Perubahan Perilaku Siswa Setelah Pembelajaran Menulis Laporan
Dari hasil observasi, dapat dilihat perubahan perilaku siswa dari siklus I ke siklus II. Panduan observasi yang digunakan pada siklus II sama dengan panduan
bservasi yang digunakan pada siklus I. Aspek-aspek dalam observasi meliputi aspek perilaku positif dan perilaku negatif. Aspek-aspek yang menunjukkan
perilaku positif, yaitu 1 siswa memperhatikan dan merespon dengan antusias bertanya, menanggapi, dan membuat catatan selama proses pembelajaran
berlangsung; 2 siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi kelompok; 3 siswa merespon positif terhadap proses pembelajaran menggunakan model
jurisprudensial berbasis wisata lapangan; 4 siswa aktif menjawab dan selalu bertanya apabila menemukan kesulitan; dan 5 siswa mengerjakan tugas menulis
laporan pengamatan dengan baik. Sementara itu, aspek-aspek yang menunjukkan perilaku negatif, yaitu 1
siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu bicara sendiri, mondar-mandir, tiduran, dan membuat catatan yang tidak
penting; 2 siswa kurang berpartisipasi atau pasif dalam kegiatan diskusi kelompok; 3 siswa merespons negatif mengabaikan pelajaran selama proses
pembelajaran; 4 siswa pasif dan malas untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan guru; dan 5 siswa tidak mengerjakan tugas dengan baik.
Berdasar observasi yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat diketahui perubahan perilaku siswa. Terjadi perubahan perilaku siswa yang
menunjukkan perilaku positif dan perilaku negatif. Perubahan perilaku tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 28 Persentase Kenaikan Perilaku Positif Siswa pada Siklus I ke Siklus II
No. Aspek
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
Perilaku Positif
1. Siswa
memperhatikan dan merespons dengan
antusias bertanya,
menanggapi, dan membuat catatan
80 95
15
2. Siswa
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
diskusi kelompok 87,5
97,5 10
3. Siswa
merespons positif senang terhadap
proses pembelajaran 82,5
97,5 15
4. Siswa
aktif menjawab dan selalu bertanya
apabila menemukan kesulitan 30
50 20
5. Siswa
mengerjakan tugas menulis laporan
dengan baik 97,5
100 2,5
Dari tabel tersebut dapat dilihat persentase perubahan perilaku siswa. Siswa memperhatikan penjelsan guru dan merespon dengan antusias bertanya,
menanggapi, dan membuat catatan dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 15 yang pada siklus I sebanyak 80 menjadi 95 pada
siklus II. Pada siklus II, siswa sudah merespon dengan baik pembelajaran yang dilaksanakan. Tanpa harus diperintah guru, siswa mengerti apa yang harus
dilakukan pada saat guru menjelskan materi pelajaran. Pada saat diskusi kelompok, siswa labih aktif dalam kelompoknya pada
siklus II. Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok mengalami peningkatan
sebanyak 10 yang pada siklus I sebesar 87,5 menjadi 97,5 pada siklus II. Kenaikan tersebut disebabkan oleh antusias siswa dalam mengikuti pelajaran pada
siklus II. Selama kegiatan pembelajaran siswa merespon positif atau sennag
terhadap proses pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perubahan perilaku siswa yang meningkat saat pembelajaran. Pada siklus I, siswa yang
merasa senang terhadap proses pembelajaran sebesar 83,5 meningkat sebesar 15 menjadi 97,5 pada siklus II. Hal tersebut disebabkan oleh antusias siswa
dalam mengikuti pelajaran karena model yang digunakan guru merupakan model yang baru bagi siswa sehingga siswa tidak merasa bosan di dalam kelas.
Ketika guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang dipelajari, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan meningkat pada siklus II.
Selain menjawab pertanyaan, siswa aktif dalam bertanya saat menemukan kesulitan dalam penulisan laporan pengamatan. Perubahan tersebut dibktikan
dengan meningkatnya presentase siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan bertanya saat mengalami kesulitan. Pada siklus I, aktivitas tersebut memiliki
presentase sebesar 30 mengalami peningkatan sebesar 20 menjadi 50 pada siklus II. Keberanian siswa makin bertambah dalam menjawab pertanyaan dan
dalam mengajukan pertanyaan. Aktivitas siswa yang memiliki persentase terbesar baik pada siklus I
maupun pada siklus II, yaitu siswa mengerjakan tugas menulis laporan pengamatan dengan baik. Pada aspek ini, persentase dari siklus I ke siklus II
mengalami kenaikan. Pada siklus I memiliki presentase sebesar 97,5 mengalami
peningkatan sebesar 2,5 menjadi 100 pada siklus II. Hal tersebut menandakan bahwa pada siklus II seluruh siswa kelas VIII B aktif dalam penulisan laporan
pengamatan.
Tabel 29 Perubahan Perilaku Negatif Siswa Siklus I ke Siklus II No
Perilaku Negatif
Siklus I
Siklus I
Peningkatan
1. Siswa
tidak memperhatikan
penjelasan guru dan melakukan
kegiatan yang tidak perlu bicara
sendiri, mondar‐mandir, tiduran,
dan membuat catatan yang tidak
penting 20
5 ‐15
2. Siswa
kurang berpartisipasi atau pasif
dalam kegiatan
diskusi kelompok
12,5 2,5
‐10
3. Siswa
merespons negatif
mengabaikan pelajaran selama
proses pembelajaran;
17,5 2,5
‐15
4. Siswa
pasif dan malas untuk bertanya
mengenai materi yang disampaikan
guru 70
50 ‐20
5. Siswa
tidak mengerjakan tugas dengan
baik. 2,5
‐2,5
Dari tabel 29 tersebut dapat dilihat perubahan perilaku negatif siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, siswa yang tidak memperhatikan penjelasan
guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu, seperti berbicara sendiri, mondar-
mandir, tiduran, dan membuat catatan yang tidak penting selama pembelajaran sebanyak 20 dan mengalami penurunan sebanyak 15 sehingga pada siklus II
menjadi 5. Hal tersebut disebabkan siswa yang antusias mengikuti pelajaran lebih banyak dibanding dengan siswa yang tidak antusias. Penggunaan model
baru oleh guru memacu semangat siswa mengikuti pelajaran khususnya menulis laporan pengamatan.
Siswa yang kurang berpartisipasi pada siklus I menunjukkan 12,5 dan mengalami penurunan sebanyak 10 sehingga menjadi 2,5 pada siklus II.
Penurunan tersebut disebabkan siswa merasa memiliki kewajiban untuk aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, baik saat melakukan pengamatan atau pun saat
diskusi kelompok di dalam kelas. Siswa yang mengabaikan pelajaran selama proses pembelajaran
mengalami penurunan yang signifikan. Pada siklus I, siswa yang mengabaikan pelajaran sebanyak 17,5, sedangkan pada siklus II sebanyak 2,5. Dari
perubahan tersebut terlihat penurunan yang signifikan sebanyak 15. Penurunan tersebut disebabkan semangat siswa agar dapat menulis laporan pengamatan lebih
baik daripada siklus sebelumnya. Perubahan persentase perilaku negatif siswa juga terjadi pada aspek
ketidakaktifan siswa dalam bertanya mengenai materi yang disampaikan oleh guru. Pada siklus I, aspek tersebut memiliki persentase sebanyak 70, sedangkan
pada siklus II menjadi 50. Hal tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan sebanyak 20. Adanya perubahan tersebut karena siswa sudah memiliki
keberanian untuk bertanya setelah mendapat motivasi dari guru dan siswa merasa perlu bertanya saat tidak memahami materi pelajaran.
Pada saat siswa mengerjakan tugas menulis laporan pengamatan dengan baik, perubahan persentase perilaku siswa terjadi secara segnifikan. Pada siklus I,
siswa yang tidak menulis laporan sebanyak 2,5, sedangkan pada siklus II seluruh siswa mengerjakan tugas dengan baik sehingga perilaku negatif siswa
mengalami penurunan sebanyak 2,5. Hal tersebut karena siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan baik pada siklus I menyadari kesalahannya
mengabaikan pelajaran menulis laporan pengamatan dan ia berusaha maksimal agar mengerjakan tugas dengan baik.
Penurunan perubahan perilaku negatif siswa dari siklus I ke siklus II terjadi secara signifikan. Hal yang menyebabkan penurunan perilaku negatif siswa
diantaraya adalah motivasi yang diberikan guru dan motivasi diri untuk dapat lebih baik dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan.
Hasil jurnal pada siklus I mengalami perubahan pada siklus II. Pada siklus I, siswa merasa senang setelah mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan
melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan yang dilakukan secara berkelompok dan secara langsung pada objek pengamatan karena siswa dapat
menambah wawasan dalam penulisan laporan pengamatan. Siswa dapat secara langsung mengamati objek sehingga memudahkannya dalam menulis laporan
pengamatan. Pada siklus II, beragam perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran mneulis
laporan pengamatan menggunkan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
Ada yang merasa senang, ada yang merasa bingung, ada yang kurang puas. Dari beberapa lebar jurnal yang telah diisi siswa, lebih banyak siswa yang merasa
senang dengan pembelajaran menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
Selain tentang perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan, di dalam jurnal siswa terdapat pertanyaan tentang kesulitan yang
dihadapi siswa saat pelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Sebagian besar siswa tidak mendapatkan
kesulitan dalam menghadapi pelajaran menulis laporan. Akan tetapi, beberapa siswa merasa kesulitan dalam menyusun kerangka laporan, penggunaan ejaan
yang tepat, dan cara mengamati, sedangkan pada siklus II, siswa merasa sulit dalam mencari tahu sejarah objek yang diamati. Misalnya, siswa merasa kesulitan
saat diminta melengkapi sejarah musala SMP Negeri 5 Batang. Siswa tidak mengetahui pendiri musala tersebut sehingga masih dibantu oleh guru untuk
menemukan jawaban tersebut. Tanggapan siswa tentang model pembelajaran yang digunakan guru pada
siklus I, yaitu model yang digunakan guru memudahkan siswa memahami pelajaran dan siswa merasa puas dengan model yang digunakan. Demikian pula
pada siklus II, siswa menanggapi positif dengan penggunaan model jurisprudnsial berbasis wisata lapangan karena siswa dapat mendapatkan pengetahuan yang lebih
dari model yang digunakan. Pada jurnal siswa, ditanyakan tentang pendapat siswa tentang cara mengajar
guru. Pada siklus I, siswa berpendapat bahwa cara mengajar guru sangat baik dan
mudah dipahami oleh siswa, sedangkan pada siklus II siswa berpendapat bahwa cara mengajar guru sudah baik, tetapi perlu mendapat perbaikan dalam volume
suara guru yang terlalu keras. Ketika siswa mengalami kesulitan, guru selalu membantunya untuk
memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Dengan pendekatan guru dan siswa, siswa merasa nyaman dengan guru karena di dalam memberikan pelajaran dan
menyampaikan materi, guru dapat menguasai situasi sehingga tidak tegang namun serius. Materi yang disampaikan dapat diserap oleh siswa.
Perubahan lain yang terjadi pada siklus I dan siklus II terdapat pada saran yang ditulis siswa. Saran yang ditulis siswa pada siklus I adalah siswa
mengharapkan penggunaan model yang sama dalam kompetensi yang berbeda agar siswa tidak merasa bosan di dalam kelas, sedangkan pada siklus II beberapa
siswa menyarankan agar pantang menyerah dalam menggapai hal yang diharapkan.
Perasaan siswa saat menentukan topik yang akan dijadikan objek pengamatan, siswa merasa senang dengan cara yang digunakan guru dalam
pemilihan topik. Pada siklus I dan siklus II, siswa yang mendapat nilai sangat baik dan baik merasa senang karena cara yang digunakan guru melatih siswa dalam
kecepatan mengacungkan tangan untuk adu cepat dalam memilih topik dan siswa merasa senang karena mendapatkan objek yang mereka inginkan sehingga siswa
dapat melengkapi data-data yang belum lengkap. Siswa yang mendapat nilai cukup dan kurang pada siklus I dan siklus II mengaku merasa senang pula dengan
penentuan objek yang dilakukan secara berkelompok meskipun tidak
mendapatkan objek yang diinginkan karena kalah cepat dalam mengacungkan tangan, tetapi siswa tetap melaksanakan tugasnya selama mengamati objek
pengamatan. Selain tentang perasaan siswa, dalam kegiatan wawancara yang dilakukan
dengan siswa, ditanyakan pula pendapat siswa saat melakukan pengamatan. siswa yang mendapat nilai sangat baik pada siklus I dan siklus II berpendapat bahwa
waktu yang digunakan kurang lama sehingga data yang diperoleh kurang maksimal dan siswa harus melakukan pengamatan sesuai dengan fakta-fakta yang
ada. Siswa yang mendapat nilai baik pada siklus I dan siklus II berpendapat objek yang diamatiny memiliki fasilitas yang kurang lengkap sehingga perlu adanya
perbaikan pada objek tersebut dan siswa tersebut berpendapat pula bahwa ia tidak mengetahui nama tumbuhan yang diamati sehingga hanya menulis nama
tumbuhan berdasar ciri-ciri yang dilihatnya. Siswa yang mendapat nilai cukup dan kurang pada siklus I dan siklus II merasa sangat bangga mengamati objek yang
diamati meskipun pada awalnya ia merasa bingung karena tiap anggota kelompok harus mengamati objek pengamatan sesuai dengan fakta yang ada.
Kesulitan siswa pada saat menulis laporan pengamatan siklus I dan siklus II memiliki kesulitan yang berbeda. Siswa yang mendapatkan nilai sangat baik
pada siklus I dan siklus II mendapat kesulitan yang sama, yaitu penggunaan ejaan yang tepat. Siswa yang mendapatkan nilai baik pada siklus I memiliki kesulitan
dalam menyusun kerangka laporan, sedangkan pada siklus II merasa kesulitan dalam menyusun kerangka laporan dan mengamati objek. Siswa yang mendapat
nilai cukup pada siklus I merasa kesulitan dalam mengembangkan kerangka
laporan menjadi isi laporan, sedangkan pada siklus II siswa yang mendapat nilai cukup merasa kesulitan dalam penggunaan ejaan dan penyusunan kerangka
laporan. Siswa yang memiliki nilai kurang pada siklus I merasa kesulitan dalam menggunakan ejaan yang tepat dan dalam menyusun kerangka laporan, sedangkan
pada siklus II siswa yang mendapat nilai kurang merasa kesulitan dalam pengamatan terhadap objek yang dilakukan. Perbedaan kesulitan yang terdapat
pada siklus I dan siklus II disebabkan oleh perbedaan siswa yang mendapat nilai sangat baik, baik, dan cukup pada siklus II dengan siklus II.
Setelah siswa mengikuti pembelajaran melalui model juripsrudensial berbasis wisata lapangan, siswa mendapatkan manfaat yang berbeda. Siswa yang
mendapat nilai sangat baik dan baik pada siklus I mendapatkan manfaat yang sama, yaitu dapat menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar meskipun
masih terdapat beberapa kekurangan, misalnya dalam penggunaan ejaan, sedangkan siswa yang mendapat nilai sangat baik pada siklus II mengaku bahwa
ia dapat menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar. Siswa yang mendapatkan nilai baik pada siklus II, mengaku bahwa ia mengatahui dan
mengerti banyak banyak hal yang sebelumnya tidak ia ketahui dan mendapatkan tambahna pengetahuan. Siswa yang mendapat nilai cukup dan kurang pada siklus
I merasa belum dapat menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar karena belum dapat menyusun kerangka lapoan dengan baik, tetapi kedua anak tersebut
mengaku bahwa penggunaan model tersebut membantunya dalam menulis laporan pengamatan meskipun belum mencapai hasil yang maksimal. Sedangkan pada
siklus II, siswa yang medapat nilai cukup mendapatkan manfaat, yaitu mengetahui
sejarah berdirinya sekolah tempatnya menimba ilmu, sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang mengaku menjadi bisa melakukan pengamatan pada objek
dengan baik. Dengan mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan, keempat
siswa pada siklus I dan siklus II mengaku sudah dapat menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar sesuai dengan aspek-aspek yang harus
diperhatikan dalam menulis laporan pengamatan meskipun masih kurang tepat dalam menggunakan ejaan.
Dokumentasi foto siklus I ke siklus II merupakan perbandingan dokumentasi aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II. Dokumentasi foto pada
siklus I memiliki perbedaan pada siklus II. Perbedaan tersebut terletak pada aktivitas siswa saat mengamati contoh laporan pengamatan. Pada siklus I, tidak
terdapat dokumentasi aktivitas siswa saat pembacaan contoh laporan karena pada siklus I siswa belum diberikan contoh laporan sehingga pada penulisan laporan
pengamatan siklus I siswa menulis laporan sesuai dengan kemampuan individu, sedangkan pada siklus II terdapat dokumentasi aktivitas siswa saat mengamati
contoh laporan. Pemberian contoh laporan pada siklus II sebagai usaha untuk memperbaiki laporan pengamatan pada siklus II.
Penjabaran tersebut menggambarkan keberhasilan penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada perubahan perilaku siswa selama
pembelajaran. Perilaku siswa selama pembelajaran menulis laporan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan memperlihatkan perilaku yang
positif. Model jurisprudensial dan wisata lapangan mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat atau menyimpang dari pembelajaran pembelajaran. Tahap
awal hingga akhir pembelajaran melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan diisi dengan kegiatan yang mengaktifkan siswa.
316