Perubahan Perilaku Siswa Setelah Pembelajaran Menulis Laporan

Dari hasil observasi, dapat dilihat perubahan perilaku siswa dari siklus I ke siklus II. Panduan observasi yang digunakan pada siklus II sama dengan panduan bservasi yang digunakan pada siklus I. Aspek-aspek dalam observasi meliputi aspek perilaku positif dan perilaku negatif. Aspek-aspek yang menunjukkan perilaku positif, yaitu 1 siswa memperhatikan dan merespon dengan antusias bertanya, menanggapi, dan membuat catatan selama proses pembelajaran berlangsung; 2 siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi kelompok; 3 siswa merespon positif terhadap proses pembelajaran menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan; 4 siswa aktif menjawab dan selalu bertanya apabila menemukan kesulitan; dan 5 siswa mengerjakan tugas menulis laporan pengamatan dengan baik. Sementara itu, aspek-aspek yang menunjukkan perilaku negatif, yaitu 1 siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu bicara sendiri, mondar-mandir, tiduran, dan membuat catatan yang tidak penting; 2 siswa kurang berpartisipasi atau pasif dalam kegiatan diskusi kelompok; 3 siswa merespons negatif mengabaikan pelajaran selama proses pembelajaran; 4 siswa pasif dan malas untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan guru; dan 5 siswa tidak mengerjakan tugas dengan baik. Berdasar observasi yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat diketahui perubahan perilaku siswa. Terjadi perubahan perilaku siswa yang menunjukkan perilaku positif dan perilaku negatif. Perubahan perilaku tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 28 Persentase Kenaikan Perilaku Positif Siswa pada Siklus I ke Siklus II No. Aspek Siklus I Siklus II Peningkatan Perilaku Positif 1. Siswa memperhatikan dan merespons dengan antusias bertanya, menanggapi, dan membuat catatan 80 95 15 2. Siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan diskusi kelompok 87,5 97,5 10 3. Siswa merespons positif senang terhadap proses pembelajaran 82,5 97,5 15 4. Siswa aktif menjawab dan selalu bertanya apabila menemukan kesulitan 30 50 20 5. Siswa mengerjakan tugas menulis laporan dengan baik 97,5 100 2,5 Dari tabel tersebut dapat dilihat persentase perubahan perilaku siswa. Siswa memperhatikan penjelsan guru dan merespon dengan antusias bertanya, menanggapi, dan membuat catatan dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 15 yang pada siklus I sebanyak 80 menjadi 95 pada siklus II. Pada siklus II, siswa sudah merespon dengan baik pembelajaran yang dilaksanakan. Tanpa harus diperintah guru, siswa mengerti apa yang harus dilakukan pada saat guru menjelskan materi pelajaran. Pada saat diskusi kelompok, siswa labih aktif dalam kelompoknya pada siklus II. Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok mengalami peningkatan sebanyak 10 yang pada siklus I sebesar 87,5 menjadi 97,5 pada siklus II. Kenaikan tersebut disebabkan oleh antusias siswa dalam mengikuti pelajaran pada siklus II. Selama kegiatan pembelajaran siswa merespon positif atau sennag terhadap proses pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perubahan perilaku siswa yang meningkat saat pembelajaran. Pada siklus I, siswa yang merasa senang terhadap proses pembelajaran sebesar 83,5 meningkat sebesar 15 menjadi 97,5 pada siklus II. Hal tersebut disebabkan oleh antusias siswa dalam mengikuti pelajaran karena model yang digunakan guru merupakan model yang baru bagi siswa sehingga siswa tidak merasa bosan di dalam kelas. Ketika guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang dipelajari, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan meningkat pada siklus II. Selain menjawab pertanyaan, siswa aktif dalam bertanya saat menemukan kesulitan dalam penulisan laporan pengamatan. Perubahan tersebut dibktikan dengan meningkatnya presentase siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan bertanya saat mengalami kesulitan. Pada siklus I, aktivitas tersebut memiliki presentase sebesar 30 mengalami peningkatan sebesar 20 menjadi 50 pada siklus II. Keberanian siswa makin bertambah dalam menjawab pertanyaan dan dalam mengajukan pertanyaan. Aktivitas siswa yang memiliki persentase terbesar baik pada siklus I maupun pada siklus II, yaitu siswa mengerjakan tugas menulis laporan pengamatan dengan baik. Pada aspek ini, persentase dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan. Pada siklus I memiliki presentase sebesar 97,5 mengalami peningkatan sebesar 2,5 menjadi 100 pada siklus II. Hal tersebut menandakan bahwa pada siklus II seluruh siswa kelas VIII B aktif dalam penulisan laporan pengamatan. Tabel 29 Perubahan Perilaku Negatif Siswa Siklus I ke Siklus II No Perilaku Negatif Siklus I Siklus I Peningkatan 1. Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu bicara sendiri, mondar‐mandir, tiduran, dan membuat catatan yang tidak penting 20 5 ‐15 2. Siswa kurang berpartisipasi atau pasif dalam kegiatan diskusi kelompok 12,5 2,5 ‐10 3. Siswa merespons negatif mengabaikan pelajaran selama proses pembelajaran; 17,5 2,5 ‐15 4. Siswa pasif dan malas untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan guru 70 50 ‐20 5. Siswa tidak mengerjakan tugas dengan baik. 2,5 ‐2,5 Dari tabel 29 tersebut dapat dilihat perubahan perilaku negatif siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu, seperti berbicara sendiri, mondar- mandir, tiduran, dan membuat catatan yang tidak penting selama pembelajaran sebanyak 20 dan mengalami penurunan sebanyak 15 sehingga pada siklus II menjadi 5. Hal tersebut disebabkan siswa yang antusias mengikuti pelajaran lebih banyak dibanding dengan siswa yang tidak antusias. Penggunaan model baru oleh guru memacu semangat siswa mengikuti pelajaran khususnya menulis laporan pengamatan. Siswa yang kurang berpartisipasi pada siklus I menunjukkan 12,5 dan mengalami penurunan sebanyak 10 sehingga menjadi 2,5 pada siklus II. Penurunan tersebut disebabkan siswa merasa memiliki kewajiban untuk aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, baik saat melakukan pengamatan atau pun saat diskusi kelompok di dalam kelas. Siswa yang mengabaikan pelajaran selama proses pembelajaran mengalami penurunan yang signifikan. Pada siklus I, siswa yang mengabaikan pelajaran sebanyak 17,5, sedangkan pada siklus II sebanyak 2,5. Dari perubahan tersebut terlihat penurunan yang signifikan sebanyak 15. Penurunan tersebut disebabkan semangat siswa agar dapat menulis laporan pengamatan lebih baik daripada siklus sebelumnya. Perubahan persentase perilaku negatif siswa juga terjadi pada aspek ketidakaktifan siswa dalam bertanya mengenai materi yang disampaikan oleh guru. Pada siklus I, aspek tersebut memiliki persentase sebanyak 70, sedangkan pada siklus II menjadi 50. Hal tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan sebanyak 20. Adanya perubahan tersebut karena siswa sudah memiliki keberanian untuk bertanya setelah mendapat motivasi dari guru dan siswa merasa perlu bertanya saat tidak memahami materi pelajaran. Pada saat siswa mengerjakan tugas menulis laporan pengamatan dengan baik, perubahan persentase perilaku siswa terjadi secara segnifikan. Pada siklus I, siswa yang tidak menulis laporan sebanyak 2,5, sedangkan pada siklus II seluruh siswa mengerjakan tugas dengan baik sehingga perilaku negatif siswa mengalami penurunan sebanyak 2,5. Hal tersebut karena siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan baik pada siklus I menyadari kesalahannya mengabaikan pelajaran menulis laporan pengamatan dan ia berusaha maksimal agar mengerjakan tugas dengan baik. Penurunan perubahan perilaku negatif siswa dari siklus I ke siklus II terjadi secara signifikan. Hal yang menyebabkan penurunan perilaku negatif siswa diantaraya adalah motivasi yang diberikan guru dan motivasi diri untuk dapat lebih baik dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan. Hasil jurnal pada siklus I mengalami perubahan pada siklus II. Pada siklus I, siswa merasa senang setelah mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan yang dilakukan secara berkelompok dan secara langsung pada objek pengamatan karena siswa dapat menambah wawasan dalam penulisan laporan pengamatan. Siswa dapat secara langsung mengamati objek sehingga memudahkannya dalam menulis laporan pengamatan. Pada siklus II, beragam perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran mneulis laporan pengamatan menggunkan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Ada yang merasa senang, ada yang merasa bingung, ada yang kurang puas. Dari beberapa lebar jurnal yang telah diisi siswa, lebih banyak siswa yang merasa senang dengan pembelajaran menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Selain tentang perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan, di dalam jurnal siswa terdapat pertanyaan tentang kesulitan yang dihadapi siswa saat pelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Sebagian besar siswa tidak mendapatkan kesulitan dalam menghadapi pelajaran menulis laporan. Akan tetapi, beberapa siswa merasa kesulitan dalam menyusun kerangka laporan, penggunaan ejaan yang tepat, dan cara mengamati, sedangkan pada siklus II, siswa merasa sulit dalam mencari tahu sejarah objek yang diamati. Misalnya, siswa merasa kesulitan saat diminta melengkapi sejarah musala SMP Negeri 5 Batang. Siswa tidak mengetahui pendiri musala tersebut sehingga masih dibantu oleh guru untuk menemukan jawaban tersebut. Tanggapan siswa tentang model pembelajaran yang digunakan guru pada siklus I, yaitu model yang digunakan guru memudahkan siswa memahami pelajaran dan siswa merasa puas dengan model yang digunakan. Demikian pula pada siklus II, siswa menanggapi positif dengan penggunaan model jurisprudnsial berbasis wisata lapangan karena siswa dapat mendapatkan pengetahuan yang lebih dari model yang digunakan. Pada jurnal siswa, ditanyakan tentang pendapat siswa tentang cara mengajar guru. Pada siklus I, siswa berpendapat bahwa cara mengajar guru sangat baik dan mudah dipahami oleh siswa, sedangkan pada siklus II siswa berpendapat bahwa cara mengajar guru sudah baik, tetapi perlu mendapat perbaikan dalam volume suara guru yang terlalu keras. Ketika siswa mengalami kesulitan, guru selalu membantunya untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Dengan pendekatan guru dan siswa, siswa merasa nyaman dengan guru karena di dalam memberikan pelajaran dan menyampaikan materi, guru dapat menguasai situasi sehingga tidak tegang namun serius. Materi yang disampaikan dapat diserap oleh siswa. Perubahan lain yang terjadi pada siklus I dan siklus II terdapat pada saran yang ditulis siswa. Saran yang ditulis siswa pada siklus I adalah siswa mengharapkan penggunaan model yang sama dalam kompetensi yang berbeda agar siswa tidak merasa bosan di dalam kelas, sedangkan pada siklus II beberapa siswa menyarankan agar pantang menyerah dalam menggapai hal yang diharapkan. Perasaan siswa saat menentukan topik yang akan dijadikan objek pengamatan, siswa merasa senang dengan cara yang digunakan guru dalam pemilihan topik. Pada siklus I dan siklus II, siswa yang mendapat nilai sangat baik dan baik merasa senang karena cara yang digunakan guru melatih siswa dalam kecepatan mengacungkan tangan untuk adu cepat dalam memilih topik dan siswa merasa senang karena mendapatkan objek yang mereka inginkan sehingga siswa dapat melengkapi data-data yang belum lengkap. Siswa yang mendapat nilai cukup dan kurang pada siklus I dan siklus II mengaku merasa senang pula dengan penentuan objek yang dilakukan secara berkelompok meskipun tidak mendapatkan objek yang diinginkan karena kalah cepat dalam mengacungkan tangan, tetapi siswa tetap melaksanakan tugasnya selama mengamati objek pengamatan. Selain tentang perasaan siswa, dalam kegiatan wawancara yang dilakukan dengan siswa, ditanyakan pula pendapat siswa saat melakukan pengamatan. siswa yang mendapat nilai sangat baik pada siklus I dan siklus II berpendapat bahwa waktu yang digunakan kurang lama sehingga data yang diperoleh kurang maksimal dan siswa harus melakukan pengamatan sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Siswa yang mendapat nilai baik pada siklus I dan siklus II berpendapat objek yang diamatiny memiliki fasilitas yang kurang lengkap sehingga perlu adanya perbaikan pada objek tersebut dan siswa tersebut berpendapat pula bahwa ia tidak mengetahui nama tumbuhan yang diamati sehingga hanya menulis nama tumbuhan berdasar ciri-ciri yang dilihatnya. Siswa yang mendapat nilai cukup dan kurang pada siklus I dan siklus II merasa sangat bangga mengamati objek yang diamati meskipun pada awalnya ia merasa bingung karena tiap anggota kelompok harus mengamati objek pengamatan sesuai dengan fakta yang ada. Kesulitan siswa pada saat menulis laporan pengamatan siklus I dan siklus II memiliki kesulitan yang berbeda. Siswa yang mendapatkan nilai sangat baik pada siklus I dan siklus II mendapat kesulitan yang sama, yaitu penggunaan ejaan yang tepat. Siswa yang mendapatkan nilai baik pada siklus I memiliki kesulitan dalam menyusun kerangka laporan, sedangkan pada siklus II merasa kesulitan dalam menyusun kerangka laporan dan mengamati objek. Siswa yang mendapat nilai cukup pada siklus I merasa kesulitan dalam mengembangkan kerangka laporan menjadi isi laporan, sedangkan pada siklus II siswa yang mendapat nilai cukup merasa kesulitan dalam penggunaan ejaan dan penyusunan kerangka laporan. Siswa yang memiliki nilai kurang pada siklus I merasa kesulitan dalam menggunakan ejaan yang tepat dan dalam menyusun kerangka laporan, sedangkan pada siklus II siswa yang mendapat nilai kurang merasa kesulitan dalam pengamatan terhadap objek yang dilakukan. Perbedaan kesulitan yang terdapat pada siklus I dan siklus II disebabkan oleh perbedaan siswa yang mendapat nilai sangat baik, baik, dan cukup pada siklus II dengan siklus II. Setelah siswa mengikuti pembelajaran melalui model juripsrudensial berbasis wisata lapangan, siswa mendapatkan manfaat yang berbeda. Siswa yang mendapat nilai sangat baik dan baik pada siklus I mendapatkan manfaat yang sama, yaitu dapat menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar meskipun masih terdapat beberapa kekurangan, misalnya dalam penggunaan ejaan, sedangkan siswa yang mendapat nilai sangat baik pada siklus II mengaku bahwa ia dapat menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar. Siswa yang mendapatkan nilai baik pada siklus II, mengaku bahwa ia mengatahui dan mengerti banyak banyak hal yang sebelumnya tidak ia ketahui dan mendapatkan tambahna pengetahuan. Siswa yang mendapat nilai cukup dan kurang pada siklus I merasa belum dapat menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar karena belum dapat menyusun kerangka lapoan dengan baik, tetapi kedua anak tersebut mengaku bahwa penggunaan model tersebut membantunya dalam menulis laporan pengamatan meskipun belum mencapai hasil yang maksimal. Sedangkan pada siklus II, siswa yang medapat nilai cukup mendapatkan manfaat, yaitu mengetahui sejarah berdirinya sekolah tempatnya menimba ilmu, sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang mengaku menjadi bisa melakukan pengamatan pada objek dengan baik. Dengan mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan, keempat siswa pada siklus I dan siklus II mengaku sudah dapat menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar sesuai dengan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menulis laporan pengamatan meskipun masih kurang tepat dalam menggunakan ejaan. Dokumentasi foto siklus I ke siklus II merupakan perbandingan dokumentasi aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II. Dokumentasi foto pada siklus I memiliki perbedaan pada siklus II. Perbedaan tersebut terletak pada aktivitas siswa saat mengamati contoh laporan pengamatan. Pada siklus I, tidak terdapat dokumentasi aktivitas siswa saat pembacaan contoh laporan karena pada siklus I siswa belum diberikan contoh laporan sehingga pada penulisan laporan pengamatan siklus I siswa menulis laporan sesuai dengan kemampuan individu, sedangkan pada siklus II terdapat dokumentasi aktivitas siswa saat mengamati contoh laporan. Pemberian contoh laporan pada siklus II sebagai usaha untuk memperbaiki laporan pengamatan pada siklus II. Penjabaran tersebut menggambarkan keberhasilan penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada perubahan perilaku siswa selama pembelajaran. Perilaku siswa selama pembelajaran menulis laporan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan memperlihatkan perilaku yang positif. Model jurisprudensial dan wisata lapangan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat atau menyimpang dari pembelajaran pembelajaran. Tahap awal hingga akhir pembelajaran melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan diisi dengan kegiatan yang mengaktifkan siswa. 316

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Simpulan berdasarkan hasil penelitian keterampilan menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siklus I dan siklus II berlangsung dalam alur dan tahapan yang sama. Akan tetapi, guru dan peneliti melakukan perbaikan pada siklus II berdasar hasil refleksi pada siklus I. Pada siklus I, siswa menulis laporan pengamatan berdasar kemampuan tiap-tiap individu dengan memperhatikan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menulis laporan pengamatan. Pada siklus II, siswa mendapatkan contoh laporan pengamatan dari guru agar memudahkan siswa dalam menulis laporan pengamatan. Selain dengan mendapatkan contoh laporan, siswa menerima arahan dari guru mengenai kekurangan- kekurangan yang terdapat pada siklus I, terutama dalam menulis laporan dan siswa mendapat penjelasan yang lebih mendalam tentang aspek-aspek yang belum dapat dikuasai siswa. Dengan adanya perbaikan pada siklus II, proses pembelajaran menulis laporan pengamatan pada siklus II berlangsung dengan lancar dan mengalami peningkatan dibanding pada siklus I. 2. Keterampilan menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang mengalami peningkatan. Nilai rata-rata yang dicapai siswa pada siklus I sebesar 67,38 yang berada dalam kategori cukup. Nilai rata-rata pada siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan minimal KKM, yaitu sebesar 70 sehingga perlu dilakukan tindakan pada siklus II. Pada siklus II, nilai rata- rata menulis siswa mengalami peningkatan sebesar 12,62 atau 18,73 dari hasil siklus I dan nilai rata-rata menulis laporan pengamatan siswa pada siklus II sebesar 80.00 yang berada dalam kategori baik. Peningkatan nilai rata-rata tersebut membuktikan keberhasilan pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasi wisata lapangan. 3. Perilaku siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan mengalami perubahan ke arah positif. Perubahan perilaku siswa dibuktikan dengan data nontes berupa panduan observasi, jurnal siswa, jurnal guru, dan dokumentasi foto. Berdasar analisis data nontes pada siklus I, terdapat beberapa siswa yang berperilaku negatif selama mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Sebagian besar siswa belum aktif dalam mengikuti pembelajaran seperti: tidak aktif bertanya jika mendapat kesulitan, tidak menulis laporan dengan baik, tidak mendengarkan penjelasan guru dengan baik, dan beberapa siswa tidak mencatat hal-hal penting tentang materi pelajaran. Namun pada siklus II, siswa lebih aktif bertanya jika mendapat kesulitan, menulis laporan pengamatan dengan baik, mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan meteri pelajaran.

5.2 Saran

Berdasar simpulan penelitian tersebut, saran yang diberikan penulis sebagai berikut. 1. Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya menggunakan model pembelajaran jurispridensial berbasis wisata lapangan pada kompetensi menulis laporan, khususnya laporan pengamatan untuk meningkatkan keterampilan menulis laporan pengamatan. Selain itu, model tersebut merangsang minat siswa dalam mengikuti pembelajaran karena model yang digunakan lain dari model pembelajaran yang selama ini diterima siswa. Siswa dapat menuangkan ide dan gagasannya ke dalam sebuah tulisan berdasar pengamatan yang telah dilakukan secara langsung. 2. Penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada pembelajaran menulis laporan pengamatan meningkatkan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru pada tahap pengujian laporan pengamatan yang telah ditulisnya. Siswa makin aktif dalam pembelajaran karena siswa mendapat hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah diketahuinya. 3. Peneliti yang menekuni bidang Bahasa dan Sastra Indonesia agar dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai keterampilan menulis laporan pengamatan. Selain dengan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, para peneliti dapat menggunakan berbagai model pembelajaran agar meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil penelitian diharapkan dapat membantu guru dalam memecahkan masalah yang timbul selama pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sehingga berdampak positif bagi perkembangan pendidikan agar lebih berkualitas.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN PERJALANAN MENGGUNAKAN BANTUAN VCD KARYA WISATA PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 01 WARUREJA TEGAL

0 7 240

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL THINK TALK WRITE MELALUI MEDIA FOTO PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 5 BATANG

0 5 181

Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Argumentasi melalui Model Pembelajaran Inkuiri Jurisprudensial pada Siswa Kelas X5 SMA Negeri 1 Subah, Kabupaten Batang

0 2 193

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII PADA SMP NEGERI 1 BRINGIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS LINGKUNGAN

0 5 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS BERITA MELALUI STRATEGI PAIKEM PADA KELAS VIII B Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita Melalui Strategi Paikem Pada Kelas VIII B SMP Negeri 1 Pucakwangi Kabupate

0 2 24

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VIII SMP HOMESCHOOLING Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Homeschooling Kak Seto Solo Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 13

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VIII SMP HOMESCHOOLING Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas VIII SMP Homeschooling Kak Seto Solo Tahun Ajaran 2011/2012.

0 1 12

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN HASIL KEGIATAN MELALUI METODE DISPRESS PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 RANDUDONGKAL, PEMALANG.

0 0 2

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK TANDUR PADA SISWA KELAS VIII SMP DIAN KARTIKA SEMARANG.

0 0 148

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS DISKUSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DIORAMA PADA SISWA KELAS VIII-5 SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA.

2 51 208