Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model jurisprudensial merupakan model yang didasarkan pada perbedaan pandangan dan
prioritas terhadap masalah sekitar mengenai nilai-nilai sosial yang membutuhkan pemecahan terhadap masalah tersebut dan membutuhkan warga negara yang
mampu berbicara satu sama lain dan mau bernegosiasi mengenai keberbedaan yang menjadi masalah di dalam masyarakat tersebut.
2.2.13 Tahapan-Tahapan Model Jurisprudensial
Model Jurisprudensial memiliki enam tahap Joyce dan Weil dalam Winataputra 2001:41. Tahap pertama dalam model ini adalah orientasi terhadap
kasus, yang di dalamnya terdapat dua kegiatan, yaitu 1 pengajar memperkenalkan bahan-bahan; dan 2 pengajar merevieu data yang tersedia.
Tahap kedua adalah mengidentifikasi isu atau kasus, yang memiliki empat kegiatan siswa, yaitu 1 menyintesiskan fakta-fakta ke dalam isu yang dihadapi;
2 memilih salah satu isu kebijaksanaan pemerintah untuk didiskusikan; 3 mengidentifikasi nilai-nilai dan konflik nilai dan; 4 mengenali fakta yang
melatarbelakangi isi dan pertanyaaan yang didefinisikan. Tahap ketiga yaitu menetapkan posisi. Pada tahap ini siswa menimbang-
nimbang posisi atau kedudukannya, kemudian menyatakan kedudukannya dalam konflik nilai itu dan dalam hubungannya dengan konsekuensi dari kedudukan itu.
Tahap keempat, yaitu mengeksplorasi contoh-contoh dan pola argumentasi. Pada tahap ini terdapat empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu
1 menetapkan titik di mana terlihat adanya perusakan nilai atas dasar data yang
diperoleh; 2 membuktikan konsekuensi yang diinginkan dan tidak diinginkan dari posisi yang dipilih; 3 menjernihkan konflik nilai dengan melakukan proses
analogi; 4 menetapkan prioritas dengan cara membandingkan nilai yangsatu dengan yang lain dan mendemonstrasikan kekurangannya bila memiliki salah satu
nilai. Tahap kelima pada model ini adalah menjernihkan dan menguji posisi.
Pada tahap ini terdapat dua kegiatan siswa, yaitu 1 menyatakan posisinya dan memberikan rasional mengenai posisinya itu, kemudian menguji sejumlah situasi
yang serupa; 2 siswa meluruskan posisinya. Tahap yang paling akhir atau tahap keenam pada model ini adalah
mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi posisi yang diluluskannya. Pada tahap ini terdapat dua kegiatan, yaitu 1 mengidentifikasi asumsi faktual dan
menetapkan sesuai tidaknya; dan 2 menetapkan konsekuensi yang diperkirakan dan menguji kesahihan faktual dari konsekuensi itu.
Donald Oliver dan Shaver dalam Wena 2009:71 yang mengembangkan model ini membagi tahapan model Jurisprudensial ke dalam enam tahap, yaitu 1
orientasi kasus permasalahan orientation to the case, 2 identifikasi isu identifying the issue, 3 penetapan posisipendapat talking position, 4
menyelidiki cara berpendirian, pola argumentasi exploring the stance, patterns of argumentation
, 5 memperbaiki dan mengkualifikasi posisi refining and qualifying the positions
, dan 6 melakukan pengujian asumsi-asumsi terhadap posisi pendapatnya testing factual asssumtion behind qualified positions.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan tahapan model jurisprudensial terdiri atas enam tahap, yaitu 1 orientasi terhadap kasus; 2
identifikasi isu atau kasus; 3 menetapkan posisinya; 4 mengeksplorasi contoh dan pola argumentasi; 5 siswa menguji posisinya; dan 6 melakukan pengujian
asumsi-asumsi terhadap posisipendapatnya.
2.2.14 Sintakmatik Model Jurisprudensial