena siswa merasa senang mengikuti
pembelajaran menulis laporan dengan pendekatan kontekstual komponen
pemodelan yang diterapkan guru.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Novianto dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis adalah mengkaji tentang menulis laporan. Sementara
itu, perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Novianto dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis terletak pada pemberian tindakan. Novianto
menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, sedangkan penulis
menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
Wardani (2008) dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan
Keterampilan Menulis Laporan Perjalanan dengan Menggunakan Metode 5W+1H
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VIIID MTs Al-Asror
Patemon Gunung Pati” menunjukkan bahwa metode 5W+1H dapat meningkatkan
keterampilan menulis laporan. Penelitian tersebut menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas. Penelitian tersebut dilakukan dengan dua siklus. Sebelum
tindakan dilakukan, nilai rata-rata menulis laporan perjalanan sebesar 55,4. Pada
siklus I nilai rata-rata 65,1 dan pada siklus II mengalami peningkatan dengan
nilai rata-rata kelas sebesar 77,9. Jadi, peningkatan keseluruhan dari nilai
prasiklus sampai siklus II sebesar 40,70%. Perilaku siswa dapat berubah setelah
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode tersebut. Perilaku siswa
(35)
dan tugas yang diberikan oleh guru berubah menjadi senang, aktif, dan serius
terhadap materi atau pun tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu, dengan
menggunakan metode 5W+1H, siswa terlihat antusias dan menikmati proses
pembelajaran sehingga kelas terlihat hidup dan tugas-tugas yang diberikan dapat
diselesaikan dengan baik.
Persamaan dalam penelitian ini adalah menulis laporan, sedangkan yang
membedakan adalah tindakan yang digunakan dalam pengajaran. Wardani
menggunakan metode 5W+1H, sedangkan penulismenggunakan model
jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
Roose, dkk. (2009) dalam artikel yang berjudul Participatory Social Work
and Report Writing berhubungan dengan bagaimana paradigma partisipatif
muncul ke permukaan dalam praktik penulisan laporan bagi anak-anak setelah
mereka melihat dan bekerja. Hasilnya, pendekatan perspektif lebih mendukung
dalam pembelajaran menulis laporan dibandingkan dengan pendekatan
partisipatif.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Roose, dkk.dengan penulis
terletak pada fokus penelitian, yaitu sama-sama mengkaji tentang menulis laporan.
Perbedaan penelitian yang dilakukan Roose, dkk dengan peneliti terletak pada
tindakan yang diberikan. Roose, dkk menggunakan metode pendekatan perspektif,
sedangkan penulis menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
Selain Roose, dkk.,Davidson, dkk. (2009) dalam artikel penelitian yang
(36)
dengan penggunaan teknik pengamatan dan interaksi langsung. Dalam penelitian
tersebut, terdapat perubahan siswa kearah yang lebih baik. Praktik pedagogis guru
kelas dan agenda pembelajaran yang mereka pegang untuk siswa mereka,
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran siswa dan persepsi dari
pengalaman.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Davidson, dkk. dengan
penelitian yang dilakukan penulis terletak pada fokus penelitian, yaitu sama-sama
mengkaji menulis laporan. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Davidson,
dkk. dengan penulis terletak pada tindakan yang diberikan terhadap siswa.
Davidson, dkk. menggunakan metode langsung, sedangkan penulis menggunkan
model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
Grady (2009) dalam artikel penelitiannya yang berjudul Report Writing for
the Criminal Court dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa tugas utama dalam
pengadilan pidana adalah menerjemahkan temuan kejiwaan ke dalam bahasa.
Pengadilan dapat memahami dan menerjemahkan bahasa medis untuk hukum.
Ketika penulis laporan menerima mandat untuk menulis laporan kasus yang
tengah dihadapi, ia harus memberikan informasi yang cukup kepada pengadilan
tentang waktu kejadian dan lain-lain agar laporan tersebut dapat berfungsi secara
efisien di pengadilan. Selain itu, kompetensi yang dimiliki seorang penulis harus
benar-benar diawasi agar laporannya dapat dipertangungawabkan di depan
pengadilan. Tujuan utama penulisan laporan medis hukum di dalam hukum
(37)
tentang gangguan mental. Struktur laporan harus menetapkan tindakan yang
diambil untuk menghasilkan laporan dan fakta sebagai bahan pemikiran.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Grady terletak pada fokus
penelitian yaitu menulis laporan, sedangkan perbedaannya adalah Grady meneliti
penulisan laporan untuk digunakan dalam dunia hukum tetapi penulis meneliti
penulisan laporan yang digunakan di dalam dunia pendidikan. Selain itu,
perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Grady dan penulis terletak pada
tindakan yang dilakukan. Grady menggunakan tindakan study kejiwaan yang
dituangkan ke dalam bahasa, sedangkan penulis menggunakan tindakan dengan
model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
Penelitian tindakan kelas juga dilakukan oleh Santi (2009) dengan judul
penelitian “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Group Investigation pada Siswa Kelas VIII D SMP
Negeri 03 Purwodadi”. Dari data yang dikumpulkan pada penelitian tersebut,
dapat diketahui bahwa setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan dengan
pembelajaran kooperatif metode group investigation rata-rata nilai dalam menulis
laporan siswa kelas VIII D SMP Negeri 03 Purwodadi mengalami peningkatan
sebesar 20,39. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata klasikal menulis
laporan sebesar 65,6. Pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 13,24 dengan
rata-rata sebesar 78,8 dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 7,15
dengan rata-rata nilai sebesar 85,5. Peningkatan keterampilan menulis laporan
(38)
senang dan menikmati pembelajaran. Mereka makin aktif dan bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Santi dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis adalah menulis laporan. Sementara itu, perbedaan
penelitian yang dilakukan oleh Santi dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
terletak pada tindakan yang diberikan kepada siswa. Santi menggunakan model
pembelajaran kooperatif group investigation, sedangkan penulis menggunakan
model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Khalifah memiliki kesamaan fokus
penelitian, yaitu menulis laporan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani.
Penelitian yang dilakukan oleh Khalifah (2010) meneliti tentang menulis laporan
perjalanan dengan judul penelitian “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan
Perjalanan melalui Teknik Pelatihan Terbimbing dengan Media Foto Berangkai
pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 17 Semarang”. Hasil penelitian yang
dilakukan Khalifah menunjukkan peningkatan dari prasiklus hingga siklus II.
Nilai rata-rata kelas pada prasiklus adalah 58,22, siklus I sebesar 63,85, dan siklus
II sebesar 75,37. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
dari prasiklus ke siklus I sebesar 5,63 atau 9,67%, siklus I ke siklus II sebesar
11,52 atau 18,04%, sedangkan peningkatan dari prasiklus ke siklus II sebesar
17,15 atau 27,71%. Dengan demikian, dari penelitian yang dilakukan oleh
Khalifah dengan teknik pelatihan terbimbing menggunakan media foto berangkai
(39)
mengubah perilaku siswa kelas VIII A SMP Negeri 17 Semarang kearah yang
positif.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Khlaifah dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis adalah kompetensi menulis laporan. Perbedaan
terletak pada tindakan yang digunakan ketika menerapkan kompetensi menulis
laporan. Khalifah menggunakan teknik pelatihan terbimbing dengan media foto
berangkai. Sementara itu, penulis menggunakan model jurisprudensial berbasis
wisata lapangan.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Khalifah, Sofafia (2010)
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul penelitian “Peningkatan
Keterampilan Menulis Laporan Hasil Kegiatan melalui Metode Dispres pada
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Randudongkal”.Hasil penelitian tersebut
menunjukkan peningkatan pada keterampilan menulis laporan dengan
menggunakan metode dispres. Nilai rata-rata kelas pada prasiklus adalah 59,14,
sedangkan pada siklus I sebesar 67,59, dan pada siklus II menjadi 81,56. Hasil
tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari prasiklus ke siklus II sebesar
37,8%. Secara rinci, siklus II menjadi 81,30.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Sofafia dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis terletak pada kompetensi menulis laporan, sedangkan
perbedaannya terletak pada strategi pembelajaran yang digunakan. Sofafia
menggunakan metode dispres, sementara penulis menggunakan model
(40)
Marshall (2011) dalam artikel penelitiannya yang berjudul A Genre-Based
Approach to the Teaching of Report-Writing. Dalam penelitiannya, Marshall
menggunakan pendekatan genre-based dalam mengajarkan penulisan laporan
terhadap siswanya dan menunjukkan bagaimana sebuah genre digunakan untuk
umpan balik pada laporan tertulis yang telah dibuat dan diimplementasikan.
Marshall menjelaskan bahwa penulisan laporan sangat penting bagi siswa karena
dalam penulisan laporan tidak hanya sebagai sarana untuk mengekspresikan dan
menyajikan informasi secara efektif, tetapi juga untuk memfasilitasi
perkembangan pemikiran ilmiah. Hasilnya, dengan menggunakan pendekatan
tersebut siswa dapat menyajikan dan memberikan informasi secara tepat yang
dituangkan ke dalam laporannya.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Marshall dan penelitian yang
dilakukan oleh penulis terletak pada fokus penelitian, yaitu menulis laporan,
sedangkan perbedaannya terletak pada tindakan yang diberikan. Marshall
menggunakan pendekatan genre-based, sedangkan penulis menggunakan model
jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
2.2 Landasan Teoretis
Beberapa konsep yang mejadi landasan teoretis dalam penelitian ini adalah
mengenai hakikat menulis, menulis laporan, model jurisprudensial, wisata
lapangan, dan pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial
(41)
2.2.1 Hakikat Menulis
Hakikat menulis diuraikan menjadi beberapa bagian, yaitu pengertian,
tujuan, dan manfaat. Dalam subbab ini diuraikan tentang teori-teori tersebut.
2.2.2 Pengertian Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipakai untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif (Tarigan 1993:3).
Menyempurnakan pendapatnya terdahulu, Tarigan mengatakan bahwa menulis
ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga
orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Sependapat dengan Tarigan,
Lado (dalam Suriamiharja 1997:1) mengartikan bahwa menulis adalah
menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang
dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang
memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya.
Suriamiharja (1997:1) mengemukakan bahwa menulis adalah kegiatan
melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa
menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak
kepada orang lain secara tertulis. Menyempurnakan pendapatnya terdahulu,
(42)
penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang memunyai kesamaan
pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut.
Sementara itu, Akhadiah (1998:3) menyatakan bahwa menulis merupakan
suatu rangkaian kegiatan mulai dari menemukan gagasan sampai menghasilkan
tulisan. Kata menulis memunyai dua arti. Pertama, menulis berarti mengubah
bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat. Kedua, kata
menulis memunyai arti kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis (Wiyanto
2004:1).
Hakim (2005:15) berpendapat bahwa menulis pada hakikatnya adalah
upaya mengekspresikan apa yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke
dalam bahasa tulisan.Menulis menurut Nurudin (2007:4) adalah kegiatan yang
dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan. Tulisan adalah sesuatu yang
dihasilkan oleh seseorang akibat kegiatan proses kreatif penulisannya.
Menulis (writing) adalah bagian dari kegiatan yang sering kita lakukan
setiap hari. Selain itu, menulis adalah bagian dari kegiatan komunikasi yang
dilakukan menggunakan bahasa tulisan (writing), selain mendengar (listening),
membaca (reading), dan berbicara (speaking). Jadi, menulis adalah kegiatan
berkomunikasi dalam bahasa tulisan. Pesan yang disampaikan bisa berupa
informasi, gagasan, pemikiran, ajakan, dan sebagainya (Estiati 2008:33).
Menulis secara sederhana dapat diawali dengan melakukan: (1) melihat
langsung suatu peristiwa atau objek. Ide adalah kunci utama seseorang dapat
melakukan pekerjaan menulis. Ide akan muncul bila memiliki pengetahuan,
(43)
mudah untuk didapatkan; (2) mendiskusikan apa yang menarik dari yang dilihat,
atau menemukan informasi atau data dari buku; (3) menulis draf/membuat
kerangka tulisan; (4) menyampaikan kepada orang lain yang dipercaya mampu
membimbing dan mengarahkan; (5) menulis ulang dan memeriksa tanda baca
pada tahap akhir, bukan pada awal atau saat membuat drafkarena dapat
mengganggu kelancaran mengekspresikan gagasan, dan (6) mempublikasikan
tulisan, merancang desain penampilan (Suwarno 2011:106)
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkanmenulis merupakan suatu
penuangan ide atau gagasan, perasaan, pikiran ke dalam sebuah tulisan untuk
menyampaikan informasi yang ingin disampaikan dalam bentuk tertulis.
2.2.3 Tujuan Menulis
Setiap jenis tulisan memiliki berbagai tujuan yang berbeda. Dengan
keberbedaan tersebut maka penulis yang belum berpengalaman ada baiknya
memperhatikan kategori sebagai berikut: memberitahukan atau mengajar,
meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan,
mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api (Tarigan
1993:23).
Sehubungan dengan tujuan penulisan, Hugo Hartig (dalam Tarigan
1993:24) merangkum tujuan penulisan sebagai berikut; (1) assignment purpose
(tujuan penugasan), yaitu tujuan menulis karena ditugaskan, bukan karena
(44)
menolong para pembaca mamahami, menghargai perasaan penalarannya, ingin
membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan
karyanya itu, (3) persuasive purpose (tujuan persuasif) adalah tulisan yang
bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan, (4)
informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) adalah tulisan
yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para
pembaca, (5) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri), yaitu tulisan yang
bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para
pembaca, (6) creative purpose (tujuan kreatif). Tujuan ini erat hubungannya
dengan tujuan pernyataan diri. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai
artistik, nilai-nilai kesenian, dan (7) problem solving purpose (tujuan pemecahan
masalah). Dalam tulisan seperti ini, sang penulis ingin memecahkan masalah yang
dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta
meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat
dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Tujuan menulis menurut Suriamiharja (1997:2) adalah agar tulisan yang
ditulis dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang memunyai kesamaan
pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Dengan demikian, keterampilan
menulis menjadi salah satu cara berkomunikasi, karena dalam pengertian tersebut
muncul satu kesan adanya pengiriman dan penerimaan pesan. Sementara itu,
tujuan pembelajaran menulis laporan menurut Suyatno (2004:91) adalah agar
siswa dapat menulis laporan yang mereka lakukan melalui pengamatan,
(45)
Untuk dapat menguasai keterampilan menulis, ada tiga hal yang dilakukan,
yaitu adanya niat, bukan niat biasa melainkan niat yang kuat, banyak belajar dan
berlatih, dan terakhir tidak ragu-ragu dan malu untuk membaca tulisan yang sudah
ada (Wiyanto 2004:8).
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan menulis bertujuan untuk
menungkan ide, gagasan dan pengetahuan ke dalam bentuk tulisan agar dapat
dibaca oleh orang lain serta dapat memecahkan masalah yang tengah dihadapi
oleh penulis.
2.2.4 Manfaat Menulis
Bahasa tulis berbeda dengan bahasa lisan. Bahasa lisan merupakan bahasa
primer, sedangkan bahasa tulis adalah sekunder. Bahasa tulis dapat menembus
waktu dan ruang, tetapi bahasa lisan begitu diucapkan segera hilang tidak
berbekas. Bahasa tulis dapat disimpan lama dalam sampai waktu yang tidak
terbatas, karena itulah kita dapat memperoleh informasi dari masa lalu atau dari
tempat yang jauh melalui bahasa tulis, tetapi tidak melalui bahasa lisan (Chaer
1994:82).
Banyak keuntungan yang didapat dan diperoleh dari kegiatan menulis.
Menurut Akhadiah, dkk. (2003:1-2) ada delapan kegunaan menulis sebagai
berikut.
1) penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis,
(46)
topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir menggali
pengetahuan dan pengalamannya;
2) penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan
menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta
membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya;
3) penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi
sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas
wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan;
4) penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis
serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat
menjelaskan permasalahan yang semula masih samar;
5) penulis akan dapat meninjau serta manilai gagasannya sendiri secara lebih
objektif;
6) dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan
permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks
yang lebih konkret;
7) dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis
menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekadar menjadi
penyadap informasi dari orang lain, dan;
8) dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berpikir
serta berbahasa secara tertib dan teratur.
Adapun manfaat menulis laporan menurut Widyamartaya (2005:8), yaitu (1)
(47)
penyusunan laporan merupakan penciptaan dokumen yang dapat dijadikan bahan
studi, bahan perbandingan, bahan diskusi kemasyarakatan, dan sebagainya; (3)
penyampaian laporan merupakan pertanggungjawaban kepada atasan atau
organisasi, baik yang telah dilakukan, uang yang telah dibelanjakan, maupun
tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh pimpinan organisasi atau badan usaha.
JK. Rowling (dalam Nurudin 2007:20) memetik manfaat dari menulis
sebagai berikut.
1) sarana untuk mengungkapkan diri (a tool for self expression), yaitu dengan
menulis dapat mengungkapkan perasaan hati;
2) sarana untuk pemahaman (a tool for understanding). Jika seseorang membaca
buku, ibarat melekatkan pengetahuan dalam pikiran tetapi seseorang yang
membaca disertai menulis ia sedang mengikat kuat ilmu pengetahuan dalam
otaknya;
3) membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan diri ((a
tool to help developing personal satisfaction, pride, a feeling of self worth).
Dengan memiliki kemampuan menulis, akan menimbulkan perasaan bangga
terhadap diri sendiri karena tidak banyak orang yang memiliki kemampuan
menulis;
4) meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan (a tool for
increasing awareness and perception of environment). Orang yang menulis
dituntut untuk terus belajar. Dengan belajar, pengetahuan akan bertambah dan
(48)
inderawinya, tidak hanya peka terhadap persoalan sosial, tetapi juga sikap
peduli dengan orang lain yang menderita;
5) keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah (a
tool for active involvement, not passive acceptance) seorang penulis adalah
seorang pencipta. Dengan kata lain, penulis adalah manusia kreatif. Jika ada
sesuatu yang menuntut tidak baik, penulis akan terpanggil untuk
mengomentari lewat tulisan-tulisannya; dan
6) mengembangkan suatu pemahaman dan kemampuan tentang penggunaan
bahasa (a tool for developing an understanding of and ability to use the
language) seseorang menulis tidak asal tulis. Penulis harus memiliki alat,
yaitu bahasa. Seseorang yang ingin menulis harus menguasai bahasa yang
dijadikan alat untuk menulis. Dengan demikian, menulis tanpa memiliki
bahasa yang memadai adalah omong kosong.
Selain manfaat yang telah dipaparkan di atas, manfaat lain yang bisa
diperoleh dari aktivitas menulis, yaitu (1) menimbulkan rasa ingin tahu dan
melatih kepekaan; (2) mendorong untuk mencari referensi; (3) terlatih untuk
menyusun pemikiran dan argumen secara runtut, sistematis, dan logis; (4)
mengurangi tingkat ketegangan; (5) mendapatkan kepuasan batin karena
bermanfaat bagi orang lain (Komaidi 2007:12).
Penulisan laporan dalam bentuk apapun sangat berperan bagi kemajuan
dunia ilmu pengetahuan. Tidak banyak manfaat yang diperoleh dari penelitian jika
(49)
penelitian tersebut dituangkan ke dalam suatu laporan yang baik dan sistematis
(Kosasih 2010:106).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat kegiatan
menulis adalah dapat mengungkapkan perasaan, pengalaman diri, dan gagasan
terhadap sebuah tulisan dan dapat mengenali diri sendiri.
2.2.5 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan
Secara harfiah, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap
dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan, sedangkan kata keterampilan
memiliki pengertian kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Kata menulis berarti
melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Secara harfiah, laporan berarti
segala sesuatu yang dilaporkan, sedangkan pengamatan berarti perbuatan
mengamati dengan sungguh-sungguh. Jadi, keterampilan menulis laporan
pengamatan merupakan kecakapan dalam melahirkan pikiran atau perasaan ke
dalam tulisan setelah mengamati dengan sungguh-sungguh pada objek tertentu.
Laporan pengamatan merupakan salah satu jenis karangan eksposisi.
Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek
sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Wacana ini
digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek, misalnya
menjelaskan pengertian kebudayaan, komunikasi, perkembangan teknologi, dan
lain-lain kepada pembaca. Eksposisi juga menjadi alat untuk menjelaskan
(50)
seorang individu, atau situasi. Pada waktu memberikan penjelasan atau
pengarahan mengenai suatu hal, tindakan tertentu, atau membetasi pengertian
sebuah istilah sehingga biasanya digunakan eksposisi (Keraf 1995:8).
Bentuk wacana ini menyajikan penjelasan yang akurat dan padu mengenai
topik-topik yang rumit seperti struktur negara atau pemerintahan, struktur sebuah
jam tangan, atau teori mengenai timbulnya suatu penyakit. Eksposisi digunakan
untuk menjelaskan proses terjadinya sesuatu, beroperasinya sebuah mesin atau
peralatan, dan sebagainya. Penulis eksposisi tidak berusaha mempengaruhi atau
menggerakkan pembaca dan tidak berusaha memberi kesan, kecuali
menyampaikan pernyataan yang lengkap dan dapat dipercaya mengenai suatu
objek.
Secara singkat, eksposisi adalah bentuk wacana yang tujuan utamanya
adalah memberitahukan atau memberi informasi mengenai suatu objek tertentu.
Dengan informasi tadi, pengetahuan pembaca bertambah luas. Sebuah eksposisi
diwarnai oleh sifat topik yang digarap dan teknik penyajian yang digunakan.
Keterampilan penulis dalam memadukan kedua unsur itu dengan jalinan bahasa
yang baik dan lancar akan menandai kualitas eksposisi. Walaupun demikian,
sebuah tulisan yang paling umum digarap, eksposisi tetap mengandung tiga
bagian utama, yaitu pendahuluan, tbuh eksposisi, dan kesimpulan.
Bagian pendahuluan menyajikan latar belakang, alasan memilih topik itu,
pentingnya topik, luas lingkup, batasan pengertian topik, permasalahan dan tujuan
penulisan, kerangka acuan yang digunakan. Agar uraian mengenai tubuh atau isi
(51)
organisasi atau kerangka karangan terlebih dahulu. Berdasarkan organisasi tadi,
penulis kemudian menyajikan uraiannya mengenai tiap-tiap bagian secara
terpernci sehingga konsep atau gagasan yang ingin disampaikan kepaa pembaca
tampak jelas. Eksposisi dapat menggunakan bermacam-macam metode penyajian,
di antaranya dengan mengadakan analisis mengenai topik garapan (analisis
umum, analisis bagian, analisis fungsi, analisis proses, dan analisis kausal),
menyodorkan sebuah klasifikasi, memberi batasan tentang objek, mengadakan
perbandingan, menyajikan ilustrasi mengenai pokok bahasan sehingga gagasan
atau informasi yang disampaikan jelas bagi pembaca.
Dalam ruang lingkup metode-metode yang disajikan, penulis mengajukan
fakta-fakta untuk mengonkretkan informasi yang disampaikan itu. Kaitan antara
fakta dengan fakta harus dijalin agar kelihatan logis dan masuk akal. Pendapat dan
gagasan-gagasan yang disampaikan biasanya dijalin dalam alinea-alinea yang
padu dna kompak.
Setelah penyajian gagasan yang disajikan dengan fakta yang nyata yang
kemudian dianalisis, penulis menyajikan kesimpulan mengenai apa yang disajikan
dalam karangan ekposisi tersebut. Sesuai dengan sifat eksposisi, apa yang
disimpulkan tidak mengarah kepada usaha memengaruhi pembaca. Kesimpulan
yang diberikan hanya bersifat semacam pendapat atau kesimpulan yang dapat
diterima atau ditolak pembaca. Hal terpenting adalah penulis sudah menyajikan
informasi mengenai topik untuk memperluas wawasan atau pandangan pembaca
(52)
Dalam menulis laporan pengamatan diperlukan pengembangan gagasan.
Pengembangan gagasan inilah yang dapat menuangkan ide secara utuh dan padu
untuk disampaikan secara tertulis. Gagasan yang disampaikan secara tertulis
sebaiknya menggunakan bahasa yang baik dan benar agar terjalin hubungan yang
baik antara penuis dan pembaca.
Ide adalah sesuatu yang melintas dalam pikiran kita yang sifatnya masih
sangat umum. Bisa dalam bentuk sebuah pengalaman, kata, kalimat, gambar,
simbol, warna, isyarat, tanda, bisa saja nama orang, binatang, hewan, dan
tumbuhan. Dari hal-hal seperti itu muncullah sebuah gagasan. Secara sederhana,
gagasan adalah cikal bakal suatu kegiatan atau pekerjaan yang akan dilakukan.
Dalam bahasa psikologi, gagasan adalah suatu hal yang memotivasi kita untuk
melakukan sesuatu pernyataan, sikap, atau tindakan tertentu (Sumadiria 2004:26).
Menuangkan ide adalah memberi bentuk kepada segala sesuatu yang kita
pikirkan dan segala sesuatu yang kita rasakan, berupa rangkaian kata yang
tersusun dengan sebaik-baiknya sehingga ide tersebut dapat dipahami dan dipetik
manfaatnya dengan mudah oleh pembaca (Widyamartaya 1990:31).
Menuangkan ide secara tertulis dapat dianalogikan dengan merangkaikan
bunga atau bingkai kado untuk orang lain. Karangan bunga atau bingkisan kado
mewujudkan sesuatu yang jadi, utuh, atau lengkap. Demikian pula bila kita
“membingkiskan ide”, bingkisan ide tersebut harus merupakan suatu tulisan yang
jadi, utuh, dan lengkap. Dengan kata lain, untuk membuat suatu tulisan (karangan)
yang baik, segala ide harus dipadatkan menjadi satu kesatuan yang utuh dan
(53)
Penuangan dan pemaduan ide dalam kegiatan membutuhkan suatu
kemampuan seperti yang penulis sampaikan di atas. Kemampuan yang diperlukan
adalah kemampuan menyusun kerangka laporan berdasar data yang telah
diperoleh dan mengembangkan kerangka laporan tersebut menjadi beberapa
paragraf dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kerangka
laporan harus mampu mengungkapkan sebuah pikiran. Akan tetapi, kerangka
laporan saja belum dapat mewujudkan suatu tulisan yang jadi atau utuh. Oleh
karena itu, tiap kerangka laporan diuraikan menadi sebuah kalimat kemudian
kalimat-kalimat tersebut dirangkaikan dengan kalimat lain yang meluas,
menguraikan, dan menjelaskan ide yang terdapat pada sebuah kerangka laporan
ehingga tercipta satu pikiran yang lengkap. Bentuk seperti itulah yang disebut
dengan paragraf.
Suatu paragraf belum dapat dikatakan sebagai bentuk tulisan (karangan)
karena paragraf hanyalah bagian dari sebuah karangan. Oleh karena itu, dalam
menciptakan sebuah tulisan hendaknya mampu menciptakan paragraf lain dan
merangkaikannya secara harmonis sehingga menjadi suatu komponen yang saling
menunjang dan membentuk sebuah karangan yang diinginkan. Namun demikian,
kemampuan menyusun sebuah kerangka laporan berdasar data yang telah
diperoleh dan mengembangkan kerangka laporan tersebut ke dalam paragraf yang
utuh bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Kemampuan tersebut memerlukan
suatu pengetahuan yang memadai dan latihan yang cukup.
(54)
kerangka laporan tersebut menjadi paragraf yang utuh. Oleh karena itu, agar
kesulitan dapat diatasi perlu disajikan suatu cara yang mampu menuntun dan
mengarahkan siswa. Salah satu cara yang dimaksuda adalah dengan adanya wisata
lapangan.
Dengan berwisata lapangan, siswa akan dengan mudah mendapatkan ide
dan gagasan untuk selanjutnya dituangkan dalam sebuah tulisan. Wisata lapangan
membantu siswa mendapatkan ide karena dihadapkan pada sebuah objek yang
dirasa menarik untuk diamati. Pengalama yang diperolehnya selama berwisata
lapangan merupakan pengalaman nyata dan dihadapi pada saat itu sehingga siswa
mudah mengungkapkan gagasannya ke dalam sebuah karangan, yaitu laporan
pengamatan.
Dengan demikian, siswa dapat dengan mudah atau terampil dalam
membuat salah satu karangan eksposisi, yaitu laporan pengamatan karena siswa
terlibat secara langsung saat mengamati objek pengamatan. Keterampilan dalam
menulis laporan tentunya tidak secara langsung dapat diperoleh, tetapi secara
bertahap dan pembiasaan.
2.2.6 Aspek-Aspek yang Diukur dalam Keterampilan Menulis Laporan Komponen tulisan di antaranya judul, isi karangan, kerangka karangan,
keruntutan pemaparan, ejaan, pilihan kata atau diksi, kalimat efektif (Akhadiah,
(55)
2.2.6.1Judul
Judul merupakan nama, titel, atau semacam label untuk suatu karangan.
Dalam karangan fiktif, kerap kali judul karangan tidak menunjukkan topik,
sedangkan dalam karangan formal atau karangan ilmiah judul harus tepat
menunjukkan topiknya. Penentuan judul harus dipikirkan sungguh-sungguh
dengan mengingat beberapa persyaratan. Persyaratan judul yang baik di
antaranya; 1) harus sesuai dengan topik atau isi karangan beserta jangkauannya; 2)
judul dinyatakan dalam bentuk frase benda dan bukan kalimat; 3) judul karangan
singkat; dan 4) judul jelas dan tidak dinyatakan dalam kata kiasan atau tidak
mengandung kata yang menimbulkan arti ganda (Akhadiah, dkk. 2003:10).
2.2.6.2Isi Karangan
Karangan mungkin menyajikan fakta berupa benda, kejadian, gejala, atau
ciri sesuatu, pendapat atau sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan
sebagainya. Karya ilmiah membahas fakta meskipun untuk pembahasan itu
diperlukan teori atau pendapat. Hal-hal yang berhubungan dengan fakta, yaitu
generalisasi dan spesifikasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, hubungan
sebab akibat, dan analogi (Akhadiah 2003).
Sejumlah fakta atau gejala khusus yang diamati kemudian ditarik
kesimpulan umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati disebut
dengan generalisasi. Jadi, generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum
(56)
pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang atau dibuktikan dengan
fakta-fakta, contoh-contoh, data statistik, yang merupakan spesifikasi atau ciri
khusus sebagai penjelas lebih lanjut. Generalisasi mungkin mengemukakan fakta
atau pendapat. Generalisasi faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada
generalisasi pendapat atau penilaian. Fakta mudah diuji, dan dibuktikan
kebenarannya, sedangkan pendapat atau penilaian sulit dibuktikan dan diuji
kebenarannya.
Klasifikasi adalah pengelompokan fakta-fakta yang berdasar atas patokan
atau kriteria tertentu. Patokan tersebut haruslah merupakan ciri esensial yang ada
atau tidak ada pada fakta-fakta yang akan diklasifikasikan. Dalam pengembangan
karangan, klasifikasi dapat merupakan topik karangan atau paragraf, dapat pula
dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan urutan pembicaraan.
Selain generalisasi dan klasifikasi, dalam isi karangan terdapat pula
perbandingan dan pertentangan. Perbandaingan dan pertentangan sebenarnya
merupakan dua hal yang berbeda, tetapi erat hubungannya sehingga sering kali
dibahas bersama-sama. Keduanya sering kali terdapat dalam satu karangan.
Perbandingan adalah pernyataan mengenai persamaan dan kemiripan, sedangkan
pertentangan adalah pernyataan tentang perbedaan dan ketidakmiripan.
Hubungan sebab akibat merupakan hubungan ketergantungan antara dua
hal atau lebih. Artinya, suatu akibat hanya akan terjadi bila ada sebabnya. Dengan
kata lain, sebab selalu mendahului akibat. Karena itu, hubungan sebab akibat
menampakkan persamaan dengan urutan waktu atau kronologis, tetapi tidak
(57)
Hal lain yang mungkin terdapat dalam isi karangan adalah analogi. Pada
dasarnya analogi adalah perbandingan. Perbandingan mengenai
sekurang-kurangnya dua hal yang dibandingkan. Dari kedua hal yang berlainan itu dicari
persamaannya. Secara pintas, kesimpulan analogi menyerupai generalisasi karena
yang dipergunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan adalah gejala-gejala
khusus yang diamati. Akan tetapi, dalam generalisasi kesimpulan lebih bersifat
umum, lebih luas daripada yang dinyatakan dalam premis-premis, sedangkan pada
analogi kesimpulan bersifat khusus. Jadi, dalam proses analogi induktif dari
fakta-fakta yang dibandingkan langsung ditarik kesimpulan khusus.
2.2.6.3Kerangka Karangan
Penyusunan kerangka karangan merupakan satu cara untuk menyusun
suatu rangkaian yang jelas dan struktur yang teratur dari karangan yang akan
ditulis. Sebuah kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang
mengandung ketentuan-ketentuan bagaimana kita menyusun karangan itu.
Kerangka karangan juga menjamin penulis menyusun gagasan secara logis dan
teratur.
Penyusunan kerangka karangan sangat dianjurkan karena akan
menghindarkan penulis dari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu terjadi.
Kegunaan kerangka karangan di antaranya: 1) kerangka karangan dapat
membantu penulis menyusun karangan secara teratur, tidak membahas satu
(58)
memperlihatkan bagian pokok karangan serta memberi perluasan
bagian-bagian tersebut; dan 3) kerangka karangan memperlihatkan kepada penulis
bahan-bahan atau materi yang diperlukan dalam pembahasan (Akhadiah, dkk. 2003:25).
2.2.6.4 Keruntutan Pemaparan
Suatu karangan harus merupakan satu kesatuan yang berarti bahwa
karangan harus dikembangkan dalam urutan yang sistematis, jelas, dan tegas.
Dalam hal ini, urutan dapat disusun berdasarkan waktu dan ruang. Urutan
kronologis di dalam tulisan secara eksplisit dinyatakan dengan kata-kata atau
ungkapan-ungkapan seperti: sekarang, sebelum, sementara, sejak itu, selanjutnya,
mula-mula, pertama, kedua, akhirnya, dan lain-lain. Pengembangan tulisan
dengan urutan kronologis biasanya dipergunakan dalam memaparkan sejarah,
proses, asal-usul, dan riwayat hidup. Urutan waktu digunakan untuk menyatakan
tempat, atau hubungan dengan ruang. Dalam pemakaiannya, urutan ini sering
digabungkan dengan urutan waktu (Akhadiah, dkk. 2003:44-45).
2.2.6.5 Ejaan
Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis
yang distandardisasikan yang lazimnya mempunyai tiga aspek, yaitu fonologis
yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad,
aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis, dan
semantik yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca (Suriamiharja, dkk
(59)
Gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah atau
lebih cepat dipahami daripada secara tertulis. Hal ini disebabkan, dalam bahasa
lisan faktor gerak-gerik, mimik, intonasi, irama, jeda, serta unsur-unsur nonbahasa
lainnya ikut memperlancar. Unsur-unsur nonbahasa tersebut tidak terdapat di
dalam bahasa tulis. Ketiadaan itu menyulitkan komunikasi dan memberikan
peluang untuk kesalahpahaman. Ejaan berperan sampai batas-batas tertentu,
menggantikan beberapa unsur nonbahasa yang diperlukan untuk memperjelas
gagasan atau pesan (Akhadiah 2003:179). Ejaan mencakup pemakaian huruf,
pemakaia huruf kapital dan huruf miring, singkatan dan akronim, dan pemakaian
tanda baca (Waridah 2008).
2.2.6.6Pilihan Kata atau Diksi
Menulis harus menggunakan pilihan kata atau diksi yang tepat. Menurut
Keraf (2009:24) pilihan kata atau diksi dapat diturunkan ke dalam tiga
kesimpulan. Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana
yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang
tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua,
pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengans ituasi dan nilai rasa yang dimiliki
(60)
kata bahasa itu. Yang dimaksud dengan perbendaharaan kata atau kosa kata suatu
bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
2.2.6.7Kalimat Efektif
Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada
praktiknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik harus
memenuhi persyaratan gramatikal. Hal ini berarti kalimat itu harus disusun
berdasar kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah-kaidah tersebut meliputi
unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat, aturan-aturan tentang ejaan yang
disempurnakan, dan cara memilih kata dalam kalimat tersebut.
Kalimat yang benar dan jelas dengan mudah dipahami orang lain secara
tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif harus
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca seperti yang terdapat pada pikiran penulis dan
pembicara. Hal ini berarti kalimat efektif disusun secara sadar untuk mencapai
daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembaca. Pada umumnya, dalam
sebuah kalimat terdapat satu ide atau gagasan yang hendak disampaikan serta
komentar atau penjelasan mengenai ide tersebut (Akhadiah 2003:116).
Menurut Anggraini (dalam Purwandari 2012:65) penulisan kalimat yang
digunakan dalam bahasa tulis harus berupa ragam tulis baku. Kalimat ragam tulis
baku hendaknya berupa kalimat efektif, yaitu kalimat yang memenuhi kriteria
jelas, sesuai dengan kaidah, dan nyaman dibaca. Kalimat efektif adalah kalimat
(61)
tepat. Dengan kalimat efektif, komunikasi penulis dan pembaca atau pembicara
dan pendengar tidak akan menghadapi keraguan, salah komunikasi, salah
informasi, atau salah pengertian.
2.2.6.8 Kerapian
Tulisan ilmiah menyajikan ringkasan atau hal-hal yang menarik dari suatu
hasil kegiatan ilmiah. Tulisan ilmiah sering juga disebut sebagai makalah.
Makalah dapat menjadi artikel bila termuat dari majalah ilmiah, sebagai bahan
tulisan dari siaran radio atau televisi, bahan tertulis dalam sajian lisan pertemuan
ilmiah.
Tulisan ilmiah memunyai ciri khusus, yaitu isi penyajian berada dalam
kawasan ilmu, penulisan cermat, tepat, benar, rapi, menggunakan sistematika
yang umum dan jelas, dan bersifat objektif (Aqib 2003:20).
Dengan demikian, komponen yang digunakan dalam penulisan di
antaranya adalah judul, kerangka tulisan, keruntutan, kesesuaian isi, pilihan
kata/diksi, kalimat efektif, ejaan, dan kerapian.
2.2.7 Hakikat Laporan
Hakikat menulis laporan diuraikan menjadi beberapa bagian, yaitu
pengertian, bentuk, dan langkah penyusunan laporan. Dalam subbab ini diuraikan
(62)
2.2.8 Pengertian Laporan
Keraf (2004:324) menyatakan bahwa laporan adalah suatu cara
komunikasi penulis menyampaikan informasi kepada seseorang atau suatu badan
karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Dapat dikatakan pula bahwa
laporan merupakan suatu macam dokumen yang menyampaikan informasi
mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diselidiki, dalam bentuk
fakta-fakta yang diarahkan kepada pemikiran dan tindakan yang akan diambil.
Selain pendapat yang disampaikan oleh Keraf, pengertian laporan
disampaikan pula oleh Hasnun (2004:49). Hasnun menyatakan bahwa laporan
berasal dari bahasa Latin reportare, membawa kembali dokumen tertulis yang
disusun sebagai hasil dari prosedur untuk menjelaskan informasi. Pertelaan (daftar
perincian tentang suatu hal) formal tentang fakta, catatan atau hasil dari sesuatu
dengan cara sistematis. Laporan adalah segala sesuatu yang dilaporkan.
Pendapat lain mengenai laporan disampaikan oleh Widyamartaya (2005:7)
yang menyatakan bahwa penulisan laporan adalah penyampaian informasi yang
bersifat faktual tentang sesuatu dari satu pihak kepada pihak lain. Dengan kata
lain, penulisan laporan menyangkut tiga hal, yaitu (1) apa yang dilaporkan, (2)
siapa yang melaporkan, dan (3) kepada siapa laporan itu disampaikan.
Dari berbagai pengertian tentang laporan dapat disimpulkan bahwa laporan
merupakan suatu bentuk informasi yang disampaikan kepada orang lain atau suatu
instansi atau badan lain dalam bentuk tertulis dengan menggunakan sistematika
tertentu yang menguraikan atau membahas sebuah masalah yang dihadapi disertai
(63)
2.2.9 Bentuk Laporan
Menurut Hamilton (1995:47) mengetahui tipe laporan yang ditulis dengan
pengertian yang objektif. Ada tiga prinsip laporan, yaitu laporan data, laporan
analitis, dan laporan rekomendasi. Laporan data maksudnya adalah
memberitahukan informasi. Terdapat dua macam penggolongan laporan data
secara umum. Pertama adalah informatif yang menadakan bahwa informasi
mudah ditangkap maknanya. Kedua adalah laporan riset. Laporan ini melibatkan
penggalian fakta. Laporan analitik merupakan tipe laporan yang tidak hanya
memberikan informasi, tetapi juga menafsirkan data sebaik mungkin. Laporan
rekomendasi merupakan laporan yang difokuskan pada aksi. Sasaran dalam
penulisan laporan ini adalah memberi nasihat seseorang untuk berbuat sesuatu.
Bentuk laporan menurut Keraf (2004:327), Keraf berpendapat bahwa
laporan memiliki beberapa bentuk:
1) laporan berbentuk formulir isian, yaitu laporan yang bersifat rutin, dan
seringkali berbentuk angka-angka. Walaupun laporan berbentuk angka-angka
itu bukan merupakan tulisan, namun semua angka itu harus dilakukan dengan
secermat-cermatnya;
2) laporan berbentuk surat, yaitu laporan yang tidak jauh berbeda dengan surat
biasa, kecuali ada suatu subjek yang ingin disampaikan agar dapat diketahui
oleh penerima laporan. Bila penulis memutuskan untuk mempergunakan
bentuk surat bagi laporannya, maka nada dan pendekatan yang bersifat
(64)
laporan berbentuk surat dapat dipakai untuk menyampaikan segala macam
topik;
3) laporan berbentuk memorandum, laporan yang berbentuk memorandum
(saran, nota, catatan pendek) mirip dengan laporan berbentuk surat, namun
biasanya lebih singkat. Laporan berbentuk memorandum sering digunakan
untuk suatu laporan yang singkat dalam bagian-bagian suatu organisasi, atau
antara atasan dan bawahan dalam suatu hubungan kerja;
4) laporan perkembangan dan laporan keadaan. Laporan perkembangan pada
prinsipnya berbeda dari laporan keadaan. Laporan perkembangan adalah
suatu macam laporan yang bertujuan untuk menyampaikan perkembangan,
perubahan, atau tahap mana yang sudah dicapai dalam usaha untuk mencapai
tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Sebaliknya, laporan keadaan
mengandung konotasi bahwa tujuan dari laporan itu adalah menggambarkan
kondisi yang ada pada saat laporan itu dibuat. Laporan perkembangan lebih
menekankan apa yang sudah terjadi dari permulaan sampai saat laporan itu
dibuat, sedangkan laporan keadaan lebih menekankan kondisi yang ada
sebagai akibat dari kejadian-kejadian yang telah dicapai sampai saat laporan
itu dibuat;
5) laporan berkala atau laporan periodik. Laporan semacam ini dibuat dalam
jangka waktu tertentu;
6) laporan laboratoris, salah satu laporan laboratoris adalah menyampaikan hasil
(65)
seringkali laporan ini hanya memuat percobaan-percobaan yang telah
dilakukan;
7) laporan formal dan semiformal, laporan formal adalah laporan yang
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, misalnya harus ada halaman
judul, biasanya ada surat penyerahan, selalu memiliki sebuah daftar isi, ada
sebuah ikhtisar untuk mengawali laporan, ada pendahuluan, simpulan dan
saran diberi judul tersendiri, isi laporan terdiri atas judul-judul dengan tingkat
yang berbeda, nada yang digunakan adalah nada resmi, bila perlu laporan
disertai pula tabel-tabel dan angka-angka, baik yang terjalin dalam teks
laporan, ataupun lampiran, laporan formal biasanya didokumentasikan secara
khusus. Bila ada satu atau dua persyaratan tersebut tidak dipenuhi maka
laporan itu dinamakan laporan semiformal. Sebaliknya jika semua
persyaratan yang terdapat pada laporan formal tidak dipenuhi maka laporan
tersebut dinamakan laporan nonformal. Seperti tulisan-tulisan lain, laporan
harus disampaikan dengan bentuk dan struktur yang baik. Bentuk lebih
banyak dipertalikan dengan cara pengetikan dan penyusunan, sedangkan
struktur lebih dipertalikan dengan dengan organisasinya. Sistematika laporan
formal adalah 1) halaman judul; 2) surat penyerahan; 3) daftar isi; 4) ikhtisar
atau abstrak; 5) pendahuluan; 6) isi laporan; 7) kesimpulan; 8) saran; 9)
apendiks atau lampiran; 10) bibliografi atau daftar pustaka.
Sementara itu, penulisan laporan tidak resmi tidak memiliki sistematika
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)